Cetasika
Terjemahan dari cetasika | |
---|---|
Indonesia | faktor mental |
Inggris | mental factors mental events mental states |
Pali | cetasika |
Sanskerta | चैतसिक, चैतिक, चैत्त caitasika, caitika, caitta |
Tionghoa | 心所(法) |
Jepang | 心所 (rōmaji: shinjo) |
Korea | 심소, 심소법, 마음작용 (RR: simso, simsobeob, maeumjakyong) |
Tibetan | སེམས་བྱུང་ (Wylie: sems byung; THL: semjung) |
Thai | เจตสิก (RTGS: chettasik) |
Daftar Istilah Buddhis |
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
Dalam Buddhisme, cetasika (Pali: cetasika; Sanskerta: चैतसिक, caitasika atau चित्त संस्कार, citta saṃskāra), juga dikenal sebagai faktor mental dan faktor batin, diidentifikasi dalam ajaran Abhidharma (psikologi Buddhis) sebagai aspek-aspek batin yang memahami kualitas suatu objek dan memiliki kemampuan untuk mewarnai batin. Dalam Abhidhamma, cetasika-cetasika dikategorikan sebagai formasi (Pāli: saṅkhāra; Sanskerta: saṃskāra) yang muncul bersamaan dengan kemunculan kesadaran (Pāli dan Sanskerta: citta).[1][2][3] Terjemahan alternatif untuk cetasika mencakup "keadaan mental", "peristiwa mental", dan "pendamping kesadaran".
Daftar cetasika
[sunting | sunting sumber]Dalam Buddhisme, terdapat banyak sistem Abhidharma (umumnya disebut psikologi Buddhis) yang berbeda-beda sesuai pendirian doktrinal alirannya, dan setiap sistem memiliki daftar cetasika yang paling pentingnya masing-masing.[a][b] Daftar ini bervariasi dari satu sistem ke sistem lainnya, baik dalam jumlah cetasika yang tercantum maupun dalam definisi yang diberikan untuk setiap cetasika. Menurut beberapa aliran, daftar ini tidak dianggap sebagai daftar lengkap; melainkan suatu daftar yang menyajikan kategori dan cetasika penting yang berguna untuk dipelajari guna memahami cara kerja batin.[c]
Beberapa komentar utama tentang sistem Abhidharma yang dipelajari saat ini meliputi:[5]
- Theravāda
- Abhidhammattha-saṅgaha karya Ācariya Anuruddha – kitab ringkasan Theravāda yang mencantumkan lima puluh dua cetasika.
- Aṭṭhasālinī karya Buddhaghosa – kitab komentar Theravāda untuk kitab Dhammasaṅgaṇī dalam Abhidhammapiṭaka yang memberikan penjelasan lima puluh dua cetasika.
- Mahayana:
- Abhidharmakośa karya Vasubandhu – kitab komentar Sarvāstivāda yang mencantumkan empat puluh dua cetasika.
- Abhidharma-samuccaya karya Asaṅga – kitab komentar Yogācāra yang mencantumkan lima puluh satu cetasika.
- Innermost Core of Topics of Knowledge (mDzod-phug) oleh Shenrab Miwo – kitab komentar Bon Tibet yang mencantumkan lima puluh satu cetasika.
Abhidhamma Theravāda
[sunting | sunting sumber]Bagian dari seri tentang |
Buddhisme Theravāda |
---|
Buddhisme |
Bagian dari Abhidhamma Theravāda |
52 Cetasika |
---|
Buddhisme Theravāda |
Lima Gugusan (pañcakkhandha) sesuai dengan Tripitaka Pali. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
→ ← ← |
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sumber: MN 109 (Thanissaro, 2001) | |
Dalam tradisi Abhidhamma Theravāda, kitab ulasan Abhidhammattha-saṅgaha menguraikan lima puluh dua cetasika yang tercantum di bawah ini:[d]
Kelompok | Khandha (gugusan) |
Abhidhamma Theravāda | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Āyatana (landasan indra) |
Paramattha-sacca (realitas hakiki) | ||||||
Internal | Eksternal | ||||||
dhamma
|
saṅkhāra
|
rūpa (rupa) |
rūpa- (rupa) |
cakkhu (mata) |
rūpa/vaṇṇa (rupa/warna) |
28 rūpa (rupa) |
4 unsur pokok 24 unsur turunan |
sota (telinga) |
sadda (suara) | ||||||
ghāna (hidung) |
gandha (ganda/bau) | ||||||
jivhā (lidah) |
rasa (rasa) | ||||||
kāya (tubuh) |
phoṭṭabba (sentuhan) | ||||||
-
|
dhamma (objek batin) | ||||||
nāma (batin) |
vedanā- (perasaan) |
-
|
52 cetasika (faktor mental) (vedanā, saññā, dan 50 saṅkhāra) |
7 universal 6 sesekali 14 tidak baik 25 indah | |||
saññā- (persepsi) | |||||||
saṅkhāra- (formasi mental) | |||||||
viññāṇa- (kesadaran) |
mana (batin) |
89/121 citta (kesadaran) |
81 duniawi 8/40 adiduniawi | ||||
-
|
-
|
Nibbāna (Nirwana) | |||||
(Perlu dicatat bahwa beberapa pendapat menyatakan bahwa daftar ini tidak lengkap karena ada faktor cetasika lain yang disebutkan dalam ajaran Theravāda.[butuh rujukan] Daftar ini mengidentifikasi lima puluh dua faktor penting yang membantu untuk memahami cara kerja batin.)
Tujuh cetasika universal
[sunting | sunting sumber]Tujuh cetasika universal (sabbacittasādhāraṇa cetasika) adalah cetasika yang eksis (sādhāraṇa) dalam semua kesadaran (sabbacitta). Bhikkhu Bodhi menyatakan: "Faktor-faktor ini menjalankan fungsi kognitif yang paling mendasar dan penting, yang tanpanya kesadaran terhadap suatu objek akan sama sekali tidak mungkin."[7]
Tujuh cetasika ini adalah:
- Phassa – kontak
- Vedanā – perasaan
- Saññā – persepsi, pencerapan
- Cetanā – kehendak
- Ekaggata – kemanunggalan
- Jīvitindriya – indra kehidupan
- Manasikāra – atensi, perhatian
Enam cetasika sesekali
[sunting | sunting sumber]Enam cetasika yang bersifat sesekali atau khusus (pakiṇṇaka cetasika) adalah cetasika yang bervariasi secara etika yang hanya ditemukan dalam jenis kesadaran tertentu.[8] Cetasika-cetasika tersebut adalah:
- Vitakka – penempelan awal
- Vicāra – penempelan terus-menerus
- Adhimokkha – keputusan
- Viriya – energi
- Pīti – kegembiraan
- Chanda – hasrat (untuk bertindak)
Empat belas cetasika tidak baik
[sunting | sunting sumber]Cetasika yang tidak baik (akusala cetasika) eksis dalam kesadaran yang tidak baik (akusala citta).
Empat belas cetasika yang tidak baik adalah:
- Empat cetasika tidak baik universal (akusalasādhāraṇa):
- Tiga cetasika dalam kelompok keserakahan (lobha):
- Empat cetasika dalam kelompok kebencian (dosa):
- Dosa – kebencian
- Issā – iri hati
- Macchariya – kekikiran
- Kukkucca – penyesalan, kekhawatiran
- Faktor-cetasika tidak baik lainnya:
- Thīna – kemalasan
- Middha – kantuk, kelambanan
- Vicikicchā – keraguan
Bhikkhu Bodhi menyatakan:[9]
- Kesadaran yang tidak baik (akusalacitta) adalah kesadaran yang disertai oleh salah satu dari tiga akar yang tidak baik—keserakahan, kebencian, dan delusi. Kesadaran seperti itu disebut tidak baik karena tidak sehat secara mental, tercela secara moral, dan menghasilkan akibat yang menyakitkan.
Dua puluh lima cetasika indah
[sunting | sunting sumber]Cetasika yang indah (sobhana cetasika) eksis dalam kesadaran yang baik (kusala citta).
Dua puluh lima cetasika yang indah (sobhana cetasika) adalah:
- Sembilan belas cetasika indah universal (sobhanasādhāraṇa):
- Saddhā – keyakinan
- Sati – perhatian-penuh
- Hiri – rasa malu
- Ottappa – rasa takut berbuat jahat
- Alobha – tanpa keserakahan
- Adosa – tanpa kebencian
- Mettā – cinta kasih (jika tanpa kebencian dikembangkan maksimal)
- Tatramajjhattatā – keseimbangan batin
- Kāyapassaddhi – ketenteraman tubuh
- Cittapassaddhi – ketenteraman kesadaran
- Kāyalahutā – peringanan tubuh
- Cittalahutā – peringanan kesadaran
- Kāyamudutā – kelenturan tubuh
- Cittamudutā – kelenturan kesadaran
- Kāyakammaññatā – kecekatan tubuh
- Cittakammaññatā – kecekatan kesadaran
- Kāyapāguññatā – kecakapan tubuh
- Cittapāguññatā – kecakapan kesadaran
- Kāyujukatā – kejujuran tubuh
- Cittujukatā – kejujuran kesadaran
- Tiga penahanan diri (virati):
- Sammāvācā – ucapan benar
- Sammākammanta – perbuatan benar
- Sammā-ājīva – penghidupan benar
- Dua tanpa batas (appamaññā):
- Satu indra kebijaksanaan (paññindriya):
- Paññā – kebijaksanaan
Bhikkhu Bodhi menyatakan:[9]
- Kesadaran yang baik (kusalacitta) adalah kesadaran yang disertai dengan akar-akar yang baik—tanpa-keserakahan atau murah hati, tanpa-kebencian atau mencintai kebaikan, dan tanpa-delusi atau kebijaksanaan. Kesadaran seperti itu sehat secara mental, tidak tercela secara moral, dan menghasilkan akibat yang menyenangkan.
Abhidharma Mahāyāna
[sunting | sunting sumber]Studi Abhidharma dalam aliran Mahāyāna didasarkan pada sistem Abhidharma aliran Sarvāstivāda berbahasa Sanskerta. Dalam sistem ini, kitab Abhidharma-samuccaya mengidentifikasi lima puluh satu cetasika:
Lima cetasika universal
[sunting | sunting sumber]Lima cetasika universal (sarvatraga) adalah:
- Sparśa – kontak
- Vedanā – perasaan
- Saṃjñā – persepsi/pencerapan
- Cetanā – kehendak
- Manasikāra – atensi/perhatian
Kelima cetasika ini disebut universal atau ada di mana-mana karena beroperasi berdasarkan setiap situasi batin. Jika salah satu dari cetasika ini hilang, maka pengalaman terhadap objek tersebut tidak lengkap. Misalnya:
- Jika tidak ada sparśa (kontak), maka tidak akan ada dasar bagi persepsi (saṃjñā).
- Jika tidak ada vedanā (perasaan, sensasi), maka tidak ada kenikmatan terhadap objek.
- Jika tidak ada saṃjñā (persepsi), maka karakteristik khusus dari objek tidak dirasakan.
- Jika tidak ada cetanā (kehendak), maka tidak ada gerakan menuju dan menetap pada objek.
- Jika tidak ada manasikāra (atensi/perhatian), maka tidak ada pegangan pada objek.[10]
Lima cetasika penentu objek
[sunting | sunting sumber]Lima cetasika penentu objek (viṣayaniyata) adalah:
- Chanda – hasrat (untuk bertindak)
- Adhimokṣa – keputusan
- Smṛti – perhatian-penuh
- Prajñā – kebijaksanaan
- Samādhi – konsentrasi
Kelima cetasika tersebut disebut penentu objek karena masing-masing cetasika tersebut memahami spesifikasi objek. Jika cetasika-cetasika tersebut stabil, maka ada kepastian mengenai setiap objek.[11]
Sebelas cetasika baik
[sunting | sunting sumber]Sebelas cetasika baik (kuśala) adalah:
- Sraddhā – keyakinan
- Hrī – rasa malu
- Apatrāpya – rasa takut berbuat jahat
- Alobha – tanpa keserakahan
- Adveṣa – tanpa kebencian
- Amoha – tanpa delusi
- Vīrya – energi/semangat
- Praśrabdhi – pliancy, mental-flexibility
- Apramāda – conscientiousness
- Upekṣa – ketenangan
- Ahiṃsā – tanpa kekerasan
Enam cetasika pengotor akar
[sunting | sunting sumber]Enam cetasika akar pengotor (mūlakleśa) adalah:
- Rāga – nafsu
- Pratigha – antipati
- Avidya – ketidaktahuan/kebodohan batin
- Māna – kesombongan
- Vicikitsa – keraguan
- Dṛṣṭi – pandangan salah
Dua puluh cetasika pengotor sekunder
[sunting | sunting sumber]Dua puluh cetasika pengotor sekunder (upakleśa) adalah:
- Krodha – amarah, kemarahan
- Upanāha – dendam
- Mrakśa – penyembunyian, kelicikan
- Pradāśa – kedengkian
- Īrṣyā – iri hati
- Mātsarya – kekikiran
- Māyā – tipu daya
- Śāṭhya – kemunafikan
- Mada – kegilaan diri, kepuasan diri
- Vihiṃsā – kekejaman
- Āhrīkya – tidak tahu malu
- Anapatrāpya – tidak takut berbuat jahat
- Styāna – kelesuan, kesuraman
- Auddhatya – kebingungan, kegelisahan
- Āśraddhya – kurangnya keyakinan
- Kauśīdya – kemalasan, kemalasan spiritual
- Pramāda – kecerobohan, ketidakpedulian
- Muṣitasmṛtitā – kelupaan, kelalaian
- Asaṃprajanya – ketidakwaspadaan, kurangnya perhatian
- Vikṣepa – gangguan, kelesuan
Empat cetasika tak tentu
[sunting | sunting sumber]Empat cetasika tak tentu (aniyata) adalah:
- Kaukṛitya – penyesalan, kekhawatiran
- Middha – kantuk, kelambanan
- Vitarka – penempelan awal
- Vicāra – penempelan terus-menerus
Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ Berzin 2006 menyatakan: "There are many different systems of abhidharma (chos-mngon-pa, topics of knowledge), each with its individual count and list of subsidiary awarenesses. Often, the definitions of the awarenesses they assert in common differ as well."
- ^ Bodhi 2012: "A second distinguishing feature of the Abhidhamma is the dissection of the apparently continuous stream of consciousness into a succession of discrete evanescent cognitive events called cittas, each a complex unity involving consciousness itself, as the basic awareness of an object, and a constellation of mental factors (cetasika) exercising more specialized tasks in the act of cognition. Such a view of consciousness, at least in outline, can readily be derived from the Sutta Pitaka's analysis of experience into the five aggregates, among which the four mental aggregates are always inseparably conjoined, but the conception remains there merely suggestive. In the Abhidhamma Pitaka the suggestion is not simply picked up, but is expanded into an extraordinarily detailed and coherent picture of the functioning of consciousness both in its microscopic immediacy and in its extended continuity from life to life."
- ^ Daftar faktor mental tidak dianggap lengkap. Misalnya:
- Dalai Lama menyatakan: "Whether the system includes fifty-one mental factors or more or less, none of those sets is meant to be all-inclusive, as though nothing is left out. They are only suggestive, indicative of some things that are important."[4]
- Berzin 2006: "These lists of subsidiary awarenesses are not exhaustive. There are many more than just fifty-one. Many good qualities (yon-tan) cultivated on the Buddhist path are not listed separately – for example, generosity (sbyin-pa), ethical discipline (tshul-khrims), patience (bzod-pa), love (byams-pa), and compassion (snying-rje). According to the Gelug presentation, the five types of deep awareness (ye-shes) – mirror-like, equalizing, individualizing, accomplishing, and sphere of reality (Skt. dharmadhatu) – are also subsidiary awarenesses. The various lists are just of certain significant categories of subsidiary awarenesses."
- ^ Lima puluh dua faktor mental ini diuraikan dan didefinisikan dalam Bab 2 kitab Abhidhammattha-sangaha. Lihat:
- Manual Abhidhamma: Bab 2 Faktor-Faktor-Mental karya Ashin Kheminda
- Abhidhammattha-sangaha (Chapter 2) diterjemahkan oleh Nārada Thera, et al.
- The Abhidhamma in Practice: The Cetasikas
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Guenther & Kawamura 1975, Kindle Location 321.
- ^ Kunsang 2004, hlm. 23.
- ^ Tsering 2006, Kindle Location 456.
- ^ Goleman 2008, Kindle Locations 3628–3631.
- ^ Dessein 1996.
- ^ Kheminda, Ashin (2017-09-01). Manual Abhidhamma: Bab 1 Kesadaran. Yayasan Dhammavihari. hlm. 158. ISBN 978-623-94342-6-7.
- ^ Bodhi 2012, Kindle Locations 2140–2142.
- ^ Bodhi 2012, Kindle Locations 2232–2234.
- ^ a b Bodhi 2012, Kindle Locations 1320–1324.
- ^ Guenther (1975), Kindle Location 409–414.
- ^ Guenther (1975), Kindle Location 487–488.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Berzin, Alexander (2006), Primary Minds and the 51 Mental Factors, Study Buddhism
- Bodhi, Bhikkhu (2012), A Comprehensive Manual of Abhidhamma, Buddhist Publication Society
- Tsering, Geshe Tashi (2006), Buddhist Psychology: The Foundation of Buddhist Thought, Perseus Books Group, Kindle Edition
- Goleman, Daniel (2008), Destructive Emotions: A Scientific Dialogue with the Dalai Lama, Bantam, Kindle Edition
- Dessein, Bart (1996), "Dharmas associated with Awarenesses and the dating of Sarvastivada Abhidharma Works", Asiatische Studien 50, no. 3 (1996): 623-651
- Guenther, Herbert V.; Kawamura, Leslie S. (1975), Mind in Buddhist Psychology: A Translation of Ye-shes rgyal-mtshan's "The Necklace of Clear Understanding", Dharma Publishing, Kindle Edition
- Kunsang, Erik Pema (2004), Gateway to Knowledge, Vol. 1, North Atlantic Books
- Traleg Rinpoche (1993). The Abhidharmasamuccaya: Teachings by the Venerable Traleg Kyabgon Rinpoche. The Kagyu E-Vam Buddhist Institute.[1]