Lompat ke isi

Logam berat beracun

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hidrogen Helium
Lithium Berilium Boron Karbon Nitrogen Oksigen Fluor Neon
Natrium Magnesium Aluminium Silikon Fosfor Sulfur Clor Argon
Potasium Kalsium Skandium Titanium Vanadium Chromium Mangan Besi Cobalt Nikel Tembaga Seng Gallium Germanium Arsen Selen Bromin Kripton
Rubidium Strontium Yttrium Zirconium Niobium Molybdenum Technetium Ruthenium Rhodium Palladium Silver Cadmium Indium Tin Antimony Tellurium Iodine Xenon
Caesium Barium Lanthanum Cerium Praseodymium Neodymium Promethium Samarium Europium Gadolinium Terbium Dysprosium Holmium Erbium Thulium Ytterbium Lutetium Hafnium Tantalum Tungsten Rhenium Osmium Iridium Platinum Gold Mercury (element) Thallium Lead Bismuth Polonium Astatine Radon
Francium Radium Actinium Thorium Protactinium Uranium Neptunium Plutonium Americium Curium Berkelium Californium Einsteinium Fermium Mendelevium Nobelium Lawrencium Rutherfordium Dubnium Seaborgium Bohrium Hassium Meitnerium Darmstadtium Roentgenium Copernicium Nihonium Flerovium Moscovium Livermorium Tennessine Oganesson
Contoh logam berat beracun
Dinding abu terbang batu bara setinggi 25-kaki (7,6 m) yang terkontaminasi dengan logam berat beracun, yang dihasilkan dari pelepasan 4,1 juta meter kubik lumpur abu terbang batu bara ke sungai Emory, Tennessee, dan sekitarnya, pada Desember 2008.[1] Hasil pengujian menunjukkan peningkatan signifikan kadar arsenik, tembaga, barium, kadmium, kromium, timbal, raksa, nikel, dan talium dalam sampel lumpur dan air sungai.[2] Biaya rehabilitasi dapat mencapai lebih dari US$1,2 milyar.[3]

Suatu logam berat beracun adalah semua logam atau metaloid yang relatif rapat yang diperhatikan karena toksisitas potensialnya, terutama dalam konteks lingkungan.[4] Istilah ini terutama berlaku untuk kadmium, raksa, timbal, dan arsenik,[5] yang seluruhnya muncul dalam daftar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang 10 bahan kimia yang menjadi perhatian utama publik. Contoh lain mencakup mangan, kromium, kobalt, nikel, tembaga, seng, selenium, perak, antimon, dan talium.[butuh rujukan]

Logam berat ditemukan secara alami di dalam tanah. Mereka menjadi terkonsentrasi akibat aktivitas manusia dan dapat masuk ke dalam jaringan tumbuhan, hewan, dan manusia melalui pernapasan, makanan, dan penanganan manual. Kemudian, mereka dapat berikatan dan mengganggu fungsi komponen sel vital. Efek toksik arsenik, raksa, dan timbal sudah diketahui sejak zaman dulu, tetapi metode penelitian toksisitas beberapa logam berat baru muncul tahun 1868. Pada manusia, keracunan logam berat umumnya diobati dengan pemberian zat pengkhelat. Namun, beberapa unsur yang dianggap logam berat toksik ternyata esensial, dalam jumlah kecil, bagi kesehatan manusia.

Sumber kontaminasi

[sunting | sunting sumber]
Tetraetil timbal merupakan salah satu kontaminan logam berat yang paling signifikan pada penggunaan saat ini.[6]

Logam berat ditemukan secara alami di tanah, dan terkonsentrasi sebagai akibat aktivitas manusia. Sumber-sumber umum berasal dari limbah pertambangan dan industri; emisi kendaraan; baterai timbal-asam (aki); pupuk; cat; kayu olahan; infrastruktur pengolahan air yang sudah lama;[7] dan mikroplastik yang terapung di samudera dunia.[8] Arsenik, kadmium dan timbal mungkin hadir pada mainan anak-anak pada tingkat yang melebihi standar peraturan. Timbal dapat digunakan dalam mainan sebagai stabilisator, penguat warna, atau zat anti korosi. Kadmium kadang-kadang digunakan sebagai stabilisator, atau untuk meningkatkan massa dan kilau perhiasan mainan. Arsenik diperkirakan digunakan dalam hal yang terkait dengan pewarna.[9] Racun tikus yang digunakan pada penyimpanan biji-bijian dan lumbung kemungkinan merupakan sumber lain arsenik.[10]

Timbal adalah kontaminan logam berat dengan prevalensi tertinggi.[11] Sebagai komponen tetraetil timbal, (CH''";, ia banyak digunakan dalam bensin pada era 1930–1970an.[12] Kadar timbal dalam lingkungan akuatik masayarakat industri telah diperkirakan dua hingga tiga kali lipat daripada kadar di era pra-industri.[13] Meskipun penggunaan bensin bertimbal di Amerika Utara sebagian besar sudah dihapus pada tahun 1996, tanah di sekitar jalanan yang dibangun sebelum masa ini menyimpan timbal dalam konsentrasi tinggi. Timbal (dalam bentuk timbal azida atau timbal stifnat yang digunakan dalam pemadam api) perlahan-lahan terakumulasi di lahan latihan pemadam kebakaran, mencemari lingkungan lokal dan memapar karyawan sekitar dengan risiko keracunan timbal.[14]

Jalur masuk

[sunting | sunting sumber]

Logam berat memasuki jaringan tumbuhan, hewan dan manusia melalui udara yang dihirup, makanan dan penanganan manual. Emisi kendaraan bermotor adalah sumber utama pencemaran udara termasuk arsenik, kadmium, kobalt, nikel, timbal, antimon, vanadium, seng, platina, paladium dan rodium.[15] Sumber-sumber air (air tanah, danau, jeram dan sungai) dapat tercemar logam berat hasil pelindian industri dan limbah domestik; hujan asam dapat memperparah proses ini dengan membebaskan logam berat yang terperangkap di dalam tanah.[16] Tumbuhan terpapar logam berat melalui air yang diasupnya; hewan memakan tumbuhan ini; makanan nabati dan hewani adalah sumber terbesar logam berat pada manusia.[17] Absorpsi melalui kontak kulit, misalnya kontak dengan tanah, adalah sumber potensial kontaminasi logam berat lainnya.[18] Logam berat beracun dapat mengalami bioakumulasi pada organisme karena mereka sulit dimetabolisme.[19]

Efek merugikan

[sunting | sunting sumber]

Logam berat "dapat berikatan dengan komponen sel vital, seperti protein struktural, enzim, dan asam nukleat, dan mengganggu fungsinya".[20] Gejala dan efeknya dapat bervariasi tergantung pada logam atau senyawa logam, dan dosis yang memapar. Secara umum, paparan logam berat beracun jangka panjang dapat menyebabkan karsinogenik, pengaruh pada sistem saraf pusat dan perifer, dan mempengaruhi sirkulasi. Bagi manusia, tabel berikut menyajikan dampak umum paparan logam berat beracun "klasik",[21] atau kromium (logam berat beracun lainnya) atau arsenik (metaloid).[22]

Unsur Paparan akut
biasanya satu hari atau kurang
Paparan kronis
biasanya hitungan bulan atau tahun
Kadmium Pneumonitis (radang paru-paru) Kanker paru-paru
Osteomalasia (pelunakan tulang)
Proteinuria (kelebihan protein dalam urin; kemungkinan kerusakan ginjal)
Raksa Diare
Demam
Muntah
Stomatitis (radang gusi dan mulut)
Mual
Sindrom nefrotik (kegagalan fungsi ginjal nonspesifik)
Neurastenia (gangguan neurotik)
Parageusia (rasa logam)
Penyakit merah jambu (tangan dan kaki menjadi nyeri dan berwarna merah jambu
Tremor
Timbal Ensefalopati (disfungsi otak)
Mual
Muntah
Anemia
Ensefalopati
Kaki lentuk/tangan lentuk (kelumpuhan)
Nefropati (penyakit ginjal)
Kromium Pendarahan saluran pencernaan 
Hemolisis (penghancuran sel darah merah)
Gagal ginjal akut
Fibrosis paru
Kanker paru-paru
Arsenik Mual
Muntah
Diare
Ensefalopati
Efek multi-organ
Aritmia
Neuropati menyakitkan
Diabetes
Hipopigmentasi/Hiperkeratosis
Kanker

Efek toksik arsenik, raksa dan timbal telah dikenal sejak zaman kuno, tetapi metodologi penelitian dari toksisitas menyeluruh logam berat baru muncul pada tahun 1868. Pada tahun tersebut, Wanklyn dan Chapman berspekulasi pada dampak buruk logam berat "arsenik, timbal, tembaga, seng, besi dan mangan" dalam air minum. Mereka mencatat "ketiadaan investigasi" dan dikurangi menjadi "perlu pengumpulan data".[23] Pada tahun 1884, Blake menjelaskan hubungan yang jelas antara toksisitas dan berat atom unsur.[24] Bagian berikut menyajikan rangkuman historis untuk logam berat beracun "klasik" (arsenik, raksa dan timbal) dan beberapa contoh terkini (kromium dan kadmium).

Orpimen, suatu mineral arsenik toksik yang digunakan dalam industri penyamakan untuk menghilangkan bulu dari kulit hewan.

Arsenik, sebagai realgar (As) dan orpimen (As), dikenal sejak zaman kuno. Strabo (64–50 SM – 24 Masehi?), seorang sejarawan dan ahli geografi Yunani,[25] menulis bahwa hanya budak yang dipekerjakan pada tambang realgar dan orpimen karena mereka mau-tak-mau tewas dari efek toksik asap yang dikeluarkan dari bijih. Bir yang tercemar arsenik meracuni lebih dari 6.000 orang di area Manchester, Inggris pada tahun 1900, dan diperkirakan korban tewas sedikitnya 70 orang.[26] Clare Luce, duta besar Amerika Serikat untuk Italia periode 1953-1956, menderita keracunan arsenik. Sumbernya terlacak berasal dari serpihan dari cat yang sarat arsenik di langit-langit kamar tidurnya. Ia mungkin juga telah memakan makanan yang terkontaminasi arsenik dari cat langit-langit ruang makan kedutaan.[27] Air tanah yang terkontaminasi arsenik, seperti 2014, "masih meracuni jutaan orang di Asia".[28]

Saint Isaac's Cathedral, di Saint Petersburg, Rusia. Amalgam emas-raksa yang digunakan untuk menyepuh kubahnya menyebabkan sejumlah kasus di kalangan pekerja yang terlibat.

Kaisar pertama China bersatu, Qin Shi Huang, dilaporkan meninggal akibat mengkonsumsi pil raksa yang diharapkan memberinya keabadian.[29] Frase "gila seperti pembuat topi" sepertinya merujuk pada keracunan raksa di kalangan pengrajin topi (milliner atau hatter, sehingga disebut mad hatter disease), karena senyawa berbasis raksa pernah digunakan dalam pabrikasi topi laken pada abad ke-18 dan ke-19.[30] Dalam sejarahnya, amalgam emas (paduan dengan raksa) banyak digunakan dalam penyepuhan, menyebabkan sejumlah kasus di kalangan pekerja. Diperkirakan selama pembangunan Saint Isaac's Cathedral saja, 60 pekerja tewas akibat menyepuh kubah utama.[31] Wabah keracunan metilmerkuri terjadi di beberapa tempat di Jepang selama tahun 1950an karena limbah raksa industri dibuang langsung ke sungai dan pantai. Kasus yang paling terkenal adalah Minamata dan Nigata. Di Minamata saja, lebih dari 600 orang tewas akibat wabah yang dikenal sebagai penyakit Minamata. Lebih dari 21.000 orang menuntut pemerintah Jepang, akibat hampir 3.000 jiwa tercatat mengidap penyakit ini. Dalam 22 kasus terdokumentasi, ibu hamil yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi ini menunjukkan gejala ringan atau tanpa gejala, tetapi bayi yang dilahirkannya memiliki gangguan perkembangan yang parah.[32] Sejak revolusi industri, kadar raksa telah meningkat tiga kali lipat di banyak permukaan air laut, terutama di sekitar Islandia dan Antartika.[33]

Iklan cat timbal putih Dutch Boy, 1912.

Dampak buruk timbal telah dikenal sejak zaman kuno. Pada abad ke-2 SM, Nicander, botaniwan Yunani, menjelaskan gejala kolik dan kelumpuhan tampak pada orang yang keracunan timbal.[34] Dioscorides, seorang dokter Yunani yang diyakini pernah hidup pada abad ke-1 SM,[35] menulis bahwa lead makes the mind give way, yang artinya adalah timbal merusak otak.[n 1] Timbal digunakan secara ekstensif pada akuaduk Romawi dari sekitar 500 SM hingga tahun 300.[36] Vitruvius, insinyur Julius Caesar, melaporkan "air yang berasal dari pipa tembikar jauh lebih sehat daripada pipa timbal. Tampaknya yang terbuat dari timbal merugikan, karena timbal putih diproduksi darinya, dan ini dikatakan berbahaya bagi tubuh manusia."[37] Selama periode Mongol di China (1271-1368 M), polusi timbal akibat peleburan perak di wilayah Yunnan melampaui tingkat kontaminasi dari kegiatan penambangan modern hampir empat kali.[38][n 2] Pada abad ke-17 dan ke-18, orang-orang di Devon menderita oleh suatu kondisi yang disebut kolik Devon; terungkap hal ini terjadi karena imbibisi cider yang tercemar timbal. Pada tahun 2013, Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa keracunan timbal mengakibatkan 143.000 kematian, dan "berkontribusi kepada 600.000 kasus baru anak-anak dengan cacat intelektual", setiap tahunnya.[40] Di kota A.S. Flint, Michigan, kontaminasi timbal dalam air minum telah menjadi sebuah isu sejak 2014. Sumber pencemaran tersebut dikaitkan dengan "korosi pada pipa timbal dan besi yang mendistribusikan air ke penduduk kota".[41] Pada tahun 2015, kadar timbal dalam air minum di timur laut Tasmania, Australia, dilaporkan mencapai lebih dari 50 kali pedoman air minum nasional. Sumber pencemaran itu dikaitkan dengan "bobroknya kombinasi infrastruktur air minum, termasuk jaringan pipa timbal, pipa polivinil klorida yang telah kadaluwarsa dan pipa ledeng rumah tangga".[7]

Kalium kromat, suatu karsinogen, digunakan dalam pencelupan kain, dan sebagai zat penyamak kulit untuk menghasilkan produk kulit.

Senyawa kromium(III) dan logam krom tidak dianggap sebagai bahaya kesehatan, sedangkan toksisitas dan sifat karsinogenik kromium(VI) telah diketahui sejak paling tidak akhir abad ke-19.[42] Pada tahun 1890, Newman menggambarkan risiko kanker yang meningkat pada pekerja di perusahaan pewarna kromat.[43] Dermatitis akibat kromat dilaporkan pada pekerja pesawat selama Perang Dunia II.[44] Pada tahun 1963, wabah dermatitis, mulai dari eritema sampai eksim eksudatif, terjadi di antara 60 pekerja pabrik mobil di Inggris. Para pekerja telah terpapar cat primer berbasis kromat basah yang diaplikasikan pada bodi mobil.[45] Di Australia, kromium dilepaskan dari pabrik peledak Newcastle Orica pada tanggal 8 Agustus 2011. Sampai dengan 20 pekerja di pabrik tersebut terpapar seperti 70 rumah di dekat Stockton. Kota tersebut hanya diberi tahu tiga hari setelah kebocoran tersebut dan kecelakaan tersebut memicu kontroversi publik yang besar, dengan Orica dikritik karena telah mengurangi akan kemungkinan risiko kebocoran tersebut, dan pemerintah negara bagian diserang atas kelambanannya menangani insiden tersebut.[46]

Batang kadmium berkemurnian 99,999% dan kubus 1 cm3.

Paparan kadmium adalah fenomena awal abad ke-20, dan selanjutnya. Di Jepang pada tahun 1910, Mitsui Mining and Smelting Company mulai membuang kadmium ke sungai Jinzugawa, sebagai produk sampingan dari operasi penambangan. Warga di daerah sekitarnya kemudian mengkonsumsi padi yang ditanam di air irigasi yang terkontaminasi kadmium. Mereka mengalami pelunakan tulang dan gagal ginjal. Asal gejala ini tidak jelas; kemungkinan yang diangkat pada saat itu termasuk "penyakit regional atau bakteri atau keracunan timbal".[47] Pada tahun 1955, kadmium diidentifikasi sebagai kemungkinan penyebabnya dan pada tahun 1961 sumbernya terkait langsung dengan operasi penambangan di daerah tersebut.[48] Pada bulan Februari 2010, kadmium ditemukan di perhiasan Walmart eksklusif Miley Cyrus. Wal-Mart terus menjual perhiasannya sampai Mei, saat tes rahasia yang diselenggarakan oleh Associated Press mengkonfirmasi hasil aslinya.[49] Pada bulan Juni 2010 kadmium terdeteksi dalam cat yang digunakan untuk gelas minum promosi film Shrek Forever After, yang dijual oleh restoran McDonald's, memicu penarikan kembali 12 juta gelas.[50]

Remediasi

[sunting | sunting sumber]
Kompleks logam-EDTA. Pb menggantikan Ca pada Na2[CaEDTA] menghasilkan Na2[PbEDTA], yang dikeluarkan dari tubuh melalui urin.[51]

Pada manusia, keracunan logam berat umumnya diobati dengan pemberian zat pengkhelat.[52] Ini adalah senyawa kimia, seperti CaNa2EDTA (kalsium dinatrium etilenadiaminatetraasetat) yang mengubah logam berat menjadi bentuk inertnya sehingga dapat diekskresikan tanpa interaksi lebih lanjut dengan tubuh. Khelat bukan tanpa efek samping dan juga bisa menghilangkan logam bermanfaat dari tubuh. Suplemen vitamin dan mineral kadang diberikan bersama untuk alasan ini.[53]

Tanah yang terkontaminasi logam berat dapat diatasi dengan satu atau lebih dari teknologi berikut: isolasi; imobilisasi; pengurangan toksisitas; pemisahan fisik; atau ekstraksi. Isolasi melibatkan penggunaan tutup, membran atau penghalang di bawah tanah dalam upaya untuk mengkarantina tanah yang terkontaminasi. Imobilisasi bertujuan untuk mengubah sifat tanah sehingga menghambat mobilitas pencemar berat. Pengurangan toksisitas mencoba mengoksidasi atau mereduksi ion logam berat beracun, melalui bahan kimia atau secara biologi menjadi bentuk yang tidak beracun atau mudah bergerak. Pemisahan fisik melibatkan pemindahan tanah yang terkontaminasi dan pemisahan kontaminan logam dengan cara mekanis. Ekstraksi adalah proses pemisahan yang menggunakan bahan kimia, volatilitas suhu tinggi, atau elektrolisis untuk mengekstraksi kontaminan dari tanah. Proses yang digunakan akan bervariasi sesuai dengan kontaminan dan karakteristik situs.[54]

Beberapa unsur yang dianggap sebagai logam berat beracun adalah esensial, dalam jumlah kecil, untuk kesehatan manusia. Unsur-unsur ini meliputi vanadium, mangan, besi, kobalt, tembaga, seng, selenium, stronsium dan molibdenum.[55] Kekurangan logam-logam esensial ini dapat meningkatkan kerentanan terhadap keracunan logam berat.[56]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Istilah give way di sini mempunyai sinonim dalam bahasa Inggris break down, go bad, give out, go, break, die, conk out, fail; yang dapat diartikan rusak, mati, gagal.
  2. ^ Sampai seperenam dari daratan China bisa terkena kontaminasi logam berat.[39]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Dewan 2008
  2. ^ Dewan 2009
  3. ^ Poovey 2001
  4. ^ Srivastava & Goyal 2010, p. 2
  5. ^ Brathwaite & Rabone 1985, p. 363
  6. ^ Wright 2002, p. 288
  7. ^ a b Harvey, Handley & Taylor 2015
  8. ^ Howell et al. 2012; Cole et al. 2011, pp. 2589‒2590
  9. ^ Finch, Hillyer & Leopold 2015, pp. 849–850
  10. ^ Aggrawal 2014, p. 680
  11. ^ Di Maio 2001, p. 527
  12. ^ Lovei 1998, p. 15
  13. ^ Perry & Vanderklein 1996, p. 336
  14. ^ Houlton 2014, p. 50
  15. ^ Balasubramanian, He & Wang 2009, p. 476
  16. ^ Worsztynowicz & Mill 1995, p. 361
  17. ^ Radojevic & Bashkin 1999, p. 406
  18. ^ Qu et al. 2014, p. 144
  19. ^ Pezzarossa, Gorini & Petruzelli 2011, p. 94
  20. ^ Lanids, Sofield & Yu 2000, p. 269
  21. ^ Neilen & Marvin 2008, p. 10
  22. ^ Afal & Wiener 2014
  23. ^ Wanklyn & Chapman 1868, pp. 73–8; Cameron 1871, p. 484
  24. ^ Blake 1884
  25. ^ Dueck 2000, pp. 1–3, 46, 53
  26. ^ Dyer 2009
  27. ^ Whorton 2011, p. 356
  28. ^ Notman 2014
  29. ^ Zhao, Zhu & Sui 2006
  30. ^ Waldron 1983
  31. ^ Emsely 2011, p. 326
  32. ^ Davidson, Myers & Weiss 2004, p. 1025
  33. ^ New Scientist August 2014, p. 4
  34. ^ Pearce 2007; Needleman 2004
  35. ^ Rogers 2000, p. 41
  36. ^ Gilbert & Weiss 2006
  37. ^ Prioreschi 1998, p. 279
  38. ^ Hillman et al. 2015, pp. 3353–3354
  39. ^ Hillman et al. 2015, p. 3349
  40. ^ World Health Organization 2013
  41. ^ Torrice 2016
  42. ^ Barceloux & Barceloux 1999
  43. ^ Newman 1890
  44. ^ Haines & Nieboer 1988, p. 504
  45. ^ National Research Council 1974, p. 68
  46. ^ Tovey 2011; Jones 2011; O'Brien & Aston
  47. ^ Vallero & Letcher 2013, p. 240
  48. ^ Vallero & Letcher 2013, pp. 239–241
  49. ^ Pritchard 2010
  50. ^ Mulvihill & Pritchard 2010
  51. ^ Cs uros 1997, p. 124
  52. ^ Blann & Ahmed 2014, p. 465
  53. ^ American Cancer Society 2008; National Capital Poison Center 2010
  54. ^ Evanko & Dzombak 1997, pp. 1, 14–40
  55. ^ Bánfalvi 2011, p. 12
  56. ^ Chowdhury 1987
  1. Aggrawal, A. Textbook of Forensic Medicine and Toxicology. New Dehli: Avichal Publishing Company. ISBN 978-81-7739-419-1. 
  2. Balasubramanian, R; He, J; Wang, LK (2009). "Control, Management, and Treatment of Metal Emissions from Motor Vehicles". Dalam Shammas, LK; Wang, JP; Chen, Y; et al. Heavy Metals in the Environment. CRC Press. hlm. 475–490. ISBN 1420073168. 
  3. Baldwin DR, Marshall WJ (1999). "Heavy metal poisoning and its laboratory investigation". Ann Clin Biochem. 36 (3): 267–300. doi:10.1177/000456329903600301. PMID 10376071. 
  4. Bánfalvi, G (2011). "Heavy Metals, Trace Elements and their Cellular Effects". Dalam Bánfalvi, G. Cellular Effects of Heavy Metals. Springer. hlm. 3–28. ISBN 9789400704275. 
  5. Barceloux DG (1999). "Chromium". J Toxicol Clin Toxicol. 37 (2): 173–94. doi:10.1081/CLT-100102418. PMID 10382554. 
  6. Blake J (1884). "On the Connection Between Physiological Action and Chemical Constitution". The Journal of Physiology. 5 (1): 36–44. doi:10.1113/jphysiol.1884.sp000148. PMC 1484879alt=Dapat diakses gratis. PMID 16991361. 
  7. Brathwaite RL, Rabone SD (1985). "Heavy Metal Sulphide Deposits and Geochemical Surveys for Heavy Metals in New Zealand". Journal of the Royal Society of New Zealand. 15 (4): 363–370. doi:10.1080/03036758.1985.10421713. 
  8. Cameron CA (1871). "Half-yearly Report on Public Health". Dublin Quarterly Journal of Medical Science. 52 (2): 475–498. doi:10.1007/BF02944536. 
  9. "Chelation Therapy". American Cancer Society. 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-07-05. Diakses tanggal 2014-04-28. 
  10. "Chelation: Therapy or "Therapy"?". National Capital Poison Center. 2010. 
  11. Chowdhury BA, Chandra RK (1987). "Biological and health implications of toxic heavy metal and essential trace element interactions". Prog Food Nutr Sci. 11 (1): 55–113. PMID 3303135. 
  12. Cole M.; Lindeque P.; Halsband C.; Galloway T.S. (2011). "Microplastics as contaminants in the marine environment: A review". Marine Pollution Bulletin. 62 (12): 2588–2597. doi:10.1016/j.marpolbul.2011.09.025. 
  13. Csuros M (1997). Environmental Sampling and Analysis Lab Manual. Lewis. ISBN 1566701783. 
  14. Davidson PW, Myers GJ, Weiss B (2004). "Mercury exposure and child development outcomes". Pediatrics. 113: 1023–9. doi:10.1542/peds.113.4.S1.1023. PMID 15060195. 
  15. Dewan S (26 December 2008). "Tennessee Ash Flood Larger Than Initial Estimate". New York Times. 
  16. Dewan S (1 January 2009). "Metal Levels Found High in Tributary After Spill". New York Times. 
  17. Di Maio, VJM (2001). Forensic Pathology (edisi ke-2nd). CRC Press. ISBN 084930072X. 
  18. Dueck, D (2000). Strabo of Amasia: A Greek Man of Letters in Augustan Rome. Routledge. ISBN 0415216729. 
  19. Duffus JH (2002). "Heavy Metals"—A Meaningless Term?". Pure and Applied Chemistry. 74 (5): 793–807. doi:10.1351/pac200274050793. 
  20. Dyer P (2009). "The 1900 Arsenic Poisoning Epidemic". Brewery History (130): 65–85. 
  21. Emsley, J (2011). Nature's Building Blocks. Oxford University Press. ISBN 9780199605637. 
  22. Evanko, CA; Dzombak, DA (1997). "Remediation of Metals-Contaminated Soils and Groundwater". Technology Evaluation Report. Pittsburgh PA: Ground-water Remediation Technologies Center. CiteSeerX 10.1.1.401.3768alt=Dapat diakses gratis. TE 97-0-1. 
  23. Finch, LE; Hillyer, MM; Leopold, MC (2015). "Quantitative Analysis of Heavy Metals in Children's Toys and Jewelry: A Multi-Instrument Multitechnique Exercise in Analytical Chemistry and Public Health". Journal of Chemical Education. 92 (5): pp. 849–854. doi:10.1021/ed500647w. 
  24. Gilbert SG, Weiss B (2006). "A Rationale for Lowering the Blood Lead Action Level from 10 to 2 μg/dL". Neurotoxicology. 27 (5): 693–701. doi:10.1016/j.neuro.2006.06.008. PMC 2212280alt=Dapat diakses gratis. PMID 16889836. 
  25. Haines, AT; Nieboer, E (1988). "Chromium hypersensitivity". Dalam Nriagu, JO; Nieboer, E. Chromium in the Natural and Human Environments. Wiley. hlm. 497–532. ISBN 0471856436. 
  26. Harvey PJ, Handley HK, Taylor MP (April 2015). "Identification of the sources of metal (lead) contamination in drinking waters in north-eastern Tasmania using lead isotopic compositions". Environmental Science and Pollution Research. 22: 12276–12288. doi:10.1007/s11356-015-4349-2. PMID 25895456. 
  27. Hawkes SJ (1997). "What is a "Heavy Metal"?". Journal of Chemical Education. 74 (11): 1374. doi:10.1021/ed074p1374. 
  28. Hillman AL, Abbot MB, Yu JQ, Bain DJ, Chiou-Peng TH (2015). "Environmental Legacy of Copper Metallurgy and Mongol Silver Smelting Recorded in Yunnan Lake Sediments". Environmental Science & Technology. 49 (6): 3349–3357. doi:10.1021/es504934r. 
  29. "Heavy Metal Poisoning". National Organization for Rare Disorders. 2015. Diakses tanggal 11 February 2016. 
  30. Heavy Metal Toxicity di eMedicine
  31. Houlton S (2014). "Boom!". Chemistry World. 11 (12): 48–51. 
  32. Howell N, Lavers J, Paterson D, Garrett R, Banati R (2012). "Trace metal distribution in feathers from migratory, pelagic birds". Australian Nuclear Science and Technology Organisation. Diakses tanggal 2014-05-03. 
  33. Jones J (11 August 2011). "Stockton Residents Fume Over Fallout From Orica". Newcastle Herald. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-14. Diakses tanggal 2014-05-16. 
  34. Landis, WG; Sofield, RM; Yu, M-H (2000). Introduction to Environmental Toxicology: Molecular Substructures to Ecological Landscapes. 4th: CRC Press. ISBN 9781439804100. 
  35. Lovei, M (1998). Phasing Out Lead from Gasoline: Worldwide Experience and Policy Implications. World Bank Technical Paper. 397. The World Bank. ISBN 082134157X. ISSN 0253-7494. 
  36. Mulvihill G, Pritchard J (4 June 2010). "McDonald's Recall: 'Shrek' Glasses Contain Toxic Metal Cadmium". Huffington Post. 
  37. National Research Council (U.S.). Committee on Biologic Effects of Atmospheric Pollutants (1974). Chromium. National Academies. NAP:13852. 
  38. Needleman H (2004). "Lead poisoning". Annu Rev Med. 55: 209–22. doi:10.1146/annurev.med.55.091902.103653. PMID 14746518. [pranala nonaktif permanen]
  39. Newman D (1890). "A Case of Adeno-carcinoma of the Left Inferior Turbinated Body, and Perforation of the Nasal Septum, in the Person of a Worker in Chrome Pigments". The Glasgow Medical Journal. 33: 469–470. 
  40. Nielen, MWF; Marvin, HJP (2008). "Challenges in Chemical Food Contaminants and Residue Analysis". Dalam Picó, Y. Food Contaminants and Residue Analysis. Elsevier. hlm. 1–28. ISBN 0080931928. 
  41. Notman N (2014). "Digging Deep for Safer Water". Chemistry World. 11 (4): 54–57. 
  42. O'Brien N, Aston H (13 November 2011). "The untold story of Orica's chemical leaks". Sydney Morning Herald. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-20. Diakses tanggal 2017-07-22. 
  43. Pearce JM (2007). "Burton's Line in Lead Poisoning". Eur Neurol. 57 (2): 118–9. doi:10.1159/000098100. PMID 17179719. 
  44. Perry, J; Vanderklein, EL (1996). Water Quality: Management of a Natural Resource. Blackwell Science. ISBN 0865424691. 
  45. Pezzarossa, B; Gorini, F; Petruzelli, G (2011). "Heavy Metal and Selenium Distribution and Bioavailability in Contaminated Sites: A Tool for Phytoremediation". Dalam Selim, HM. Dynamics and Bioavailabiliy of Heavy Metals in the Rootzone. CRC Press. hlm. 93–128. ISBN 9781439826225. 
  46. Poovey B (15 September 2001). "Trial Starts on Damage Lawsuits in TVA Ash Spill". Bloomberg Businessweek. 
  47. Prioreschi, P (1998). Roman Medicine. A History of Medicine. III. Horatius Press. ISBN 1888456035. 
  48. Pritchard J (19 May 2010). "Wal-Mart Pulls Miley Cyrus Jewelry After Cadmium Tests". USA Today. 
  49. Qu, C; Ma, Z; Yang, J; Lie, Y; Bi, J; Huang, L (2014). "Human Exposure Pathways of Heavy Metal in a Lead-Zinc Mining Area". Dalam Asrari, E. Heavy Metal Contamination of Water and Soil: Analysis, assessment, and remediation strategies. Apple Academic Press. hlm. 129–156. ISBN 9781771880046. 
  50. Radojevic, M; Bashkin, VN (1999). Practical Environmental Analysis. Royal Society of Chemistry. ISBN 0854045945. 
  51. Rand, GM; Wells, PG; McCarty, LS (1995). "Introduction to aquatic toxicology". Dalam Rand, GM. Fundamentals Of Aquatic Toxicology: Effects, Environmental Fate And Risk Assessment (edisi ke-2nd). Taylor & Francis. hlm. 3–70. ISBN 1560320907. 
  52. Rogers, MJ (2000). "Text and Illustrations. Dioscorides and the Illuminated Herbal in the Arab Tradition". Dalam Contadini, A. Arab Painting: Text and Image in Illustrated Arabic Manuscripts. Leiden: Koninklijke Brill NV. hlm. 41–48 (41). ISBN 9789004186309. 
  53. "Rogue mercury". New Scientist. 223 (2981). 2014. 
  54. Sengupta, AK (2002). "Principles of Heavy Metals Separation". Dalam Sengupta, AK. Environmental Separation of Heavy Metals: Engineering Processes. Lewis. ISBN 1566768845. 
  55. Srivastava, S; Goyal, P (2010). Novel Biomaterials: Decontamination of Toxic Metals from Wastewater. Springer-Verlag. ISBN 978-3-642-11329-1. 
  56. "Stop Lead Poisoning in Children". World Health Organization. 2013. 
  57. "Ten Chemicals of Major Public Health Concern". World Health Organisation. 2015. 
  58. Torrice, M. "How Lead Ended Up In Flint's Tap Water". Chemical & Engineering News. 94 (7): 26–29. 
  59. Tovey J (17 December 2011). "Patches of Carcinogen Seen After Orica Leak". The Sydney Morning Herald. 
  60. The United States Pharmacopeia (edisi ke-21st). The United States Pharmacopeial Convention. 1985. ISBN 0-913595-04-7. 
  61. Vallero, DA; Letcher, TM (2013). Unravelling environmental disasters. Elsevier. ISBN 9780123970268. 
  62. Waldron HA (1983). "Did the Mad Hatter have Mercury Poisoning?". Br Med J (Clin Res Ed). 287 (6409): 1961. doi:10.1136/bmj.287.6409.1961. PMC 1550196alt=Dapat diakses gratis. PMID 6418283. 
  63. Wanklyn, JA; Chapman, ET (1868). Water-analysis: A Practical Treatise on the Examination of Potable Water. Trüber & Company. 
  64. Whorton, JG (2011). The Arsenic Century. Oxford University Press. ISBN 9780199605996. 
  65. Worsztynowicz, A; Mill, W (1995). "Potential Ecological Risk due to Acidification of Heavy Industrialized Areas — The Upper Silesia Case". Dalam Erisman, JW; Hey, GJ. Acid Rain Research: Do We Have Enough Answers?,. Elsevier. hlm. 353–66. ISBN 0444820388. 
  66. Wright, DA; Welbourn, P (2002). Environmental Toxicology. Cambridge University Press. ISBN 0521581516. 
  67. Zhao HL, Zhu X, Sui Y (2006). "The short-lived Chinese emperors". J Am Geriatr Soc. 54 (8): 1295–6. doi:10.1111/j.1532-5415.2006.00821.x. PMID 16914004.