Kabupaten Kampar
Kabupaten Kampar كابوڤاتين كمڤر | |
---|---|
Motto: Negeri Serambi Mekah | |
Koordinat: 0°18′49″N 101°01′07″E / 0.3136°N 101.0185°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Riau |
Ibu kota | Kota Bangkinang |
Jumlah satuan pemerintahan | |
Pemerintahan | |
• Bupati | Dr. H. Kamsol, M.M. (Pj.) |
Luas | |
• Total | 11.289,28 km2 (4,358,82 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 790.313 |
• Kepadatan | 70,00/km2 (181,3/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 89,44% Kristen 10,51% — Protestan 9,53% — Katolik 0,98% Buddha 0,04% Hindu 0,01%[2][3] |
• IPM | 73,02 (2021) tinggi[4] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62 762 (Bangkinang) +62 761 (Lipatkain) |
Pelat kendaraan | BM xxxx F**/O*/Z* |
Kode Kemendagri | 14.01 |
DAU | Rp 880.181.253.000,- (2020) |
Situs web | kamparkab.go.id |
Kabupaten Kampar adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Riau, Indonesia. Di samping julukan sebagai Bumi Sarimadu, kabupaten Kampar yang beribu kota di Bangkinang ini juga dikenal dengan julukan Serambi Mekkah di provinsi Riau. Kabupaten ini memiliki luas 11.289,28 km² atau 12,26% dari luas provinsi Riau dan jumlah penduduk berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020 berjumlah 790.313 jiwa.[1][2]
Sejarah
Pada awalnya Kampar termasuk sebuah kawasan yang luas, merupakan sebuah kawasan yang dilalui oleh sebuah sungai besar, yang disebut dengan Sungai Kampar. Berkaitan dengan Prasasti Kedukan Bukit, beberapa sejarahwan menafsirkan Minanga Tanvar dapat bermaksud dengan pertemuan dua sungai yang diasumsikan pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Penafsiran ini didukung dengan penemuan Candi Muara Takus di tepian Sungai Kampar Kanan, yang diperkirakan telah ada pada masa Sriwijaya.[5]
Berdasarkan Sulalatus Salatin, disebutkan adanya keterkaitan Kesultanan Melayu Melaka dengan Kampar. Kemudian juga disebutkan Sultan Melaka terakhir, Sultan Mahmud Shah setelah jatuhnya Bintan tahun 1526 ke tangan Portugis, melarikan diri ke Kampar, dua tahun berikutnya mangkat dan dimakamkan di Kampar.[6] Dalam catatan Portugal, disebutkan bahwa di Kampar waktu itu telah dipimpim oleh seorang raja, yang juga memiliki hubungan dengan penguasa Minangkabau.[7] Tomas Dias dalam ekspedisinya ke pedalaman Minangkabau tahun 1684, menyebutkan bahwa ia menelusuri Sungai Siak kemudian sampai pada suatu kawasan, pindah dan melanjutkan perjalanan darat menuju Sungai Kampar. Dalam perjalanan tersebut ia berjumpa dengan penguasa setempat dan meminta izin menuju Pagaruyung.[8]
Perkembangan
Pada tanggal 9 Oktober 2015 Presiden Joko Widodo mengunjungi lokasi kebakaran hutan dan lahan, di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.[9]
Geografi
Kabupaten Kampar dengan luas lebih kurang 211.289,28 km² merupakan daerah yang terletak antara 1°00’40” Lintang Utara sampai 0°27’00” Lintang Selatan dan 100°28’30” – 101°14’30” Bujur Timur.[10] Batas-batas daerah Kabupaten Kampar adalah sebagai berikut:
Batas Wilayah
Utara | Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Bengkalis |
Timur | Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan |
Selatan | Kabupaten Kuantan Singingi |
Barat | Kabupaten Lima Puluh Kota (Provinsi Sumatra Barat) |
Kabupaten Kampar dilalui oleh dua buah sungai besar dan beberapa sungai kecil, di antaranya Sungai Kampar yang panjangnya ± 413,5 km dengan kedalaman rata-rata 7,7 m dan lebar rata-rata 143 meter. Seluruh bagian sungai ini termasuk dalam Kabupaten Kampar yang meliputi Kecamatan XIII Koto Kampar, Bangkinang, Kuok, Kampar, Siak Hulu, dan Kampar Kiri. Kemudian Sungai Siak bagian hulu yakni panjangnya ± 90 km dengan kedalaman rata-rata 8 – 12 m yang melintasi kecamatan Tapung. Sungai-sungai besar yang terdapat di Kabupaten Kampar ini sebagian masih berfungsi baik sebagai sarana perhubungan, sumber air bersih, budi daya ikan, maupun sebagai sumber energi listrik (PLTA Koto Panjang).
Kabupaten Kampar pada umumnya beriklim tropis, suhu minimum terjadi pada bulan November dan Desember yaitu sebesar 21 °C. Suhu maksimum terjadi pada Juli dengan temperatur 35 °C. Jumlah hari hujan pada tahun 2009, yang terbanyak adalah di sekitar Bangkinang Seberang dan Kampar Kiri.
Pemerintahan
Kabupaten Kampar pada awalnya berada dalam Provinsi Sumatra Tengah, dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1956 dengan ibu kota Bangkinang.[11] Kemudian masuk wilayah Provinsi Riau, berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 dan dikukuhkan oleh Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958.[12] Kemudian untuk perkembangan Kota Pekanbaru, Pemerintah daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987.[13]
Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau Nomor: KPTS. 318VII1987 tanggal 17 Juli 1987, Kabupaten Kampar terdiri dari 19 kecamatan dengan dua Pembantu Bupati. Pembantu Bupati Wilayah I berkedudukan di Pasir Pangarayan dan Pembantu Bupati Wilayah II di Pangkalan Kerinci. Pembantu Bupati Wilayah I mengkoordinir wilayah Kecamatan Rambah, Tandun, Rokan IV Koto, Kunto Darussalam, Kepenuhan, dan Tambusai. Pembantu Bupati Wilayah II mengkoordinir wilayah Kecamatan Langgam, Pangkalan Kuras, Bunut, dan Kuala Kampar. Sedangkan kecamatan lainnya yang tidak termasuk wilayah pembantu Bupati wilayah I & II berada langsung di bawah koordinator Kabupaten.
Kabupaten Kampar saat ini dipimpin oleh Catur Sugeng Susanto.
Daftar Bupati
No | Bupati[14] | Mulai menjabat | Akhir menjabat | Prd. | Wakil Bupati | Ket. | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Datuk Wan Abdul Rahman | ||||||||
Ali Lubis | ||||||||
Abdul Muin Datuk Rangkayo Maharajo | ||||||||
Datuk Wan Abdul Rahman | ||||||||
Datuk Harunsyah | ||||||||
T. Muhammad | ||||||||
R. Soebrantas Siswanto | ||||||||
A. Makahamid | ||||||||
Sartono Hadisumarto | ||||||||
Syarifuddin Syarif | ||||||||
H. Saleh Djasit S.H |
||||||||
H. M. Azaly Djohan, S.H. |
||||||||
Drs. Beng Sabli |
||||||||
Drs. Syawir Hamid |
||||||||
H. Jefry Noer |
||||||||
H. Rusli Zainal |
||||||||
H. Jefry Noer |
||||||||
Drs. Marjohan Yusuf |
||||||||
Drs. H. Burhanuddin Husin M.M |
||||||||
H. Jefry Noer S.H. |
||||||||
Syahrial Abdi A.P., M.Si. (Penjabat Bupati) |
||||||||
H. Azis Zaenal S.H., M.M. |
S.H. |
|||||||
16 | Catur Sugeng Susanto S.H. |
12 Februari 2019 | 22 Mei 2022 | |||||
Dr. H. Kamsol M.M. (Penjabat) |
||||||||
Muhammad Firdaus S.E., M.M. (Penjabat) |
23 Mei 2023 | 21 Desember 2023 | ||||||
Hambali S.E., M.B.A., M.H. (Penjabat) |
22 Desember 2023 | Petahana |
- Keterangan
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Kampar dalam tiga periode terakhir.
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||
---|---|---|---|---|
2014–2019[23] | 2019–2024[24] | 2024–2029 | ||
PKB | 1 | 1 | 4 | |
Gerindra | 5 | 6 | 8 | |
PDI-P | 4 | 4 | 4 | |
Golkar | 9 | 6 | 7 | |
NasDem | 3 | 5 | 5 | |
PKS | 2 | 5 | 3 | |
Hanura | 5 | 1 | 0 | |
PAN | 5 | 5 | 5 | |
Demokrat | 7 | 6 | 5 | |
PPP | 3 | 5 | 4 | |
PKPI | 1 | 1 | ||
Jumlah Anggota | 45 | 45 | 45 | |
Jumlah Partai | 11 | 11 | 9 |
Kecamatan
Kabupaten Kampar memiliki 21 kecamatan, sebagai hasil pemekaran dari 12 kecamatan sebelumnya. Kedua puluh satu kecamatan tersebut (beserta ibu kota kecamatan) adalah:
- Bangkinang (ibu kota: Muara Uwai).
- Bangkinang Kota (ibu kota: Bangkinang).
- Gunung Sahilan (ibu kota: Kebun Durian).
- Kampar (ibu kota: Air Tiris).
- Kampar Kiri (ibu kota: Lipat Kain).
- Kampar Kiri Hilir (ibu kota: Sei.Pagar).
- Kampar Kiri Hulu (ibu kota: Gema).
- Kampar Timur (ibu kota: Kampar).
- Kampar Utara (ibu kota: Desa Sawah).
- Kuok (ibu kota: Kuok).
- Perhentian Raja (ibu kota: Pantai Raja).
- Rumbio Jaya (ibu kota: Teratak).
- Salo (ibu kota: Salo).
- Siak Hulu (ibu kota: Pangkalanbaru).
- Tambang (ibu kota: Sei.Pinang).
- Tapung (ibu kota: Petapahan).
- Tapung Hilir (ibu kota: Kota Garo).
- Tapung Hulu (ibu kota: Sinama Nenek).
- XIII Koto Kampar (ibu kota: Batu Besurat).
- Kampar Kiri Tengah (ibu kota: Simalinyang).
- Koto Kampar Hulu (ibu kota: Tanjung)
Demografi
Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Kampar tahun 2010 tercatat 688,204 orang,[25] yang terdiri dari penduduk laki-laki 354,836 jiwa dan wanita 333,368 jiwa. Ratio jenis kelamin (perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan) adalah 109. Mayoritas Penduduk Kabupaten Kampar adalah etnis Melayu Kampar yang memiliki kedekatan dengan Minangkabau. Mereka juga kerap menyebut dirinya sebagai ughang (orang) Ocu yang tersebar di sebagian besar wilayah Kampar dengan persukuan Domo, Malayu, Piliong/Piliang, Mandailiong, Putopang, Caniago, Kampai, Bendang, dan lainnya. Beberapa literatur menyatakan, masyarakat Kampar dari segi adat-istiadat, budaya, dan bahasa mereka sangat dekat dengan masyarakat Minangkabau[26] khususnya dengan kawasan Luhak Limopuluah, Sijunjung, Dharmasraya Hal ini terjadi karena wilayah Kampar yang merupakan bagian dari provinsi Riau dulunya merupakan wilayah Sumatra Tengah bersamaan dengan Jambi dan Sumatra Barat sejak masa penjajahan Jepang pada tahun 1942. Menurut H.Takahashi dalam bukunya Japan and Eastern Asia, 1953, Pemerintahan Militer Kaigun di Sumatra memasukkan Kampar ke dalam wilayah Riau Shio sebagai bagian dari strategi pertahanan teritorial militer di pantai Timur Sumatra. Hal inilah yang membuat budaya mereka dekat, jika dilihat juga kebudayaan di Jambi hulu dan Riau daratan memiliki kedekatan dengan budaya di Sumatra Barat atau memiliki pengaruh budaya dari Sumatra Barat. Karena masyarakat Kampar termasuk Melayu, maka wilayah Kampar dimasukkan kedalam wilayah provinsi Riau dan ini sudah berlangsung sejak dahulu. Wilayah Kampar juga menjadi wilayah rantau Minangkabau (rantau Kampar) atau wilayah yang memiliki pengaruh budaya Minangkabau. Rantau Kampar sendiri termasuk bagian dari rantau nan duo yang memiliki dua macam yaitu: "rantau hilia" (rantau hilir/rantau di timur atau hilir) dan juga "rantau mudiak" (rantau mudik/rantau di sepanjang pesisir Barat). Rantau Kampar ialah perantauan masyarakat darek (darat) di Minangkabau yang kita kenal dengan (luhak) tepatnya Luhak limopuluah.
Selanjutnya terdapat juga etnis Jawa yang sebagian telah menetap di Kampar sejak masa penjajahan dan masa kemerdekaan melalui program transmigrasi yang tersebar di sentra-sentra permukiman transmigrasi. Didapati pula penduduk beretnis Batak dalam jumlah yang cukup besar bekerja sebagai buruh di sektor-sektor perkebunan dan jasa lainnya. Selain itu dalam jumlah yang signifikan para pendatang beretnis Minangkabau asal Sumatra Barat yang umumnya berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha.
Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kampar yaitu 333 jiwa/km², diikuti oleh Kecamatan Kampar Utara 226 jiwa/km². Selain itu lima kecamatan yang agak padat penduduknya berada di Kecamatan Rumbio Jaya, Bangkinang, Kuok, Perhentian Raja, dan Kampar Timur, masing –masing 216 jiwa/km², 191 jiwa/km², 158 jiwa/km², 154 dan 131 jiwa/km². Sedangkan dua kecamatan yang relatif jarang penduduknya yaitu Kecamatan Kampar Kiri Hulu dengan kepadatan 9 jiwa/km² dan Kampar Kiri Hilir dengan 13 jiwa/km².
Agama
Penduduk kabupaten Kampar mayoritas beragama Islam, diikuti oleh Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri dalam catatan kependudukan dan sipil hingga akhir tahun 2020 mencatat pemeluk agama Islam berjumlah 706.835 jiwa (89,44%) dari 790.313 jiwa penduduk. Selanjutnya pemeluk agama Kristen sebanyak 83.051 jiwa (10,51%), dimana Protestan 75.277 jiwa (9,53%) dan Katolik 7.774 jiwa (0,98%). Pemeluk agama Kristen banyak terdapat di kecamatan Tapung Hulu, Siak Hulu, Tapung Hilir dan Tapung. Meski pada umumnya semua kecamatan di kabupaten Kampar adalah mayoritas beragama Islam.[2]
Rumah ibadah yang terdapat di kabupaten Kampar yakni rumah ibadah berupa masjid sebanyak 794 bangunan, musholah 1.169 bangunan. Masjid Jami Air Tiris, termasuk salah satu masjid tertua di Kabupaten Kampar. Gereja protestan berjumlah 234 bangunan, dan paling banyak berada di kecamatan Tapung yakni 74 bangunan gereja. Dan bangunan gereja Katolik berjumlah 21 bangunan.[1]
Ekonomi
Kabupaten Kampar mempunyai banyak potensi yang masih dapat dimanfaatkan, terutama di bidang pertanian dan perikanan darat. Sebagian besar penduduk (67.22%) bekerja di sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Hanya sebagian kecil (0.22%) yang bekerja di sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, disamping pemerintahan. Sebagai salah satu daerah terluas di Provinsi Riau, Kabupaten Kampar secara berkelanjutan melakukan peningkatan fasilitas dan infrastruktur seperti jaringan jalan raya (1.856,56 km), jaringan listrik (72,082 KWH) dengan 5 unit pembangkit tenaga diesel Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Koto Panjang yang memproduksi energi dengan kapasitas tersambung sebesar 114,240 KWH. Fasilitas lain yang juga telah tersedia antara lain layanan telekomunikasi (telepon kabel, telepon seluler, dan jaringan internet) dan jaringan air bersih dengan kapasitas produksi sebesar 1,532,284 m³.
Pertanian
Bidang pertanian seperti kelapa sawit dan karet yang merupakan salah satu tanaman yang sangat cocok buat lahan yang ada di Kabupaten kampar.
Perkebunan
Khusus perkebunan perkebunan sawit untuk saat ini Kabupaten Kampar mempunyai luas lahan 241,5 ribu hektare dengan potensi crude palm oil (CPO) sebanyak 966 ribu ton.
Perikanan
Di bidang perikanan budidaya ikan patin yang dikembangkan melalui keramba (kolam ikan berupa rakit) di sepanjang sungai kampar, ini terlihat banyaknya keramba yang berjejer rapi di sepanjang sungai kampardan adanya kerjasama antara Pemda Kampar dengan PT. Benecom dengan jumlah investasi Rp. 30 miliar yang mana kedepannya Kampar akan menjadi sentra ikan patin dengan produksi 220 ton per hari.
Pariwisata
Kabupaten Kampar memiliki kawasan situs purbakala yang diperkirakan telah ada pada masa Sriwijaya yaitu Candi Muara Takus, kawasan ini selain menjadi kawasan cagar budaya juga menjadi tujuan wisata religi bagi umat Buddha. Candi Muara Takus terletak di desa Muara Takus, XIII Koto Kampar, Kampar. Selain itu masyarakat Kampar yang beragama Islam, masih melestarikan tradisi mandi balimau bakasai yaitu mandi membersihkan diri di Sungai Kampar terutama dalam menyambut bulan Ramadan. Kemudian terdapat juga tradisi Ma'awuo ikan yaitu tradisi menangkap ikan secara bersama-sama (ikan larangan) setahun sekali, terutama pada kawasan Danau Bokuok (Kecamatan Tambang) dan Sungai Subayang di Desa Domo (Kecamatan Kampar Kiri Hulu).
Budaya masyarakat Kampar tidak lepas dari pengaruh Minangkabau,[26] yang identik dengan sebutan Kampar Limo Koto dan dahulunya merupakan bagian dari Pagaruyung. Limo Koto terdiri dari Kuok, Salo, Bangkinang, Air Tiris dan Rumbio. Terdapat banyak persukuan yang masih dilestarikan hingga kini,[27] termasuk model kekerabatan dari jalur ibu (matrilineal).[28] Konsep adat dan tradisi persukuannya sama dengan konsep Minang khususnya di Luhak Limopuluah. Bahasa sehari-hari masyarakat Kampar mirip dengan Bahasa Minangkabau,[29] atau disebut dengan Bahasa Ocu salah satu varian yang mirip dengan bahasa digunakan di Luhak Limopuluah. Bahasa ini berlainan aksen dengan varian Bahasa Minangkabau yang dipakai oleh masyarakat Luhak Agam, Luhak Tanah Datar maupun kawasan pesisir Minangkabau lainnya. Di samping itu, Kampar Limo Koto juga memiliki semacam alat musik tradisional yang disebut dengan Calempong dan Oguong.
Referensi
- ^ a b c "Kabupaten Kampar Dalam Angka 2020" (pdf). www.kamparkab.bps.go.id. Diakses tanggal 16 Februari 2021.
- ^ a b c d "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 7 Desember 2021.
- ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Kampar". www.sp2010.bps.go.id. Diakses tanggal 19 Februari 2020.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diakses tanggal 4 Desember 2021.
- ^ Soekmono, R., (1973 5th reprint edition in 1988), Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed., Yogyakarta: Penerbit Kanisius, ISBN 979-4132290X.
- ^ Winstedt, R., (1962), A History of Malaya, Marican.
- ^ Cortesão, A., (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols.
- ^ Haan, F. de, (1896), Naar midden Sumatra in 1684, Batavia-'s Hage, Albrecht & Co.-M. Nijhoff. 40p. 8vo wrs. Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel 39.
- ^ Datangi Lokasi Kebakaran di Riau, Jokowi Akui Luas Lahan Terbakar Sangat Luas Diarsipkan 2018-09-25 di Wayback Machine. - PresidenRI.go.id - 9 Oktober 2015 .
- ^ regionalinvestment.bkpm.go.id Profil Kabupaten Kampar Diarsipkan 2014-02-02 di Wayback Machine. (diakses pada 11 April 2012)
- ^ http://www.hukumonline.com Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 (diakses pada 11 April 2012).
- ^ http://www.dpr.go.id Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 Diarsipkan 2014-01-24 di Wayback Machine.
- ^ http://www.hukumonline.com Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987
- ^ "Nama-Nama Bupati Kampar". Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Kampar. 28 Juni 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-28.
- ^ Asril (St.), Zaili (2002). Tragedi Riau menegakkan demokrasi: peristiwa 2 September 1985. Panitia Peringatan 17 tahun "Peristiwa 2 September 1985". hlm. 53–54.
- ^ "Letkol Saleh Djasit SH Bupati Kampar". Mimbar Kekaryaan ABRI.
- ^ Amri, Arfi Bambani; Azumar, Ali (14 Oktober 2011). "Jefry Noer Kembali Jadi Bupati Kampar". VIVAnews. Diakses tanggal 28 Juni 2018.
- ^ Tanjung, Chaidir Anwar (12-02-2019). "Bupati Kampar Riau Meninggal, Wakilnya Dilantik Jadi Pengganti". detik.com. Diakses tanggal 15-03-2022.
- ^ Yusni, ed. (23-05-2022). "Dilantik Gubri, Muflihun dan Kamsol Resmi Jabat Pj Walikota Pekanbaru dan Bupati Kampar". cakaplah.com. Diakses tanggal 23-05-2022.
- ^ mediacenter.riau.go.id (2014-11-01). "mediacenter.riau.go.id | Sah! Firdaus Jabat Pj Bupati Kampar, Muflihun Penjabat Wali Kota Pekanbaru". mediacenter.riau.go.id. Diakses tanggal 2023-05-24.
- ^ "Diganti Mendagri Sebagai Pj Bupati Kampar, Firdaus: Kita Hormati Keputusan Mendagri". GoRiau.com. 2023-12-22. Diakses tanggal 2023-12-23.
- ^ Siregar, Raja Adil. "Lantik Pj Bupati Kampar, Gubernur Riau Singgung Netralitas di Pemilu". detiksumut. Diakses tanggal 2023-12-23.
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Kampar Periode 2014-2019
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Kampar 2019-2024
- ^ http://www.bps.go.id Jumlah Penduduk
- ^ a b Purna, I. M., Sumarsono, Astuti, R., Sunjata, I. W. P., (1997), Sistem pemerintahan tradisional di Riau, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
- ^ Luthfi, A., (1992), Pola hukum kewarisan adat dan hak ulayat daerah Kampar, Yayasan Lembaga Studi dan Pengembangan Masyarakat dengan bantuan biaya dari Pemerintah Daerah Tingkat II Kampar.
- ^ Coral Reefs Information and Training Center, (2002), Pengembangan kelembagaan masyarakat pesisir dan kepulauan: perspektif budaya lokal pesisir dan kepulauan, Coral Reefs Information and Training Center.
- ^ Said, C., (1986), Struktur bahasa Minangkabau di Kabupaten Kampar, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Daftar Pustaka
- Sejarah daerah Riau, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi Kabupaten Kampar Diarsipkan 2021-02-13 di Wayback Machine.