Lompat ke isi

Jalur kereta api Dayeuhkolot–Majalaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jalur kereta api Dayeuhkolot–Majalaya
Ikhtisar
JenisJalur lintas cabang
SistemJalur kereta api rel ringan
StatusTidak beroperasi
TerminusDayeuhkolot
Majalaya
Operasi
Dibuka3 Maret 1922
Ditutup1942
PemilikPT Kereta Api Indonesia (pemilik aset jalur dan stasiun)
OperatorWilayah Aset II Bandung
Data teknis
Lebar sepur1.067 mm
Kecepatan operasi20 s.d. 40 km/jam

Jalur kereta api Dayeuhkolot–Majalaya adalah jalur kereta api nonaktif di Jawa Barat, termasuk dalam Wilayah Aset II Bandung. Jalur ini dibangun untuk mengangkut hasil bumi dari Bandung Selatan ke Stasiun Bandung atau ke Batavia.

Karena Belanda mengincar produk-produk perkebunan dari wilayah Bandung Selatan, maka dibutuhkan suatu transportasi terpadu yang lebih murah dan cepat. Dahulu, pengangkutan hasil-hasil kebun untuk dikirim ke berbagai jurusan dari wilayah ini harus menggunakan pedati dengan biaya sebesar 15 hingga 18 sen tiap ton. Kelemahan pengangkutan dengan pedati adalah, akses menuju Kota Bandung sangat sukar mengingat jaraknya relatif jauh.[1][2]

Oleh karena itu, Belanda memutuskan untuk membangun jalur kereta api dari Bandung menuju Ciwidey dan Majalaya. Pembangunan lintas ini ditaksir menelan biaya sebesar ƒ1.776.000,00.[1] Jalur kereta apinya sendiri terdiri atas segmen Cikudapateuh–Kopo (Soreang) dilanjut menuju Ciwidey dan dibuatkan pula jalur cabang dari Dayeuhkolot menuju Majalaya. Dalam verslag yang dibuat oleh Staatsspoorwegen, jalur DayeuhkolotMajalaya dibuka pada tanggal 3 Maret 1922.[3]

Jalur ini dinonaktifkan pada tahun 1942 karena sebagian komponen jalurnya dibongkar pekerja romusa Jepang. Walaupun tercatat dalam Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun dan Perhentian, Djawatan Kereta Api tidak mampu menghidupkan kembali lintas ini, sehingga hanya dibuatkan singkatannya saja.[4]

Pembangunan shortcut MajalayaCicalengka

[sunting | sunting sumber]

Asal-usul proyek pembangunan shortcut atau jalur pintas MajalayaCicalengka ini sangat kurang jelas. Meski begitu, Iman Subarkah menyatakan dalam bukunya yang berjudul Sekilas 125 Tahun Kereta Api Kita bahwasannya pembangunan lintas ini dimaksudkan untuk menghubungkan Stasiun Majalaya yang berada di lintas DayeuhkolotMajalaya dengan Stasiun Cicalengka yang berada di lintas Padalarang–Kasugihan. Dengan begitu, maka daerah Bandung Selatan akan terkoneksi dengan daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur melalui kereta api. Bahkan, ketika itu beliaulah yang diberi tugas untuk mengawasi pelaksanaan pembangunan jalur shortcut ini.[5]

Awalnya tahun 1942, Jepang sempat memiliki konsep akan adanya jalur shortcut yang menghubungkan Cicalengka dengan Majalaya tanpa harus memutar jauh melalui Bandung dan Dayeuhkolot. Akan tetapi, Jepang tidak kunjung merealisasikan niat tersebut. Hingga Juni 1945, Jepang mengerahkan ribuan tahanan perangnya yang berasal dari kamp di daerah Cimahi ke Majalaya dengan menggunakan kereta api. Seluruh tahanan tersebut terdiri atas anak laki-laki dan pria dewasa yang sebagian besar berasal dari Negeri Kincir Angin. Pengerahan tahanan perang ini tak lain dan tak bukan ditujukan untuk membangun jalur pintas kereta api CicalengkaMajalaya. Pembangunan jalur pintas ini awalnya dimulai dari Majalaya. Selang beberapa minggu kemudian, Jepang mengerahkan tahanan perang lagi di Cicalengka. Disana, mereka mulai membangun tanggul-tanggul di area persawahan untuk dijadikan railbed.[6]

Selama pekerjaan berlangsung, banyak tahanan perang meninggal karena dipaksa bekerja keras, belum lagi dengan panasnya terik matahari dan krisis air bersih yang disebabkan oleh kemarau panjang, gizi buruk, hingga mewabahnya beragam penyakit dikalangan para pekerja yang semakin memperkeruh keadaan.[6][7]

Per 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Ketika itu, railbed sudah siap namun belum dipasang rel kereta api diatasnya. Praktis saja sejak menyerahnya Jepang kepada sekutu, proyek tersebut dihentikan. Lalu pada 19 Agustus 1945 para tahanan perang dalam proyek ini dievakuasi menuju Cimahi dan Bandung. Sejak saat itu proyek pembangunan shortcut jalur kereta api CicalengkaMajalaya tidak pernah terselesaikan.

Jalur terhubung

[sunting | sunting sumber]

Lintas aktif

[sunting | sunting sumber]

Jalur ini tidak terhubung dengan lintas aktif mana pun.

Lintas nonaktif

[sunting | sunting sumber]

Daftar stasiun

[sunting | sunting sumber]
Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas 11 Bandung–Cikudapateuh–Dayeuhkolot–Majalaya
Segmen Dayeuhkolot–Majalaya
Diresmikan pada tanggal 3 Maret 1922
oleh Staatsspoorwegen Westerlijnen
Termasuk dalam Daerah Operasi II Bandung
1713 Dayeuhkolot DYK Citeureup, Dayeuhkolot, Bandung km 11+780 lintas Bandung–Cikudapateuh–Dayeuhkolot–Majalaya Tidak beroperasi
Cilelea CLL km 14+639 Tidak beroperasi
Manggahang MGH km 15+712 Tidak beroperasi
Jelekong JLK km 18+541 Tidak beroperasi
Ciheulang CHL km 20+274 Tidak beroperasi
Peneureusan PEU km 21+224 Tidak beroperasi
Ciparay CRY km 23+641 Tidak beroperasi
Cibungur (Bandung) CIB km 26+726 Tidak beroperasi
Majalaya MJA km 29+222 Tidak beroperasi

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi:

  • Stasiun aktif: [8]
  • Stasiun nonaktif: [9][10]
  • Pengidentifikasi stasiun: [11]
  • Penomoran lintas:
  • Tanggal pembukaan jalur: [12]:106-124


Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Hakim, C.L. (2018). Politik Pintu Terbuka: Undang-Undang Agraria dan Perkebunan Teh di Daerah Bandung Selatan 1870-1929. Ciamis: Vidya Mandiri. 
  2. ^ Lubis, N.H. (1998). Kehidupan kaum ménak Priangan, 1800-1942. Pusat Informasi Kebudayaan Sunda. 
  3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama verslag
  4. ^ Nusantara., Tim Telaga Bakti; Indonesia., Asosiasi Perkeretaapian (1997). Sejarah perkeretaapian Indonesia (edisi ke-Cet. 1). Bandung: Angkasa. ISBN 9796651688. OCLC 38139980. 
  5. ^ Subarkah, Iman (1992). Sekilas 125 Tahun Kereta Api Kita 1867 - 1992. Bandung: Yayasan Pusat Kesejahteraan Karyawan Kereta Api. hlm. 52 dan 53. 
  6. ^ a b Bruin, Jan de (2003). Het Indische Spoor In Oorlogstijd De spoor- en tramwegmaatschappij in Nederlands-Indië in de vuurlinie 1873-1949. Uquilair B.V. hlm. 122-?. 
  7. ^ Liesker, H.A.M. "Mannenkampen, medio 1942 – 1945, Spoorweg Tjitjalenka". archief.gastdocenten.com. 
  8. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Sumatra Bagian Selatan Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  9. ^ Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  10. ^ Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa. 
  11. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
  12. ^ Reitsma, S.A. (1928). Korte Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co.