Lompat ke isi

Salem, Brebes

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Salem
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBrebes
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri33.29.01 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3329010 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan- 21 desa

Salem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini terletak di ujung barat daya wilayah Kabupaten Brebes. Berbatasan dengan Kecamatan Banjarharjo(atau Banjarharja) dan Ketanggungan di utara, Kecamatan Bantarkawung di timur, Kecamatan Majenang (Kabupaten Cilacap) di selatan, serta Kabupaten Kuningan (Jawa Barat di barat.

Desa/kelurahan

Geografi

Salem merupakan lembah yang dikelilingi hutan dan deretan pegunungan di sekitarnya, berhawa sejuk (16-22° C) dan memiliki panorama yang indah. Lanskape kecamatan Salem mirip mangkok bakso. di kiri kanan adalah daerah pegunungan - pebukitan yang cukup tinggi sementara ditengah-tengahnya adalah wilayah kecamatan Salem. Dengan kondisi daerah tersebut wilayahnya merupakan daerah yang masih cukup terisolir.

Peta  : http://wikimapia.org/s/#y=-7178776&x=108810525&z=15&l=0&m=a&v=2

Dengan daerah yang dimiliki tersebut, maka secara militer wilayah Salem merupakan daerah pertahanan yang efektif. Dengan menyandang daerah pertanian yang subur, maka tidak aneh wilayah kecamatan Salem merupakan daerah strategis secara politis.

Fasilitas

Masyarakat Salem sudah bisa menikmati fasilitas telepon (ponsel), jaringan listrik, dan angkutan umum. Jaringan PLN baru masuk ke wilayah tersebut sejak tahun 1997. Jaringan telepon satelit akhir-akhir ini semakin populer, sebab jaringan telepon line belum tersedia.

Transportasi

Salem dapat diakses dengan jalan darat melalui tiga jalur utama yaitu: dari Bumiayu (timur) sekitar 40 km, dari Majenang (selatan) sekitar 20 km, atau dari Banjarharja melalui desa Sindangheula dan mendaki Gunung Lio utara (sekitar 30 km). Akses menuju Salem dari jalur manapun harus melalui jalan yang terjal dan sempit dengan kualitas aspal yang asal ada (kualitas rendah). Akhir-akhir ini tampaknya cukup bagus dengan aspal kualitas hotmik untuk jalur Sindangheula (utara) dan jalur Majenang (selatan) serta jalur Bumiayu (2006). Untuk dilalui kendaraan roda empat cuma ketiga jalur tersebut. Akan tetapi harus ekstra hati-hati karena terjal, terutama dari arah Sindangheula (utara). Ada satu lagi jalur alternatif, yaitu jalur barat Kuningan melalui desa Capar - Ciwaru, tetapi harus dengan jalan kaki.

Budaya

Semua penduduk Salem menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Budaya dan kesenian banyak memiliki kesamaan dengan kesenian yang berkembang di daerah Priangan Timur, seperti kiliningan, wayang golek, reog, calung, dsb. Demikian juga untuk kalangan santri terdapat kesenian terbang atau gembyung, dan seni tari rudat. Untuk budaya dan kesenian tertentu terpengaruh dari budaya & kesenian khas Cirebon, seperti kesenian tarling.

Dengan keberadaannya, kecamatan Salem menjadi sebuah wilayah ber-etnik Sunda, tetapi dibawah pengelolaan pemerintahan ber-etnik Bahasa Jawa. Demikian juga untuk kecamatan yang lain seperti kecamatan Banjarharja dan Bantarkawung.

Agama

Agama yang dianut oleh penduduk kecamatan Salem adalah Islam. Jika ada penduduk yang beragama selain Islam, itu adalah pendatang dari luar kecamatan. Mereka datang ke Salem, biasanya karena melaksanakan tugas kantor, entah itu guru, aparat keamanan, petugas kesehatan, petugas BRI atau aparat Pemda lainnya.

Perekonomian

Sebagian besat penduduk Salem adalah petani, dengan hasil pertanian padi, kelapa, sayur mayur, dan palawija. Selain itu salem merupakan penghasil kayu hasil hutan lainnya, terutama kayu pinus, bambu, mahoni dan al-basiah (umumnya hasil perkebunan rakyat), serta getah pinus. Hasil pertanian lain yang juga cukup banyak adalah hasil buah-buahan seperti mangga, durian, petai, pisang, nangka dan buah lainnya.

Mengingat potensi daerah yang akhir-akhir ini kurang mencukupi untuk kebutuhan seharihari, maka Sebagian penduduk Salem banyak yang merantau ke daerah lain terutama kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, atau Yogyakarta.

Pendidikan

Kecamatan Salem terdapat sarana pendidikan dari tingkat SD hingga SLTA. Setiap desa sedikitnya memiliki sebuah SD Negeri. Salem juga terdapat sejumlah pondok pesantren seperti di Desa Tembongraja, Gunung Sugih dan Ganggawang, Indrajaya, dan Bentarsari. Pesantren ini umumnya memiliki hubungan dengan pesantren di Jawa Barat seperti Ciamis dan Tasikmalaya. Di Salem terdapat satu SMA yaitu SMA N I SALEM, tapi kebanyakan lulusan disini, tidak melanjutkan pendidikannya ke yang lebih tinggi. Salah satu faktornya karena faktor ekonomi yang kurang menunjang. Kemudian mereka setelah lulus banyak yang mencari pekerjaan ke Jakarta. Anak-anak asli Salem banyak juga yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi ke berbagai daerah. Ada yang ke Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Jakarta, Ciamis, dll.

Lingkungan Hidup

Kecamatan Salem adalah daerah pegunungan (100 - 1200 dpl) memiliki tofografi/landskape seperti sebuah mangkok, dimana didalamnya mengalir sungai yang cukup deras, Cigunung dan Cibentar. kedua sungai tersebut bertemu di desa Ganggawang dan Bentarsari, dan mengalir ke hilir menjadi Kali Pemali di Bumiayu. Dengan ketinggian tersebut maka Salem merupakan daerah yang subur, dengan curah hujan yang cukup tinggi dan sebagaian besar wilayahnya adalah hutan dibawah pengelolaan Perhutani dan hanya sebagian kecil saja yang dikelola penduduk. Karakteristik alam Salem yang bagus tersebut belum diolah secara optimal, misalnya sungai yang deras belum diolah menjadi wisata Olah raga air rafting, atau alam yang bagus belum dibuat rekreasi hutan alam yang eksotik. Atau bahkan bisa juga dijadikan daerah tujuan Out Bond

Sejarah

Semua penduduk Kecamatan Salem berbahasa dan berkebudayaan Sunda sejak berabad-abad yang lampau, sehingga mereka adalah penduduk asli di daerah ini. Pada masa lampau, daerah Salem termasuk dalam wilayah Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran. Ada sementara cerita lisan yang mengatakan bahwa penduduk Salem ada keterkaitan dengan Kejadian Perang Bubat jaman Majapahit Pada abad ke-19 ditemukan naskah lontar tua di situs Gunung Sagara yang menggunakan Bahasa Sunda kuna[butuh rujukan]. Naskah ini dibawa bupati Brebes RAA. Tjandranegara dan diserahkan ke KF. Holle untuk kemudian disimpan di Batavia. Paling tidak ada dua naskah Sunda yang terkenal, yaitu Sewaka Darma dari Kabuyutan Ciburuy, Garut dan Carita Ratu Pakuan, yang menyebutkan sendiri bahwa (isi) naskahnya berasal dari (dan hasil bertapa dari) Gunung Kumbang (1218). Gunung Kumbang masa lampau mungkin adalah sebuah tempat lemah dewasasana, kabuyutan, dan tempat bagi para intelektual masa kerajaan Sunda. Mungkin di sini termasuk pula Gunung Sagara, di mana Gunung Sagara terletak di lereng selatan Gunung Kumbang tersebut.

Pada zaman Hindia Belanda, Salem sempat ditetapkan menjadi sebuah kawedanan. Pada era kemerdekaan, Salem juga sempat menjadi pusat pertahanan pemberontak DI/TII pimpinan Amir Fatah.