Je suis Charlie
"Je suis Charlie" ("Saya Charlie") adalah sebuah slogan yang digunakan oleh setelah Penembakan Charlie Hebdo di Paris, pada 7 Januari 2015 yang menewaskan 12 orang. Slogan ini digunakan awalnya adalah untuk menunjukkan dukungan kepada korban dalam penembakan tersebut, namun diperluas oleh para penggunanya kemudian sebagai dukungan terhadap kebebasan berpendapat dan kebebasan pers.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sebuah gambar yang memuat tulisan tersebut dibuat pertama kali oleh Joachim Roncin, seorang desainer grafis dari kota Paris, beberapa jam setelah Penembakan Charlie Hebdo.[1]
Kalimat tersebut terinsiprasi dari beberapa kalimat, diantaranya kalimat "Ich bin ein Berliner" (saya warga Berlin) yang diucapkan oleh John F. Kennedy saat berpidato di Berlin Barat pada tahun 1963, dan kalimat "We are all Americans" setelah Serangan 11 September di New York, Amerika Serikat.[1]
Penggunaan frasa "I am.." (saya..) atau kemudian "We are.." (kami..) dianggap dapat menjadi sebuah ekspresi solidaritas dan dukungan terhadap korban dari satu kejadian tertentu. Frasa tersebut menunjukkan bahwa penggunanya turut merasakan perasaan sedih, marah, dan simpati terhadap korban.[2]
Kritik
[sunting | sunting sumber]Walaupun populer di kalangan masyarakat, slogan tersebut tidak diterima semua kalangan. Slogan tandingan, seperti #JeNeSuisPasCharlie (saya bukan Charlie) muncul di media sebagai respon menolak tagar #JeSuisCharlie. Beberapa media besar seperti New York Times dan Associated Press menolak memuat karikatur Charlie Hebdo dan menggunakan frasa Je Suis Charlie, menganggap Charlie Hebdo telah melampaui batas antara media sindiran dan penghinaan sebagai tindakan kriminal.[3]
Penggunaan
[sunting | sunting sumber]#JeSuisCharlie menjadi salah satu tagar terpopuler di media sosial Twitter, dimana dilaporkan terdapat 6500 twit per menit yang memuat tagar tersebut pada 8 Januari, dan sampai 9 Januari telah digunakan sebanyak 5 juta kali.[4]
Sebuah pawai besar dilakukan di Paris pada 11 Januari untuk mengenang peristiwa di Charlie Hebdo dan aksi teror serupa yang menimpa toko Yahudi "Hypercacher" setelahnya, dimana pemimpin negara-negara dunia hadir dalam pawai tersebut.[5] Slogan Je Suis Charlie digunakan oleh demonstran yang terlibat dalam pawai-pawai dan demonstrasi serupa yang dilakukan di seluruh dunia.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "Kisah di balik pembuatan slogan Je Suis Charlie". CNN Indonesia.
- ^ "#IAm: The default mode of showing solidarity in the hashtag era".
- ^ "NY Times, AP, dan Media Besar Lainnya Menolak Je Suis Charlie". BeritaSatu.
- ^ "#JeSuisCharlie becomes one of most popular hashtags in Twitter's history". CNN.
- ^ "Paris march: Global leaders join 'unprecedented' rally in largest demonstration in history of France". The Independent.