Lompat ke isi

Wiyong, Susukan, Cirebon

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.
Wiyong
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenCirebon
KecamatanSusukan
Kode pos
45166
Kode Kemendagri32.09.27.2002 Edit nilai pada Wikidata
Luas112.12 ha
Jumlah penduduk6032 Jiwa
Kepadatan-

Wiyong adalah desa di kecamatan Susukan, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

SEJARAH DESA WIYONG

Ki gede wiyong atau mbah kuwu salimudin adalah tokoh ulama pendiri desa wiyong pada abad 17-an di masa kolonial belanda.

1. SEJARAH DESA WIYONG

Pada awlanya wiyong adalah merupakan wilayah bagian selatan dari desa kedongdong. Pada masa colonial belanda pertama pada abad 17-an, sering terjadi sengketa dengan para penjajah belandadengan para tokoh dan masyarakat kedongdong dan sekitarnya.

    Konflik dan pertentangan antar penjajah dan tokoh-tokoh serta masyarakat adalah dikarenakan tingkah laku dan tindakan-tindakan penjajah yang terlalau menghina, merampas,bahkan membunuh. Disamping tekanan-tekanan penguasa wilayah adat dan tradisi orang asing yang sangat mencolok para pribumi.
    Puncak konflik dan pertentangan tokoh-tokoh dan masyarakat kedongdong sekitarnya dengan colonial belanda melahirkan meletusnya perang dikedongdong ditenggarai dengan terbunuhnya beberapa serdadu belanda yang datang diwilayah kedongdong.
    Perang kedongdong bagi pribumi dipimpin oleh Kigede Kedongdong yang didampingi oleh para tokoh dan jawara dari blok Wiyong kedongdong bagian selatan seperti  Kh. Salimudin, Ki Ngabei, Ki Serang, Kigede Lemah Abang, dan Kigede Wanabadra. Dalam perang itu pejuang kedongdong dalam perang itu pejuang kedongdong juga dibantu oleh Kibagus Serit dan Kibagus Rangin dari wilayah bunder.
    Terjadinya perang kedongdong dimulai dengan kedatangan serdadu belanda dari arah tenggara, dari wilayah inilah berkecamuk perang antara serdadu belanda dengan pasukan pribumi hingga mayat bergelimpangan ( tingtelele Jawa ) hingga wilayah itu sekarang disebut dukuh lele dan berputar-putarlah pertempuran terus berkecamuk ( Wunyeng Jawa ) dan kini tempat itu disebut Unyengan dalam perang itu pasukan kedongdong (Pribumi) juga dibantu oleh pasukan wanita yang berdandan kain dan slendang ( Nyawet Jawa ) di petegalan yang sekarang tempat itu disebut Tegal Cawet dan untuk pasukan pribumi memiliki tempat persembunyian istimewa dipepohonan hutan gelap nan sunyi dan aneh dibawah lindungan kiwekar yang persembunyian itu disebut bunian yang sekarang lebih di kenal Kibuyut Bunian.
        Akhir perang antara serdadu belanda dengan pasukan pribumi kedongdong dan sekitarnya dimenangkan oleh pasukan pribumi dan belanda pun kalah tunggang-langgang, stelah wilayah kedongdong aman dan masyarakat pun berkembang para tokoh pemerintah kedongdong menyadari bahwa kemenangan perang kedongdong adalah atas jasa-jasa para tokoh dari Kigede-Kigede Wiyong. Maka untuk menghargai jasa-jasa itu akhirnya wilayah wiyong ( kedongdong bagian selatan ) dipersilahkan untuk mandiri memiliki kepemerintahan sendiri dan kala itu kuwu pertama Desa Wiyong adalah seorang ulama terkemuka yaitu Ky. Salimudin dengan wilayah Wiyong yang pada awalnya dibagi menjadi lima ( lima ) Kuanco yaitu Kuanco Wunut, Kuanco Wiyong lor, Kuanco Serang, Kuanco Wanabadra, dan Kuanco Lemah Abang yang masing-masing kuanco dipimpin oleh kigedenya masing-masing.
         Semenjak itu Wiyong berdampingan dengan Desa Kedongdong menjadi sebuah Desa mandiri dan menata pembangunan dan kemakmuran yang sama-sama dibawah naungan Kerajaan Cirebon.

3.TERBENTUKNYA DESA WIYONG

Pada masa perang antara serdadu belanda dengan pasukan pribumi kedongdong dan sekitarnya dimenangkan oleh pasukan pribumi dan belanda pun kalah tunggang-langgang, stelah wilayah kedongdong aman dan masyarakat pun berkembang para tokoh pemerintah kedongdong menyadari bahwa kemenangan perang kedongdong adalah atas jasa-jasa para tokoh dari Kigede-Kigede Wiyong. Maka untuk menghargai jasa-jasa itu akhirnya wilayah wiyong ( kedongdong bagian selatan ) dipersilahkan untuk mandiri memiliki kepemerintahan sendiri dan kala itu kuwu pertama Desa Wiyong adalah seorang ulama terkemuka yaitu Ky. Salimudin dengan wilayah Wiyong yang pada awalnya dibagi menjadi lima ( lima ) Kuanco yaitu Kuanco Wunut, Kuanco Wiyong lor, Kuanco Serang, Kuanco Wanabadra, dan Kuanco Lemah Abang yang masing-masing kuanco dipimpin oleh kigedenya masing-masing. Semenjak itu Wiyong berdampingan dengan Desa Kedongdong menjadi sebuah Desa mandiri dan menata pembangunan dan kemakmuran yang sama-sama dibawah naungan Kerajaan Cirebon. Kata Wiyong berasal dari dua kata yaitu Uwi dan Oyong nama dua jenis sayuran kuno tanah jawa. Nama ini selaras dengan umumnya nama desa-desa khususnya Daerah Jawa Cirebon yang mengambil nama Desa dari nama buah-buahan atau tumbuhan yang ada dan tempat atau benda yang menonjol keberadaanya. Konon dceritakan wilayah Wiyong disebut Wiyong karena dahulu kala masyarakat Wiyong mempunyai kebiasaan berkebun Uwi dan Oyong didataran sungai bagian selatan dari mulai wilayah royom hingga wilayah serang kulon, yang hasil sayuranya hingga dikenal colonial belanda disamping wilayah-wilayah sekitarnya. Disebabakan ketenaran sayuran Uwi dan Oyongnya itu wilayah tersebut dikelan dengan blok wiyong dari kata Uwi dan Oyong. Yang sekarang ini dataran itu disebut wiyong lor.

4. KEPEMIMPINAN DESA

Pejabat Kepala Desa / Kuwu yang pertama sampai dengan sekarang secara berturut- turut.

No N a m a Tahun Keterangan 1 Kuwu Salimudin 1818 s/d 1826

2 Kuwu Ngabehi 1826 s/d 1829

3 Kuwu Arsitem 1829 s/d 1835

4 Kuwu Narsija 1835 s/d 1839

5 Kuwu Karsiya/Resep 1839 s/d 1849

6 Kuwu Mustari 1849 s/d 1858

7 Kuwu Sarja 1858 s/d 1877

8 Kuwu H. Said/Sanyep 1877 s/d 1890

9 Kuwu H. Konar 1890 s/d 1894

10 PJS. H. Duliman 1894 s/d 1895

11 Kuwu H. Duliman 1895 s/d 1911

12 Kuwu Jasian 1911 s/d 1932

13 Kuwu Redian 1932 s/d 1953

14 Kuwu Suryama 1953 s/d 1955

15 Kuwu Lumun 1953 s/d 1958

16 PJS. Kliwon Amak 1958 s/d 1959

17 KuwuTawan Antawan 1959 s/d 1963

18 Kuwu Ramuna 1963 s/d 1967

19 Kuwu Kumpul 1967 s/d 1984

20 PJS. Kumpul 1984 s/d 1985

21 Kuwu Mukoni 1985 s/d 1994

22 PJS. H. Subroto 1994 s/d 1995

23 Kuwu Suwandi 1995 s/d 1997

24 PJS. Nono Marsono 1997 s/d 1999

25 Kuwu H. Mukoni 1999 s/d 2007

26 PJS. Maryono 2008 s/d 2009

27 PJS. H. Subroto 2009 s/d Desember 2009

28 Kuwu Nyi Dasini 2009 s/d Desember 2015

29. Plt.Kuwu Suyandi oktober 2015 s / d Desember 2015

30. Kuwu H. Maryono 2016 s/d Desember 2021

31. Plt. Kuwu Abdul Kodir November 2021

32. Kuwu Nurjaya 2021 s/d Sekarang

5. LETAK GEOGRAFIS

Desa Wiyong Terletak antara ’ ’ Lintang Selatan dan Bujur Timur, dengan luas wilayah 21 Km2, terdiri dari 6 Dusun, 6 RW dan 20 RT. dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut: Sebelah Utara: Desa Kedongdong Sebelah Selatan: Desa Tangkil Sebelah Barat: Dusun Kayen Desa Susukan Sebelah Timur: Desa Gintung Kec. Ciwaringin Jarak dari Desa Wiyong ke ibu kota Kecamatan SUSUKAN ± 3 Km, jarak ke ibu kota Kabupaten CIREBON ± 30 Km, jarak ke ibu Provinsi di Bandung ± 165 Km dan jarak ke ibu kota Negara di Jakarta ± 280 Km

6. Topografi Desa Wiyong merupakan desa yang berada di daerah dataran rendah pantai utara Pulau Jawa, dengan ketinggian ± 1.5 M di atas permukaan air laut. Sebagian besar wilayah desa adalah lahan pertanian/sawah dan tegalan.

7. Hidrologi dan Klimatologi

         Sumber air yang ada di Desa Wiyong meliputi air permukaan dan air tanah.  Air permukaan berupa sungai dan air tanah berupa genangan, yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS).
       Sesuai dengan kebijakan penyediaan air baku untuk irigasi, maka di Desa Wiyong mendapat pasokan pelayanan irigasi berasal dari Bendungan Rentang yang berada di daerah Kabupaten Majalengka.
       Sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga, masyarakat sebagian besar menggunaan air bersih dari Perusahaan Air Minum (PAM) dan sebagian yang lain dari sumur gali dan sumur pompa.

8. Luas dan Sasaran Penggunaan Tanah

           Luas Desa seluruhnya 211.5 Ha, terdiri dari lahan sawah 141 Ha (65 %) dan tanah darat 36.5 Ha (35 %).