Sungai Ketahun
Sungai Ketahun 'Bioa Tawên Air Ketaun | |
---|---|
Peta OpenStreetMap
| |
Lokasi | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Indonesia |
Ciri-ciri fisik | |
Hulu sungai | Pegunungan Bukit Barisan |
- lokasi | Topos, Kabupaten Lebong |
- elevasi | 1400 |
Muara sungai | Samudra Hindia |
- lokasi | Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara |
Panjang | 120 km |
Daerah Aliran Sungai | |
Sistem sungai | DAS Ketahun |
Kode DAS | DAS120334 |
Luas DAS | 2.391 km2 (923 sq mi) |
Pengelola DAS | BPDAS Ketahun |
Wilayah sungai | WS Sebelat-Ketahun-Lais |
Kode wilayah sungai | 01.36.B |
Otoritas wilayah sungai | BWS Sumatera 7 |
Informasi lokal | |
Zona waktu | WIB (UTC+7) |
GeoNames | 1640115 |
Sungai Ketahun atau dalam bahasa Rejang dikenal sebagai Bioa Tawên, adalah sungai lintas kabupaten sekaligus salah satu dari 120 buah sungai yang terletak di provinsi Bengkulu, Indonesia.[1][2] Sungai ini berhulu di wilayah Topos, Lebong, mengalir ke arah barat dan bermuara di Samudra Hindia,[3] dekat Pasar Ketahun, Bengkulu Utara.
Dengan panjang 120 km, sungai Ketahun adalah sungai terpanjang di Bengkulu.[4] Bagian hilir dan muara sungai yang berada di kawasan pesisir terdiri dari lembah aluvial yang subur selebar 50-100 meter.[5] Sungai Ketahun memiliki daerah aliran sungai (DAS) terluas di Bengkulu, dengan wilayah mencapai 2.405 km2.[6] Daerah aliran sungainya berbatasan dengan DAS Batanghari di sebelah utara dan DAS Musi di sebelah timur.[7]
Pemanfaatan
[sunting | sunting sumber]Sungai ini merupakan sumber air utama bagi Danau Tes dan sekaligus sumber penggerak PLTA Tes, salah satu PLTA tertua di luar Jawa.[8] PLTA Tes yang terdiri dari dua unit tersebut pada awalnya sengaja didirikan guna menghasilkan listrik dan menyuplainya bagi kebutuhan industri pertambangan emas dan perak kolonial di daerah Tambang Sawah serta tambang swasta milik Mijnbouw Maatschappij Rejang Lebong.[9] Selain itu sungai Ketahun sejak lama menjadi sarana transportasi air primadona sebelum berkembang pesatnya transportasi darat.[2]
Luak[a] Lebong yang dialiri oleh sungai ini, sejak lama dimanfaatkan sebagai area penanaman padi darat dan padi sawah oleh masyarakat.[10] Pemanfaatan lain adalah sebagai destinasi wisata arung jeram.[11]
Nilai penting
[sunting | sunting sumber]Sungai ini merupakan satu dari dua sungai penting bagi kebudayaan masyarakat Rejang, bersama dengan sungai Musi. Menurut tuturan lokal, masyarakat Rejang masa lalu membangun permukiman mereka di tepian sungai ini. Para pendatang dari Majapahit atau Empat Biku yang nantinya akan mendirikan Kerajaan Pat Petulai memasuki wilayah Lebong dengan memudiki sungai ini.[12] Ketahun juga diyakini sebagai sungai bertuah oleh suku tersebut.[13]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS)
- BPDAS Ketahun
- Daerah Aliran Sungai (DAS)
- Daftar daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia
- Irigasi Premium
- Wilayah sungai (WS) dan pembagiannya di Indonesia
Catatan
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Demus, Sudjatmiko, & Simarmata 2019, hlm. 25.
- ^ a b Soeprapto 1989, hlm. 38.
- ^ Samuel & Adjie 2004, hlm. 33.
- ^ Samuel & Adjie 2004, hlm. 34.
- ^ Pusat Penelitian dan Pengembangan Transmigrasi 1991, hlm. 22.
- ^ Wahyuni, Kasrina, & Singkam 2019, hlm. 2.
- ^ Kusuma 2007, hlm. 134.
- ^ Stroomberg 2018, hlm. 293.
- ^ Sulistyo 2021, hlm. 7.
- ^ Purwoko, Sukiyono, Cahyadinata 2017, hlm. 206.
- ^ "Ketahun, Surga Baru Penggiat Arung Jeram Bengkulu". Gatra.com. 25 Februari 2017. Diakses tanggal 27 November 2021.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Indriatmoko 2007, hlm. 95.
- ^ Sarwono 1999, hlm. 95.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]Buku
[sunting | sunting sumber]- Indriatmoko, Yayan, ed. (2007). Dari desa ke desa: dinamika gender dan pengelolaan kekayaan alam. Bogor: Center for International Forestry Research. hlm. 95. ISBN 9789792446869.
- Soeprapto, Soeprapto (1989). 10 Tahun Menjebol Isolasi Bengkulu | Memori Serah Terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu, Periode 16 Juli 1984 s/d 16 Juli 1989. Bengkulu: Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu. hlm. 38. Diakses tanggal 5 Desember 2021.
- Stroomberg, J. (2018). 1930 Handbook of The Netherlands East-Indies [Hindia Belanda 1930]. Diterjemahkan oleh Apriyono, Her. Yogyakarta: IRCiSoD. hlm. 293. ISBN 9786027696426. Diakses tanggal 4 Desember 2021.
- Sulistyo, Eko (10 November 2021). Jejak Listrik di Tanah Raja. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 7. ISBN 9786024816759. Diakses tanggal 4 Desember 2021.
Jurnal
[sunting | sunting sumber]- Demus, Niko; Sudjatmiko, Sigit; Simarmata, Marulak (April 2019). "Kajian Status Mutu Air Sungai Ketahun dalam Rangka Pendayagunaan untuk Baku Mutu Ar Minum" [Study of Farmer's Local Knowledge on Ketahuan River Watershed Management in Lebong District]. NATURALIS – Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Bengkulu: Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (S2) Universitas Bengkulu. 8 (1): 25–33. ISSN 2302-6715.
- Purwoko, Agus; Sukiyono, Ketut; Cahyadinata, Indra (2 September 2007). "Kajian Pengetahuan Lokal Masyarakat Petani dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ketahun di Kabupaten Lebong" [Study of Farmer's Local Knowledge on Ketahuan River Watershed Management in Lebong District]. Agrisep. Bengkulu: Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. 16 (2): 201–210. ISSN 1412-8837.
- Samuel, Samuel; Adjie, Susilo (Juni 2004). "Beberapa Aspek Biologi Ikan Sidat (Anguilla spp.) di Sungai Ketahun, Provinsi Bengkulu". Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. Palembang: Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Palembang. 2 (1): 33–40. Diakses tanggal 4 Desember 2021.
Laporan
[sunting | sunting sumber]- Pengkajian hasil-hasil penelitian (Laporan). 3. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Transmigrasi. 1991. Diakses tanggal 4 Desember 2021.
Makalah untuk konferensi, seminar, dan simposium
[sunting | sunting sumber]- Kusuma, Desi Widia. Identifikasi dan Alternatif Pemulihan Lahan Akses Terbuka (LAT) pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Hari Hulu. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017. Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Riau. hlm. 134. Diakses tanggal 4 Desember 2021.
- Sarwono, Sarwit (12–13 Oktober 1999). "Naskah E 4 Peti 91 dan Tradisi Nedo Suting pada Masyarakat Rejang". Tradisi Tulis Nusantara Menjelang Milenium III. Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara III. Depok: Masyarakat Pernaskahan Nusantara. hlm. 66–96. Diakses tanggal 4 Desember 2021.
- Wahyuni, Winda; Kasrina, Kasrina; Singkam, Abdul Rahman (Juli 2019). Keragaman dan Kelimpahan Makroinvertebrata di Sungai Ketahun, Bengkulu Utara. Prosiding Semirata & ICST BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA. Bengukulu. hlm. 1–10. Diakses tanggal 5 Desember 2021.