Lompat ke isi

Bulang hulu (heraldik)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Di dalam ilmu perbentaraan, bulang hulu adalah selingkar pelintiran kain yang ditempatkan di sekitar puncak ketopong dan pangkal jambul. Bulang hulu memiliki faedah ganda, yaitu menutup persambungan ketopong dan jambul, serta menjaga agar mantel tetap terpasang pada tempatnya.

Adakalanya bulang hulu keliru disangka sebagai tanda mata, semisal saputangan atau gelendong benang, yakni barang kenang-kenangan pemberian kekasih hati untuk disematkan pada pakaian tempur kesatria yang hendak turun berperang atau berlaga di gelanggang tarung kesatria. Kesalahpahaman ini timbul lantaran asal-usul bulang hulu sudah dilupakan orang manakala jambul kian distilisasi dan semakin tidak mencerminkan kegunaanya.

Bulang hulu dijabarkan sebagai bagian dari jambul. Sebagai contoh, jabaran jambul Lambang Kebesaran Kanada adalah On a wreath of the colours Argent and Gules, a lion passant guardant Or imperially crowned proper and holding in the dexter paw a maple leaf Gules (di atas bulang hulu perak berselang-seling merah, singa emas lenggang menyamping toleh ke muka, bermahkota bak maharaja, tungkai kanan depan mencengkeram daun mapel merah sehelai). Pada umumnya pulasan bulang hulu tidak disebut-sebut dalam jabarannya, karena dianggap sudah pasti akan diserasikan dengan logam dan warna pulasan utama pada perisai. Sama seperti mantel, bulang hulu harus selalu dipulasi satu logam dan satu warna. Lazimnya pulasan bulang hulu sama persis dengan pulasan mantel. Di dalam kaidah lambang Inggris, bulang hulu biasanya ditampilkan dalam wujud selembar bahan sandang yang dipelintir enam kali, dan dipulasi berselang-seling dengan logam dan warna.[1]

Adakalanya bulang hulu diganti dengan mahkota atau mahkota ningrat yang disebut "makhota ningrat berjambul". Pada masa lampau, praktik mengganti bulang hulu dengan mahkota ningrat merupakan hal yang lumrah di semua kalangan, tetapi kini menjadi hak istimewa keluarga kerajaan dan bangsawan tinggi, kecuali dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa tokoh masyarakat dari kalangan rakyat jelata mengakali kaidah ini dengan menempatkan mahkota ningrat di atas bulang hulu, alih-alih menggantikannya.

Bulang hulu juga kerap digunakan sebagai hiasan pada satwa heraldik, yakni dipasang melingkari dahi atau lehernya. Gambar Orang Moro dan orang Sarasen dalam heraldik juga lazim ditampilkan berdestar bulang hulu.

Baca juga

[sunting | sunting sumber]

Iqal