Susukan, Cirebon
Susukan | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Barat |
Kabupaten | Cirebon |
Pemerintahan | |
• Camat | - |
Populasi | |
• Total | - jiwa |
Kode Kemendagri | 32.09.27 |
Kode BPS | 3209220 |
Luas | - km² |
Desa/kelurahan | 12 |
Susukan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Asal mula Desa Susukan itu adalah di blok Reca yang sekarang tanahnya sudah menjadi pesawahan. Karena mengikuti jejak Ki Gersik yang pada waktu itu menjadi guru agama Islam maka berpindah tempat disuatu blok yaitu blok Wana Iman yang sekarang disebut blok Pamijen. Adapun Ki Gresik nama aslinya ialah Kiyai Hasan Madari dan dapat julukan dari Cirebon yaitu PANGERAN SELINGSINGAN (asal dari Gresik Surabaya) dan jejaknya dikuburkan dipekuburan Wana Iman. Adapun kata Susukan terjadi pada waktu Ki Gresik membuat perkampungan Pamijen dari hutan Iman mengatur/menggali bikin saluran air gempol yang mengalir dari blok Girang. Adapun yang pertama kali membuka tanah adalah seorang perempuan yang bernama Ny. Tosa dengan cara membakar hutan dimulai dari blok Pamijen dengan pertolongan seorang Punakawan yang bernama Ki Angger Esa sehingga menjalarnya api itu meluas sampai ke selatan yaitu di desa Nunuk yang merupakan bagian daerah Majalengka (sekarang desa Garawangi). Menurut kisah orang tua dulu, pekuburan Nyi Tosa itu ada di daerah Garawangi adapun yang di daerah Susukan hanya selendangnya saja. Pada waktu itu terjadi peperangan dengan Ratu Galuh, pahlawanya bernama Pati Sumijang sehingga ratu Galuh terdesak kalah, putri dan anak ratunya dapat ditahan dan di bawa ke Cirebon. Tahanan di angkut ke Cirebon oleh Ki Pati Suro dan tempat sekarang itu bernama desa Tegalgubug, di buat kemah untuk istirahat sehingga diadakan hubungan perkawinan tidak resmi antara putri Galuh dengan Ki Pati Suro karena maklum antara laki-laki dan perempuan. Ahirnya melapor ke Cirebon bahwa tahanan itu tidak pantas untuk di jadikan selir, melainkan supaya dianggap sebagai tawanan yang tidak berfaedah. Maka oleh karena itu Ki Pati Sumijang mendengar peristiwa tersebut kemudia melapor ke Cirebon bahwa Ki Pati Suro berbohong dan ketika itu juga mendapat julukan Ki Pati Rusuh. Kemudian diadakan perang tanding antara Ki Pati Sumijang dengan Ki Pati Suro bertempat di saluran air perbatasan antara desa Susukan dengan desa Tegalgubug, sehingga terjadi perkelahian yang maha dasyat. Pada waktu itu Ki Pati Sumijang dapat menguasai peperangan tersebut sehingga Ki Pati Suro dapat terpukul mundur dan lari terpontang panting sampai kakinya terinjak binatang kiong sehingga tumitnya bengkak. Dari sini muncul kepercayaan bahwa tanda atau ciri-ciri khusus orang Tegalgubug yang asli itu pasti tumitnya besar. Adapun kramat Ki Gresik setelah wafat, terjadi di mana waktu perang berandal di desa Kedongdong yang diketuai oleh Ki Bagus serit melawan kompeni tentara Belanda, ketika ada orang Susukan yang bernama Ki Remang yang mengetahui keadaan di Kedongdong yang terjebak bertemu dengan Tuan Jonas lantas terkena pukulan dibagian kepalanya. Oleh karena itu Ki Remang lari pulang dan masuk ke pemakaman Ki Gresik sambil menahan rasa sakitnya, tetapi apa hendak dikata oleh karena sakitnya itu agak berat maka Ki Remang tersebut tak tahan lagi menahanya dan ahirnya ia meninggal juga di pemakaman Ki Gresik. Tuan Jonas tidak sanggup meneruskan pencegatan di sebabkan karena takut melihat ular besar di pemakaman Ki Gresik, sehingga Tuan Jonas kembali lagi ke tempat asalnya.