Tari kedempling
Tari kedempling adalah salah satu kesenian jenis tari yang berasal dari Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat.[1] Kedempling diambil dari nama gamelan yang bentuknya tidak berpenclon (di wilayah Cirebon dan Indramayu disebut gamelan teras alit atau sundari) yang digunakan sebagai gamelan pengiring tarian ini.[1] Tarian ini sudah berkembang sejak pra-kemerdekaan sekitar tahun 1938-an saat penjajahan kolonial Belanda masih berlangsung.[1][2] Tari kedempling mulai tumbuh di Kabupaten Majalengka utara seperti daerah Ligung, Jatitujuh dan Randegan.[1]Biasanya, tarian ini dipentaskan dari satu tempat ke tempat lain atau disebut babarang (ngamen).[1] Selain itu, kesenian ini biasa dipentaskan atas undangan buruh kontrak perkebunan sebagai sarana hiburan pada malam hari usai bekerja seharian di perkebunan.[1]
Penari dan kostum
Pada tahun 1940-an pelaku seni ronggeng doger mengalami krisis panggilan menghibur dari masyarakat.[3] Oleh karena itu, penari doger beralih profesi menjadi penari kedempling.[2] Perpindahan profesi dari penari doger menjadi penari kedempling ini hanya berbekal keterampilan menari yang dipelajari secara otodidak.[2] Semua penari adalah kaum hawa yang mengenakan busana mirip laki-laki, yakni baju kutung dan sontog berwarna cokelat dipadu kain samping, selendang dan sabuk.[1] Bagian tangan dan kakinya menggunakan gengge (gelang gemerincing).[1] Sementara bagian kepalanya mengenakan iket yang dibentuk sedemikian rupa dan wajah penari dihiasi kacamata hitam serta kumis yang dilukis, serta terdapat kace di bagian dada.[1] Mereka menari dengan gerakan yang sangat sederhana mengikuti irama yang sederhana pula namun penuh arti.[1] Tarian ini merupakan perpaduan antara pola tari topeng tumenggung dan pola tari tayub sehingga mengandung dua unsur berbeda pula, yakni unsur cirebonan dan unsur priangan.[1]
Fungsi
Fungsi tari kedempling pada awalnya adalah untuk kegiatan babarang (ngamen) di tempat terbuka, bahkan di lapangan.[3] Sejak tahun 1957, banyak masyarakat yang mengundang tari kedempling untuk tampil di acara lahiran, khitanan, atau kaul dalam acara pernikahan.[3] Secara nilai dan makna, nilai-nilai kebersamaan dalam gerakan tari kedempling memperlihatkan kehalusan sikap, keindahan budi pekerti, dan kekompakan masyarakatnya.[3] Selain itu tarian ini memiliki peranan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi para penari dan penabuh gamelan di komunitas mereka.[3]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k "Ronggeng Kedempling Perpaduan Cirebonan & Priangan-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat". www.disparbud.jabarprov.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-21. Diakses tanggal 2019-02-21.
- ^ a b c http://repository.upi.edu/5933/4/S_SDT_0906403_Chapter1.pdf
- ^ a b c d e https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf