Lompat ke isi

Filioque

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dalam Teologi Kristiani, klausa Filioque (filioque artinya "dan [dari] putera" dalam Bahasa Latin), adalah klausa penuh perdebatan yang ditambahkan ke dalam Kredo Nicea, yang menjadi perbedaan divisif khususnya antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur. Klausa ini disisipkan dalam naskah asli Kredo Nicea yang berbunyi "Kami percaya akan Roh Kudus ... yang keluar dari Sang Bapa", sehingga versi yang telah diberi sisipan tersebut kini berbunyi "Kami percaya akan Roh Kudus ... yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Putera". Penambahan ini diterima oleh umat Kristiani Katolik Romawi namun ditolak oleh umat Kristiani Ortodoks Timur. Banyak Gereja Katolik Timur tidak menggunakan klausa tersebut dalam kredo mereka, namun mengakui dokrin yang terepresentasi di dalamnya, karena klausa ini adalah dogma dalam iman Katolik Romawi. Sejauh ini Gereja Protestan juga menerimanya. Klausa ini lebih sering disebut "filioque".

Penjelasan mengenai Kredo Nicea

Mengikuti Yoh 15:26b, Konsili Konstantinopel Pertama pada tahun 381 memodifikasi pernyataan Konsili Nicea Pertama tahun 325 dengan menyatakan bahwa Roh Kudus "keluar dari Sang Bapa". Konsili ini tidak membahas secara khusus mengenai asal-usul Roh Kudus. Oleh karena itu Kredo Nicea sering kali disebut Kredo "Nicea-Konstantinopel" atau "Niceno-Constantinopolitana." Kredo ini belum diterima secara resmi sampai Konsili Efesus tahun 431.

Bilamana berpikir tentang Allah sebagai Bapa, Putera, dan Roh Kudus (Trinitas), umat Kristiani mengikuti Yesus (Mat 28:19), sejak awal telah membuat pembedaan-pembedaan penting. Sang Putera dan Roh Kudus dikatakan berasal-usul abadi dari Sang Bapa; Sang Putera, Logos Ilahi yang kekal itu (Yoh 1:1) "digenerasikan" ("dilahirkan" atau "diperanakkan") dari Sang Bapa, sedangkan Roh Kudus "keluar" dari Sang Bapa. Pernyataan-pernyataan ini dibuat dalam pengertian hakikat Allah yang kekal, atau "sebelum segala abad" dalam kata-kata Kredo Nicea.

Di satu pihak, Kredo Nicea dan Alkitab tidak secara eksplisit mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Sang Putera serta Sang Bapa; jadi, tidak ada pernyataan bahwa ada asal-usul abadi dari Roh Kudus selain dari Sang Bapa. Akan tetapi berbagai kelompok Kristiani termasuk umat Katolik Romawi dan Protestan mendapati bukti implisit akan hal tersebut dalam pernyataan-pernyataan lain mengenai Sang Putera dan Roh Kudus. Sebagai contoh, Perjanjian Baru mengajarkan bahwa Roh Kudus bersaksi tentang Sang Putera (1 Yoh 5:6) dan disebut "Roh Kristus" (Rom 8:9; Rom 15:5; Fil 1:19; 1 Pet 1:11) dan "Roh Sang Putera" (Gal 4:6). Sang Putera, Yesus, juga berkata bahwa Dia akan "berdoa kepada Sang Bapa, dan Dia aka memberikan kepadamu penolong yang lain untuk menyertaimu selama-lamanya, yakni Roh kebenaran" (Yoh 14:16), dan bahwa Dia sendiri akan mengutus Roh Kudus (Yoh 16:7). Para Bapa Gereja menjelaskan lebih lanjut bahwa Sang Bapa, Sang Putera, dan Roh Kudus adalah satu "hakikat" (Bahasa Latin: "substantia", Bahasa Yunani: "ousia") dan memiliki kehendak dan aktivitas yang sama, sehubungan dengan tindakan-tindakan eksternal mereka (Bahasa Latin: actiones ad extra). Tradisi ini selanjutnya ditegaskan kembali baik di Timur maupun di Barat, sepenuhnya disepakati pada Abad Pertengahan oleh para teolog skolastik. Dalam makna "ekonomis" kedua ini, Sang Bapa dikatakan mengutus Roh Kudus kepada kita melalui Sang Putera (Kis 2:33; Titus 3:6). Skolastisisme secara eksplisit ditolak oleh Gereja Timur sebagai bentuk validasi atas doktrin teologis.[1]

Di lain pihak, meskipun Perjanjian Baru mengajarkan bahwa ada hubungan antara Sang Anak dan Roh Kudus, keilahian Sang Anak dan Roh Kudus tidak sepenuhnya jelas dari Kitab Suci semata. Banyak teolog secara historis tidak teryakinkan oleh naskah-naskah Kitab Suci, dan bersedia mengutip Kitan Suci untuk membela penyangkalannya akan Trinitas.

Gereja Ortodoks Timur berkeyakinan bahwa Roh Kudus keluar dari Sang Bapa dan diutus (pada hari Pentakosta) dari Sang Bapa melalui Sang Anak. Gereja Latin di Barat menyatakan bahwa Roh Kudus keluar baik dari Sang Bapa maupun Sang Putera (filioque). Gereja di Roma menggunakan rumusan yang asli sebagaimana rumusan Gereja Ortodoks sampai awal abad ke-11.[2]

Penjelasan versi tambahan

Versi ini muncul di Gereja Barat yang berpusat di Roma, namun versi yang beredar di kalangan Gereja Timur (yang berpusat di Konstantinopel) tidak memuat kata "keluar dari ... Sang Putera".

Gereja-gereja Timur berkeberatan atas versi Barat, karena menurut pemahaman mereka, kedudukan Roh Kudus menjadi lebih rendah daripada kedudukan Allah Puterak (Yesus Kristus), sementara apabila dikatakan bahwa Roh Kudus itu keluar dari Sang Bapa semata, maka kedudukannya dengan Allah Putera menjadi setara.

Gereja Barat dilain pihak menekankan pada persekutuan kodrati antara Bapa dan Putera. Menurut tata aturan abadi antara Pribadi-pribadi ilahi dalam persekutuan kodrati-Nya, Bapa adalah pangkal pertama bagi Roh, sebagai pangkal tanpa pangkal, tetapi juga sebagai Bapa dari Putera yang tunggal bersama dengan Dia pangkal yang satu itu darinya Roh Kudus berasal. Apabila pandangan yang sah dan saling melengkapi ini tidak ditegaskan secara berat sebelah, maka identitas iman akan kenyataan satu misteri yang diakui dalam iman, tidak dirugikan.

Latar belakang penambahan Filioque itu sendiri dilatarbelakangi oleh perkembangan sejarah Gereja di Barat ketika menghadapi sisa-sisa pengikut Arianisme, yakni bidaah yang menolak keallahan Yesus Kristus. Dengan penambahan filioque itu, kesamaan hakikat keallahan Yesus ditegaskan. Jadi, jika benar hal ini yang menjadi latar belakang penambahan kata filioque dalam credo (syahadat) Nikea-Konstantinopel itu, maka penambahan itu sejak semula tidak dimaksudkan untuk menyerang Timur.

Protes keberatan Gereja-gereja Timur dianggap kurang beralasan oleh Gereja Barat, sehingga pada tahun 1054 terjadilah Skisma Akbar, yaitu perpecahan yang menghasilkan Gereja Katolik Roma (Gereja Barat) dan Gereja Ortodoks [Timur] (Gereja Timur). Keduanya mengeluarkan surat keputusan ekskomunikasi (pengucilan) satu sama lain. Baru pada acara penutupan Konsili Vatikan II (1965), surat keputusan ekskomunikasi (pengucilan) yang dibuat oleh masing-masing pihak sama-sama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Namun demikian, perdebatan teologis mengenai kata filioque antara Gereja Barat (Katolik Roma) dan Timur (Orthodox) belum juga selesai. Gereja Barat sebenarnya tak pernah memandang penambahan filioque itu sebagai usaha untuk mengurangi makna identitas Bapa sebagai satu-satunya sumber dan asal-usul, justru sebaliknya dianggap sebagai penegasan posisi ajaran Gereja dalam menghadapi sisa-sisa pengikut ajaraan bidaah Arianisme. Panambahan filioque bukanlah penambahan isi wahyu Perjanjian Baru. Filioque merupakan interpretasi yang iangin mengungkapkan bahwa Roh adalah Roh Yesus Kristus (Rom 8:9; Flp 1:19), Roh Tuhan (2Kor 3:17); dan Roh Anak (Gal 4:6). Roh Kudus bukanlah semacam roh rekaan atau pujaan, melainkan Roh yang harus dilihat dan dimengerti menurut pribadi dan karya Yesus Kristus. Hal ini sebenarnya juga menjadi keyakinan iman Gereja Timur.

Pada hakikatnya, Gereja Barat dan Timur memiliki iman yang satu dan sama, hanya saja keduanya memiliki rumusan yang berbeda karena konteks sejarah yang berbeda.

Asal-usul

Sebagaimana yang telah diutarakan oleh Johannes Grohe, sebuah konsili regional di Persia pada tahun 410 memperkenalkan salah satu dari bentuk terawal dari filioque dalam kredo Nicea; konsili ini mengajarkan bahwa Roh Kudus keluar dari Sang Bapa "dan dari Sang Putera." Karena berasal dari teologi Kristiani Syria Timur yang kaya itu, maka ekspresi tersebut dalam konteks ini secara otentik bersifat Timur. Oleh karena itu filioque tidak dapat disebut sebagai inovasi Gereja Barat semata-mata, tidak pula sebagai sesuatu yang diciptakan oleh Sri Paus.

Dalam Gereja Barat, St. Augustinus dari Hippo, mengikuti Tertullianus dan Ambrosius, mengajarkan bahwa Roh Kudus keluar dari Sang Bapa dan Sang Putera, meskipun tidak lebih rendah dari keduanya. Teologinya, termasuk teologi Trinitasnya, dominan di Barat sampai Abad Pertengahan. Para Bapa Latin lainnya juga berbicara mengenai Roh Kudus yang keluar baik dari Sang Bapa maupun Sang Putera. Meskipun cara berbicara seperti ini dikenal akrab di Barat, namun tidak dikenal di Wilayah Kekaisaran Romawi Timur yang berbahasa Yunani itu.

Sebagai tambahan pada Kredo Nicea

Bangsa Frank dan filioque

Permulaan konflik

Kontroversi Photius

Bangsa Frank di Roma

Skisma Akbar dan upaya-upaya rekonsiliasi

Faktor-faktor yang mempersulit

Konsili Florence

Klausa Filioque dalam Teologi Para Bapa Gereja

Filioque dan Doktrin Trinitas

Mendamaikan tradisi Timur dan tradisi Barat

Posisi saat ini

Gereja Ortodoks Timur

Gereja Katolik Roma

Diskusi-diskusi dan pernyataan-pernyataan bersama

Ringkasan

Catatan kaki

  1. ^ http://www.orthodoxinfo.com/inquirers/hierotheos_difference.aspx
  2. ^ Barbero, Allesandro, 2004, Charlemagne: Father of a Continent. Allan Cameron, trans. Berkeley, CA: University of California Press

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

Umum

Asal-usul Historis

Gereja Ortodoks

Gereja Katolik

Pandangan menyeluruh

Gereja Lutheran

Diskusi-diskusi dan pernyataan-pernyataan