Lompat ke isi

Wikipedia:Warung Kopi (Bahasa)

Bagian baru
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 September 2007 10.19 oleh Kincir Angin (bicara | kontrib) (→‎Obrol: +1)
Warung Kopi - diskusi bahasa   kirim topik baru

Bagian ini digunakan untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia di Wikipedia berpedoman kepada ejaan yang disempurnakan.

Lihat juga:

Ingat beri tanda tangan dan tanggal pada akhir pesan Anda dengan cara mengetikkan ~~~~. Harap menambahkan topik baru hanya di bagian bawah halaman ini.
Warung Kopi
Warung Kopi
Kebijakan
Kebijakan
Usulan
Usulan
Teknis
Teknis
Bahasa
Bahasa
Berita
Berita
Lain-lain
Lain-lain
Komunitas
Komunitas
Semua
Semua
Kembali ke atas
Kembali ke atas
Warung Kopi - {{{1}}}   kirim topik baru
Galat: tidak ada pintasan yang ditentukan |msg= parameter tidak ditentukan.
Ingat beri tanda tangan dan tanggal pada akhir pesan Anda dengan cara mengetikkan ~~~~. Harap menambahkan topik baru hanya di bagian bawah halaman ini.
Warung Kopi
Warung Kopi
Kebijakan
Kebijakan
Usulan
Usulan
Teknis
Teknis
Bahasa
Bahasa
Berita
Berita
Lain-lain
Lain-lain
Komunitas
Komunitas
Semua
Semua
Kembali ke atas
Kembali ke atas

Tiongkok/Tionghoa vs Cina/China revisited

Saya lihat pengguna Bennylin kembali mengubah ejaan-ejaan Cina menjadi Tiongkok/Tionghoa. Hal ini tentu saja tidak apa-apa dilakukan karena memang sudah menjadi pedoman Wikipedia Indonesia (lihat ini). Saya sendiri juga dulu yang menyarankan (lihat milis WBI). Namun menurut saya beberapa hal tidak perlu diubah. Saya ingin memberikan beberapa catatan.

Misalkan nama tanaman: "pacar cina" tetap ditulis demikian. Lalu China Town dalam kosakata bahasa Indonesia adalah "pecinan" dan bukan "petionghoan" (kecuali ada masukan lain). Kemudian nama laut di sebelah barat laut Indonesia sebaiknya tetap dinamakan "Laut China Selatan" saja dan bukan "Laut Tiongkok Selatan". Dan akhirnya pemberontakan warga keturunan Tionghoa yang menyerang Keraton Mataram di Kartasura pada abad ke-18 seyogyanya tetap dinamakan Geger Pacinan dan bukan Geger Pationghoan atau apapun.

Jadi sebaiknya semua diambil yang lazim saja. Terima kasih sebelumnya. Mungkin ada masukan lain? Meursault2004ngobrol 21:31, 9 Juli 2007 (UTC)

Ya, saya setuju. Sebaiknya nama atau istilah yang sudah umum memakai kata cina/china dibiarkan saja agar tidak membingungkan. Salam, Naval Scene 22:14, 9 Juli 2007 (UTC)
Oh, saya sudah berusaha semampunya untuk tidak merubah hal-hal berikut:
  • Cina sebagai nama ilmiah (tanaman, makanan, ataupun binatang)
  • Cina sebagai judul buku / karya tulis
  • Cina sebagai nama tempat (Kampung Cina)
  • Cina sebagai bagian kata Pecinan, Pacinan

yang saya rubah:

  • Cina sebagai nama negara (termasuk RRC -> RRT, Indocina -> Indochina)
  • Cina sebagai nama sekumpulan orang
  • Cina sebagai bahasa
  • Cina sebagai budaya
  • ... nanti saya lengkapi

yang saya tidak tahu adalah Laut China Selatan - Laut Tiongkok Selatan. Ini akan saya ubah kembali.

selebihnya, jika ada kesalahan, itu tidak disengaja ^_- karena saya memakai Ctrl-V, jadi beberapa tidak terlihat. namun tidak perlu khawatir karena hampir semuanya saya memperhatikan konteksnya sebelum saya merubah sesuatu.

trims semuanya bennylin 22:20, 9 Juli 2007 (UTC)

NB: saya juga menyadari di beberapa bagian saya ragu-ragu menggunakan antara Tiongkok-Tionghoa. Namun saya berusaha memakai istilah yang paling enak dipakai di dalam konteks tersebut. Masukan sangat diharapkan. (Contoh: dalam kalimat ini, manakah yang seharusnya dipakai: Mao membawa rakyat Tiongkok/Tionghoa ke dalam komunisme. Karena merujuk pada sekelompok orang, maka seharusnya digunakan kata Tionghoa, namun karena kalimat tersebut ingin menunjukkan rakyat negeri Tiongkok maka kata Tiongkok lebih pas dipakai walaupun kata tersebut tidak dipergunakan untuk sekelompok orang)

Terima kasih atas tanggapannya. Mengenai hal terakhir ini mungkin lebih baik ditulis "Tiongkok" sebab bangsa Tionghoa juga banyak yang berada di luar RRT. Kemudian daftar anda mungkin bisa ditambah dengan sejarah. Naskah-naskah kuna dan tulisan lama saya lihat ada yang menulis Cina dan Tiongkok. Mungkin dibiarkan saja. Meursault2004ngobrol 23:19, 9 Juli 2007 (UTC)

RRC kenapa harus dirubah jadi RRT sih? Media saja udah sepakat untuk menggunakan RRC, dengan C-i-n-a nya dilafalkan dengan c-h-i-na.

Inget kasus bukunya si Amir Syarifudin itu yang ngopi Wikipedia. Ini orang pemalas betul sampai artikel belum jelas juga dia salin+tempel, dengan satu perkecualian --> Tiongkoknya menjadi China (atau Cina). Ini menunjukan bahwa Bahasanya sendiri belum menerima Cina menjadi Tiongkok (walaupun orangnya mungkin sudah ngotot harus dirubah). Mungkin orang Tionghoa harus lebih mempopulerkan RRT yah, karena khalayak umum taunya RRC. Bahkan di buku panduan negara lain yang dikeluarkan deplu RRT adalah RRC (walaupun negara-negara lain namanya banyak yang ngga konsisten, tutapi RRC bukan salah satunya). Serenity 00:46, 10 Juli 2007 (UTC)

Eh akhirnya beli bukunya si Amir Syarifudin juga ya? Jangan lupa nanti dibawa ke Taiwan, Republik China ya :-D OK, kembali ke inti permasalahan; kalau menurut saya pribadi sendiri kata Tiongkok itu merujuk ke negara kerajaan Tiongkok yang kuna, sedangkan kalau China/Cina itu negara yang modern. Dalam bahasa Melayu Malaysia misalkan (paling tidak di ms:), mereka memilih menggunakan nama Greece untuk merujuk ke Yunani yang mereka anggap memiliki konotasi kuna atau lama. Kalau menurut saya nama Tionghoa cukup lazim dipakai. Yang agak janggal nama negaranya. Memang lebih sering dengar China sih daripada Tiongkok. Meursault2004ngobrol 16:13, 10 Juli 2007 (UTC)
Kalau dalam konteks bahasa Melayu/Indonesia istilah Tiongkok/Tionghoa malah sebenarnya modern. Buku-buku lama yang saya baca selalu menyebut Cina/Negeri Cina. --202.158.42.29 10:50, 11 Juli 2007 (UTC)
Belum tentu. Buku-buku lama jaman kompeni banyak yang menyebut Tionghoa (atau ditulis sebagai "Tiong Howa" dan "Tiong Kok"). Kalau mau bisa saya carikan buktinya. Meursault2004ngobrol 15:24, 11 Juli 2007 (UTC)

Kemudian istilah "Bahasa Mandarin" kenapa juga diganti jadi "Bahasa Tionghoa"? borgx(kirim pesan) 00:18, 11 Juli 2007 (UTC)

Ya udah lah. Tarik suara aja deh. Kapan mau dimulai halamannya. Trus yang kedua, bisa dirubah pakai bot ngga? Serenity 00:21, 11 Juli 2007 (UTC)

Yaah, ginian aja pake voting. Udah jelas masalahnya spesifik, silakan didiskusikan di masing2 artikel. Gak bisa digeneralisasi. Silakan diinventarisasi mana yg perlu dibahas, terus dirembuk di masing2 artikel. Kembangraps 08:42, 11 Juli 2007 (UTC)

Whuu... pejabat anti voting *LOL* Serenity 09:35, 11 Juli 2007 (UTC)
Saya tidak berani mengemukakan pendapat namun hanya ingin menyumbangkan bahan siapa tahu berguna kalau voting jadi dilaksanakan yaitu :
  • Dalam situs resmi kedutaannya digunakan istilah Tiongkok ( duta besar Tiongkok, dll) ; Situs resmi termaksud
  • Tapi dalam situs salah satu bagian dalam kedutaan yaitu Bahagian Kebudayaan Kedutaan Besar Repubik Rakyat China di Indonesia situs termaksud menggunakan istilah China.
  • Dalam surat kawat dari Presiden People's Republic of China dalam bahasa Indonesia kepada Presiden Abdurrahman Wahid (ejaan nama dikutip dari situs tersebut) pada alinea pembuka kawat tersebut dikatakan : " Berkenaan dengan HUT Ke-50 terjalinnya hubungan diplomatik antara Republik Rakyat China dan Republik Indonesia, saya menyampaikan selamat yang hangat kepada Yang Mulia dan rakyat Indonesia melalui Yang Mulia". ( Kawat ucapan selamat atas ulangtahun ke 50 hubungan diplomatik

Nampaknya disini kedua istilah tersebut digunakan untuk menyebutkan nama negara sehingga tidak ditemukan istilah yang konsisten pada situs resmi pemerintah People's Republic of China tersebut.

Ini hanya sebagai bahan masukan tanpa bermaksud mendukung salah satu istilah ( karena saya juga bingung-hehehe)--Alcatrank 09:38, 11 Juli 2007 (UTC)

Nah Kedutaan Besar RRC itu benar. Tiongkok itu berbeda dengan RRC. Taiwan, Hong Kong, Makau itu Tiongkok juga, tapi belum tentu mutlak RRC. Bahkan ada yang bilang Singapura itu bagian dari "Tiongkok Raya", suatu hal yang saya tentang. Singapura adalah bagian dari Alam Melayu atau Nusantara.
Kalau pihak kedutaan sendiri bilang RRC (Republik Rakyat China) ya kita ambil istilah ini. Hal ini mirip dengan nama P(e)rancis. Kedutaannya sendiri menggunakan istilah "Perancis". Tapi jangan dipukul rata. Belum tentu nama resmi yang dipakai suatu negara juga harus kita pakai. Jadi kesimpulannya: seperti kata Serenity, semua suntingan Bennylin harus ada yang mengecheck satu-satu. Kalau saya sempat sebenarnya saya bersedia. Mungkin ada orang lain yang ingin melakukannya? Meursault2004ngobrol 15:24, 11 Juli 2007 (UTC)
Turut menanggapi diskusi ini. Sebenarnya saya setuju menggunakan China, karena itu adalah nama internasional negara mereka (bahasa Indonesia: Republik Rakyat China, bahasa Inggris: People's Republic of China). Sedangkan Tiongkok asal katanya itu berasal dari bahasa daerah China, yaitu bahasa Fujian atau Hokian. Lalu kenapa ada banyak masyarakat China-Indonesia yang menganggap bahwa kata China berkonotasi negatif dan lalu menginginkan menggunakan Tiongkok saya sendiri kurang mengerti. Ada yang bisa menjelaskan? roscoe_x 15:26, 21 Juli 2007 (UTC)
Saya lihat kembali situs Kedubes RRC/RRT di Jakarta ini ternyata tidak konsekuen. Di satu sisi ditulis Tiongkok, tapi di sisi lain Laut China Selatan. Kemungkin kawat Republik Rakyat China itu salah ketik karena di tempat lain semua ditulis RRT. Mengenai konotasi negatif Cina/China di Indonesia mungkin hanya sejarah yang bisa memperbaiki. Memang di banyak negara/daerah nama sebuah kelompok masyarakat yang dimarginalisasi atau di mana relasi dengan kelompok lain kurang harmonis entah apa alasannya, lantas sering menjadi kata makian atau dianggap demikian. Misalkan di Jawa Timur dan Bali kata/nama "Madura" menjadi makian, begitu pula di Aceh kata/nama "Jawa" menjadi makian pula. Sama halnya dengan kata/nama Cina di Indonesia, meskipun sebenarnya tidak ada kata yang salah mengenai "Cina". Kata ini konon merujuk kepada Kaisar Chin. Tapi bisa saja nanti di masa depan nama ini kembali menjadi normal. Meursault2004ngobrol 17:10, 21 Juli 2007 (UTC)

Saya lihat penggantian Cina->China/Tionghoa terkadang agak membabi-buta. Malah di entri Kamus salah satu judul kamus anekabahasa dihapus karena ada kata Cina di dalamnya. Dari:

Kamus Aneka Bahasa
Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih.Misalnya, Kata Bahasa Melayu Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin secara serentak. Contoh bagi kamus Aneka bahasa ialah Kamus Melayu-Cina-Inggeris Pelangi susunan Yuen Boon Chan pada tahun 2004.

menjadi:

Kamus Aneka Bahasa Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih.Misalnya, Kata Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Tionghoa secara serentak.

Suntingan seperti ini buruk karena menghilangkan informasi. Kalau mau mengubah mungkin dengan mengambil contoh kamus anekabahasa lain, bukan dengan menghapus begitu saja, cuma karena ada kata Cina dalam judulnya.

Saya juga mikir (tidak asal-asalan) dalam artikel ini.

Kamus Aneka Bahasa Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih.Misalnya, Kata Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Tionghoa secara serentak.

yang saya ganti ini bagian dari kalimat, bukan judul.

Contoh bagi kamus Aneka bahasa ialah Kamus Melayu-Cina-Inggeris Pelangi susunan Yuen Boon Chan pada tahun 2004.

yang ini jelas tidak diganti karena judul (ejaan kata "Inggeris" juga salah). yah, orang jaman dulu kan masih bodoh-bodoh (masih mau dibodohi Suharto).

Saya sendiri berpendapat kalau mau mengganti kata Cina ganti ke Tionghoa, bukan China. Kata China itu bukan Bahasa Indonesia, dan tidak mematuhi EYD. Kalau alasannya kata itu digunakan dalam dunia internasional, apa kita mengganti kata "Perancis/Prancis" ke France? "Spanyol" ke Spain atau Espana? Kan tidak. --Gombang 09:20, 14 Agustus 2007 (UTC)

Saya juga setuju dgn sdr Gombang. Menurut EYD kan kita tdk perlu menambahkan "h" untuk penyebutan huruf "c" seperti "ch" dalam bhs Inggris. Menurut saya seharusnya ada argumen yang tepat dan kuat dulu tentang alasan menggunakan "China" karena yang ini tidak cukup menjelaskan. Kalau kita ingin mengubah pelafalan "cina" menjadi seperti pelafalan "china" dalam bhs Inggris, bukan begitu cara penulisan yang sesuai dengan EYD. Saya sendiri tidak mengerti alasan tidak menggunakan "Cina". People say that it's deregatory, tp saya tidak mengerti kenapa. Katanya karena penggunaan dalam konteks menghina oleh orang Jepang pada saat perang, tapi pengucapan kita kan beda dengan orang Jepang? Tolong penjelasannya, karena saya benar-benar tidak mengerti. Terima Kasih Bhaskara 08:43, 21 Agustus 2007 (UTC)
Dulu waktu kecil pas saya jalan2 di kampung sebelah, sering kali ada anak2 yg teriak "Eh ada Cina ada Cina!", "Ngapain lu Cina!" dsb. Trus kalo belanja di Glodok dapet barang kemahalan kan sering tuh kita denger "Ahh dasar Cina!". Mungkin ini yg bikin kata "Cina" jadi derogatory, soalnya blom pernah kan kita denger orang ngomong "Ahh dasar Tionghoa lu!" dsb. :p. Kalo menurut saya Tiongkok/Tionghoa/Cina bisa diperdebatkan, tapi kalo China udah salah secara penulisan. --ERd 09:25, 21 Agustus 2007 (UTC)
Hehehe, kalau alasannya cuma itu aja kayaknya kok mengada-ada banget yah. Karena celetukan semacam itu kan tidak ditujukan secara khusus ke orang Indonesia keturunan Cina saja. Sering juga terdengar kata-kata seperti "Dasar Batak, "Dasar Jawa", "Dasar Sunda", atau bahkan "Dasar Perempuan"! Nah lho. Masa kan kita mau mengganti semua istilah itu juga? :D Iya, saya juga setuju penulisan "China" itu salah. Buat apa kita punya EYD, kalau begitu? Kalau kita mau menggunakan ejaan Bahasa Inggris yang notabene bahasa asing, sekalian saja kita pakai lagi ejaan lama seperti "oe", "tj" dan seterusnya. Lagian orang Cina aslinya juga nggak pakai istilah "China" untuk menyebut negerinya sendiri kok, jadi nggak bener itu nama internasional (kalau memang itu alasannya).Bhaskara 09:42, 21 Agustus 2007 (UTC)
Wah, panjang banget ya... moga-moga ada yang bisa back-up pernyataan saya ini, tapi istilah 'C' itu dianggap merendahkan sama seperti istilah-istilah "Nigger", "Chink", dan "Wetback" dalam bahasa Inggris. Anda mau bertanya kepada pakar yang sudah baca ratusan buku pun kalau dia orang kulit putih tetap tidak merasa tersinggung atas istilah "Nigger" dan "Chink", lha wong rasnya dia yang menciptakan istilah itu kok. Sebenarnya saya percaya setiap kata itu netral, entah kata makian, kata pisuhan, atau sumpah serapah yang lain. "Konotasi" yang timbul itu berbeda-beda untuk setiap orang, ada yang dimaki-maki senang, ada yang kebal, ada yang langsung membalas.
Saya pribadi merasa "begidik" setiap kali disebut demikian (walaupun yang menyebut juga orang Tionghoa), entah mereka bermaksud atau tidak menghina seperti yang dilakukan pada jaman Soeharto (keparat) itu. Memikirkannya saja sudah membuat orang-orang "sensitif" seperti saya muntab, tapi saya selalu berusaha menerapkan asas "praduga tak bersalah" sebelum menghakimi orang lain.
Arti kata itu sendiri simpang siur, apa yang diajarkan kepada saya dan apa yang saya baca, dan apa yang dipropagandakan oleh sekelompok orang seringkali berbeda. Asal muasalnya juga lebih rumit, apalagi kalau melihat terjemahan asing (bahasa Spanyol, Italia, dll) maupun nama Inggris resmi yang disandang pemerintah RRT sendiri menggunakan varian 'China'. Namun satu ajaran yang sampai saat ini masih saya percayai yaitu bahwa pada mula Orde Baru istilah ini berarti/bersinonim/menyamakan orang Tionghoa dengan BABI, entah karena mereka dikenal pengkonsumsi binatang ini, atau entah disamakan dengan kelakuan binatang ini, atau malah lebih buruk lagi disamadengankan binatang ini. Coba kalau Anda dimaki ANJING atau dalam bahasa Jawa yang lebih kasar lagi, atau MONYET, atau nama-nama binatang di kebun binatang Ragunan yang lain, sebagian besar (saya tidak bilang semuanya, karena ada teman-teman juga yang tertawa kalau dikatai demikian) pasti marah. Demikian pula saya pribadi juga merasa demikian.
Mengenai media cetak maupun media informasi yang lain, saya secara selektif memilih media-media yang tidak menggunakan kata "C" tersebut. Jawapos adalah koran favorit saya untuk alasan tersebut. Detik, Kompas, serta mayoritas surat kabar yang lain tidak pernah saya sentuh karena hingga detik ini masih tidak mau menggunakan istilah Tionghoa-Tiongkok. Radio online Indonesia otomatis saya matikan dan saya kirimi surat jika penyiarnya menggunakan kata ini. Artis Indonesia otomatis saya blacklist sebagai rasis jika mereka menggunakan kata ini karena di posisi mereka yang sebagai selebritis mereka memberikan citra buruk (bayangkan selebritis Amerika mana yang berani mengucapkan kata ini? pasti langsung dituntut pengadilan seperti beberapa kasus yang pernah terjadi).
Apakah ini hal yang besar untuk mengkonvesikan istilah Tionghoa-Tiongkok di wikipedia Indonesia? Tentu saja! Bayangkan berapa ratus ribu bahkan juta orang yang mengunjungi wikipedia Indonesia, dan jika mereka melihat bahwa istilah "C" tersebut masih dapat digunakan, mereka tidak merasa harus mengubah perilaku mereka. Namun jika mereka terekspos istilah Tionghoa-Tiongkok, maka secara bawah sadar mereka mulai melihat alternatif kata yang lebih baik daripada kata "C" tersebut.
Kesulitannya? mari kita pecahkan bersama-sama.bennylin 13:30, 14 September 2007 (UTC)

saya rasa lebih baik tidak mengginakan kata "Cina" karena kita harus gunakan yang baku, yang baku adalah Tiongkok dan Tionghoa.. selain itu, China itu bahasa Inggris sebenarnya kan? Dengan orang ke wikipedia, "china" dan "cina" akan hilang, kalau wikipedia menggunakan kata2 yang biasa dipakai orang, kalau gitu aku/saya boleh diganti gua dong? istilanya ya mirip gitu :) Mimihitam (Kirim Pos Sihir! Cheers..) 13:40, 14 September 2007 (UTC)

Penerjemahan County

Dalam bahasa Inggris, terdapat beberapa tempat contoh County of Tripoli atau County of Swabia, nah yang saya bingung, artinya county kan kabupaten di kamus, karena itu saya pakai untuk negara dalam negara, namun, jika kyk County of Tripoli atau County of Edessa yang merupakan negara-negara tentara salib, apakah lebih baik kerajaan (sekarang) atau kabupaten? karena dalam negara-negara tersebut, Kerajaan Antiokhia dan Kerajaan Yerusalem itu dari kingdom ama principality yang artinya raja.. Mimihitam (Kirim Pos Sihir! Cheers..) 13:45, 14 September 2007 (UTC)

Bupati = Adipati?

kira-kira lebih baik menggunakan kata bupati atau adipati untuk pemimpin seperti County of Swabia? Mimihitam (Kirim Pos Sihir! Cheers..) 13:45, 14 September 2007 (UTC)


Pada jaman pertengahan (mediaeval age) seorang raja/pangeran (king/prince) di sebuah kerajaan/kepangeranan (kingdom/princedom-principality) membawahi beberapa adipati (duke) yang menguasai beberapa keadipatian/kadipaten (dukedom), dan seorang adipati membawahi beberapa count yang menguasai beberapa county. Nah sekarang pertanyaanya di bahasa Indonesia jabatan apa di bawah seorang adipati? Alternatif yang dari pembicaraan-pembicaraan sebelumnya ada beberapa: "lurah" (tidak begitu cocok: Count Dracula jadi "lurah Drakula"), "camat" (sama tidak cocok). Mungkin bisa dicari istilah Belanda yang dipakai pada waktu itu? Sebagai tambahan, count Dracula diterjemahkan graaf Dracula dalam bahasa Belanda. Bahasa Jerman graf, bahasa Spanyol dan Portugis conde, bahasa Italia conte, bahasa Turki kontu. Apapun padanan Indonesia yang diadopsi untuk kata count, haruslah cocok jika diberi imbuhan "ke-an" untuk membentuk terjemahan untuk county bennylin 03:55, 16 September 2007 (UTC)
NB: Bupati merupakan padanan dari kata regent dan kabupaten - regency yang berbeda dengan adipati dan kadipaten (duke dan dukedom) bennylin 04:00, 16 September 2007 (UTC)

lalu bagaimana dengan County of Edessa? itu kan sama kyk Kerajaan Yerusalem... Mimihitam (Kirim Pos Sihir! Cheers..) 04:13, 16 September 2007 (UTC)

btw saya pake istilah graf saja.. biar gampang Mimihitam (Kirim Pos Sihir! Cheers..) 12:23, 16 September 2007 (UTC)

Obrol

apakah "obrol" bahasa Indonesia? lalu "ngobrol" kependekan dari "mengobrol" tapi tidak ada "diobrol" dan "terobrol". Maaf kalau sudah pernah bennylin 14:14, 14 September 2007 (UTC)

Mungkin itu kata kerja intransitif, tidak memerlukan obyek. Jadi tidak ada bentuk pasif dan keadaannya. Contoh: Budi menangis. Rasanya tidak ada tertangis dan ditangis. Kecuali: Budi menangisi kematian temannya, bisa ada bentuk pasifnya (akhiran -i membuat kata tangis menjadi transifit, perlu obyek penderita). Maaf kalau salah. --k.a.(talk) 10:19, 17 September 2007 (UTC)