Abdul Halim (Aleng): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
lahirmati (QuickEdit)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(18 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan}}
{{Infobox person
{{Infobox person
| name = Abdul Halim (Aleng )
| name = Abdul Halim (Aleng )
Baris 8: Baris 9:
| death_date = {{death date and age| 2000|11|26|1923|8|17}}
| death_date = {{death date and age| 2000|11|26|1923|8|17}}
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| known_for = Perjuangannya melawan penjajah Jepang dan Belanda di wilayah Sumatra Barat, Salah Satu Pendiri BKR (Badan Keamanan Rakyat) Sumatra Barat, dan tokoh penumpasan PKI di wilayah Sumatra Barat.
| known_for = [[Perjuangannya melawan penjajah Jepang dan Belanda di wilayah Sumatera Barat, Salah Satu Pendiri BKR (Badan Keamanan Rakyat) Sumatera Barat, dan tokoh penumpasan PKI di wilayah Sumatera Barat.]]
}}
}}Letnan Kolonel TNI Purnawirawan '''Abdul Halim''' ({{lahirmati||17|8|1923||26|12|2000}}) atau biasa disapa (Aleng) adalah Putra Matur yang Memimpin pertempuran terhadap pasukan Jepang di Sumatra Barat, inilah pertempuran pertama di Sumatra Barat dikenal dengan "Pertempuran Sungai Tanang".<ref>{{Cite web|last=Basir|first=H. Nazif|title=Abdul Halim (Aleng)|url=https://bukittinggikota.sikn.go.id/index.php/abdul-halim-aleng|website=bukittinggikota.sikn.go.id|access-date=2022-09-25}}</ref> Ia juga memimpin Operasi Penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI) Di Baso, dikenal dengan "Peristiwa Baso".


[[Letnan Kolonel]] [[TNI]] [[Purnawirawan]] '''Abdul Halim''' ({{lahirmati||17|8|1923||26|11|2000}}) atau '''Aleng''' adalah Putra Matur yang Memimpin pertempuran terhadap pasukan [[Jepang]] di [[Sumatera Barat]], inilah pertempuran pertama di Sumatera Barat dikenal dengan "Pertempuran Sungai Tanang".<ref>{{Cite web|last=Basir|first=H. Nazif|title=Abdul Halim (Aleng)|url=https://bukittinggikota.sikn.go.id/index.php/abdul-halim-aleng|website=bukittinggikota.sikn.go.id|access-date=2022-09-25}}</ref> Ia juga memimpin Operasi Penumpasan Partai Komunis Indonesia ([[PKI]]) Di Baso, dikenal dengan "Peristiwa Baso".
Dengan pangkat Letnan Kolonel, ia Memimpin penyerangan besar-besaran terhadap kedudukan Tentara Inggris (Sekutu) di Padang, kemudian diangkat sebagai Wakil Ketua Delegasi lokal Indonesia di Sumatra Barat untuk menghadapi perundingan lokal "Linggarjati" dan "Renville" dengan pihak Belanda di Padang. Memimpin Aksi Bumi Hangus kota Bukittinggi, karena Belanda berusaha masuk ke Bukittinggi.


Dengan pangkat Letnan Kolonel, ia Memimpin penyerangan besar-besaran terhadap kedudukan Tentara [[Inggris]] (Sekutu) di [[Padang]], kemudian diangkat sebagai Wakil Ketua [[Delegasi]] lokal [[Indonesia]] di Sumatera Barat untuk menghadapi perundingan lokal "Linggarjati" dan "Renville" dengan pihak [[Belanda]] di [[Padang]]. Memimpin Aksi Bumi Hangus kota [[Bukittinggi]], karena Belanda berusaha masuk ke Bukittinggi.
== Kehidupan Pribadi ==
[[Berkas:Letnal Kolonel Abdul Halim (Aleng) Beserta Istrinya Eliza (Les).jpg|jmpl|Letnal Kolonel Abdul Halim (Aleng) Beserta Istrinya Eliza (Les)]]
Abdul Halim (Aleng) dilahirkan di Kutaraja, Aceh pada tanggal 17 Agustus 1923. Ibunya bernama Gamar, kelahiran Matur 1 Juni 1904, sedangkan bapaknya adalah seorang pegawai klerk pada PTT di Kutaraja dan Sawahlunto yang bernama Lakunin kelahiran Matur 1902. Abdul Halim menikah dengan istrinya yaitu Eliza pada tanggal 19 Januari 1956. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak, diantaranya Meilihanny, Juanita, Moh. Alwin dan Desi Arryani. Pasangan ini juga dikaruniai 5 orang cucu yaitu Haga Tara Sosrowardoyo, Annisa Indryani beserta suaminya M. Naufal Yugapradana, Rezky Dwimarsya, M. Alvinsyahman dan M. Aldrisyahwira.<ref name=":1">{{Cite book|last=Halim|first=Abdul|date=1997|title=Riwayat Hidup Letnan Kolonel TNI Purnawirawan Abdul Halim|location=Jakarta|url-status=live}}</ref>
[[Berkas:Rumah Gadang Pasar Matur Suku Caniago.jpg|jmpl|Rumah Gadang Kediaman Letnan Kolonel Abdul Halim.jpg <ref>{{Cite web|title=Rumah Gadang Pasar Matur Suku Caniago|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/|website=kebudayaan.kemdikbud.go.id|access-date=2022-11-10}}</ref>]]
Abdul Halim (Aleng) menempuh pendidikan umum di HIS Sawahlunto; Melanjutkan HIS di PSM Bukittinggi; Pindah ke Adabiah II Padang (tamat 1937). Selain itu ia juga menempuh pendidikan militer dari prajurit sampai dengan Giyu-Syooi (Letnan II), Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu Gun (Tentara Pembela Tanah Air) di Bukittinggi. Selain berbahasa Indonesia, ia juga menguasai beberapa bahasa lain seperti bahasa Belanda dan bahasa Inggris dengan baik secara lisan maupun tulisan.


== Karir Militer ==
== Riwayat Hidup ==
[[Berkas:Letnal_Kolonel_Abdul_Halim_(Aleng)_Beserta_Istrinya_Eliza_(Les).jpg|jmpl|Letkol TNI Purnawirawan Abdul Halim beserta istrinya Eliza (les).]]
[[Berkas:Rumah Gadang Pasar Matur Suku Caniago.jpg|jmpl|220x220px|Rumah Gadang kediaman Letkol TNI Purnawirawan Abdul Halim (Aleng) di Matur.<ref name=":0">"Rumah Gadang Pasar Matur Suku Caniago". kebudayaan.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2022-11-10</ref>]]


[[Abdul Halim (Aleng)]] dilahirkan di [[Kutaraja]], [[Aceh]] pada tanggal [[17 Agustus]] [[1923]]. Ibunya bernama Gamar, kelahiran Matur [[1 Juni]] [[1904]], sedangkan bapaknya adalah seorang pegawai klerk pada PTT di Kutaraja dan [[Sawahlunto]] yang bernama Lakunin kelahiran Matur 1902. Ia menempuh pendidikan umum di [[HIS]] [[Sawahlunto]]; Melanjutkan HIS di PSM Bukittinggi; Pindah ke Adabiah II Padang (tamat 1937). Selain itu ia juga menempuh pendidikan militer dari prajurit sampai dengan Giyu-Syooi ([[Letnan]] II), Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu Gun (Tentara Pembela Tanah Air) di Bukittinggi. Selain berbahasa Indonesia, ia juga menguasai beberapa bahasa lain seperti bahasa Belanda dan bahasa Inggris dengan baik secara lisan maupun tulisan.
Pada tahun 1941, Abdul Halim (Aleng) menjadi seorang guru di HIS Muhammadiyah, Sumatra Barat sampai dengan bulan Februari 1942, pada tahun yang sama Tentara Jepang menduduki Sumatra Barat sehingga sekolah pun ditutup. Ia mulai bergabung Tentara Pembela Tanah Air (Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu-Gun) pada 4 Oktober 1944 di Bukittinggi, sebagai seorang prajurit ia sering ditempatkan di berbagai tempat di pedalaman Sumatra Barat. Pada tanggal 11 Juli 1945 ia diangkat sebagai Giyu-Syooi (Letnan II) pada Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu-Gun dan menjabat sebagai Wakil Komandan Seksi pada Kompi Infantri di Bukittinggi. Pada tanggal 22 Agustus 1945 dengan berakhirnya Perang Dunia II serta kekalahan Jepang, Giyu-Gun Bukittinggi resmi dibubarkan.<ref name=":1" />


=== Karir Militer ===
Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI serta mulai meletusnya Revolusi Nasional maka pada tanggal 29 Agustus 1945, Aleng ikut membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Bukittinggi yang kemudian menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Pada tahun 1941, [[Abdul Halim (Aleng)]] menjadi seorang guru di [[HIS]] [[Muhammadiyah]], Sumatera Barat sampai dengan bulan Februari 1942, pada tahun yang sama Tentara Jepang menduduki Sumatera Barat sehingga sekolah pun ditutup. Ia mulai bergabung Tentara Pembela Tanah Air (Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu-Gun) pada [[4 Oktober]] [[1944]] di Bukittinggi, sebagai seorang prajurit ia sering ditempatkan di berbagai tempat di pedalaman Sumatera Barat. Pada tanggal [[11 Juli]] [[1945]] ia diangkat sebagai Giyu-Syooi (Letnan II) pada Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu-Gun dan menjabat sebagai Wakil Komandan Seksi pada [[Kompi]] [[Infantri]] di Bukittinggi. Pada tanggal [[22 Agustus]] [[1945]] dengan berakhirnya [[Perang Dunia II]] serta kekalahan Jepang, Giyu-Gun Bukittinggi resmi dibubarkan.<ref name=":1">{{Cite book|last=Halim|first=Abdul|date=1997|title=Riwayat Hidup Letnan Kolonel TNI Purnawirawan Abdul Halim|location=Jakarta|url-status=live}}</ref>


Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan RI]] serta mulai meletusnya [[Revolusi Nasional Indonesia]] maka pada tanggal [[29 Agustus]] [[1945]], Aleng ikut membentuk Badan Keamanan Rakyat ([[BKR]]) di Bukittinggi yang kemudian menjadi Tentara Keamanan Rakyat ([[TKR]]).
Pada tanggal 20 November 1945, Aleng memimpin sekelompok anggota TKR untuk menyerang pasukan Jepang di Pabrik Kertas Sungai Tanang, yang berada 9&nbsp;km dari Bukittinggi. Peristiwa ini terkenal dengan Pertempuran Sungai Tanang dan merupakan pertempuran pertama terhadap pasukan Jepang di Sumatra Barat.<ref name=":1" />


Pada tanggal [[20 November]] [[1945]], Aleng memimpin sekelompok anggota TKR untuk menyerang pasukan Jepang di Pabrik Kertas Sungai Tanang, yang berada 9 km dari Bukittinggi. Peristiwa ini terkenal dengan Pertempuran Sungai Tanang dan merupakan pertempuran pertama terhadap pasukan Jepang di Sumatera Barat.<ref name=":1" />
Pada akhir bulan November Aleng ditetapkan sebagai Kepala TKR Bukittinggi. Beberapa bulan setelah penetapan tersebut ia kembali ditetapkan dan diangkat menjadi Komandan Batalyon II resimen I Divisi III TKR Sumatra dengan pangkat Mayor dan berkedudukan di Bukittinggi.


Pada akhir bulan November Aleng ditetapkan sebagai Kepala TKR Bukittinggi. Beberapa bulan setelah penetapan tersebut ia kembali ditetapkan dan diangkat menjadi [[Komandan]] [[Batalyon]] II [[resimen]] I [[Divisi]] III TKR Sumatra dengan pangkat [[Mayor]] dan berkedudukan di Bukittinggi.
14 – 16 April 1946, Aleng memimpin Operasi Penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Baso. Peristiwa ini dikenal dengan “Peristiwa Baso”<ref name=":2">{{Cite book|last=Kartasasmita|first=Ginandjar|date=1980|title=30 Tahun Indonesia Merdeka 1945 – 1949|location=Jakarta|url-status=live}}</ref> yang merupakan aksi polisionil terbesar yang dilakukan oleh pihak tentara terhadap unsur – unsur teror dan anti revolusi di Sumatra Barat. Pada tanggal 20 Juli 1946, ia diangkat oleh Panglima TNI Komandemen Sumatra sebagai Komandan Resimen I Divisi III TRI dengan pangkat Letnan Kolonel. Aleng memimpin penyerangan besar-besaran terhadap kedudukan tentara Inggris (Sekutu) di front utara Padang sehari sebelum hari Raya Idul Fitri dan memusatkan serangan ke Lapangan Udara Tabing selama semalam suntuk sampai subuh. Disamping sebagai Komandan Resimen I Divisi III TRI, ia juga juga diangkat menjadi Wakil Ketua Delegasi Lokal Indonesia di Sumatra Barat pada bulan Desember 1946 untuk menghadapi perundingan lokal “Linggar Jati” (Komite Truce) dengan pihak Belanda di Padang.


[[14]] – [[16 April]] [[1946]], Aleng memimpin Operasi Penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Baso. Peristiwa ini dikenal dengan “Peristiwa Baso”<ref name=":2">{{Cite book|last=Kartasasmita|first=Ginandjar|date=1980|title=30 Tahun Indonesia Merdeka 1945 – 1949|location=Jakarta|url-status=live}}</ref> yang merupakan [[aksi polisionil]] terbesar yang dilakukan oleh pihak [[tentara]] terhadap unsur – unsur teror dan anti [[revolusi]] di Sumatera Barat. Pada tanggal [[20 Juli]] [[1946]], ia diangkat oleh [[Panglima]] TNI Komandemen [[Sumatra]] sebagai Komandan Resimen I Divisi III [[TRI]] dengan pangkat Letnan Kolonel. Aleng memimpin penyerangan besar-besaran terhadap kedudukan tentara Inggris (Sekutu) di front utara Padang sehari sebelum [[Hari Raya Idul Fitri]] dan memusatkan serangan ke Lapangan Udara Tabing selama semalam suntuk sampai subuh. Disamping sebagai Komandan Resimen I Divisi III TRI, ia juga juga diangkat menjadi Wakil Ketua [[Delegasi]] Lokal Indonesia di Sumatera Barat pada bulan Desember 1946 untuk menghadapi perundingan lokal "Linggar Jati” (Komite Truce) dengan pihak Belanda di Padang.
Dengan diselingi pertempuran, Aleng tetap meneruskan perundingan lokal “Linggar Jati” (Komite Truce) dengan pihak Belanda sampai meletusnya perang kemerdekaan pertama (Clash I). Kemudian ia ditetapkan sebagai Wakil Ketua Delegasi Lokal Pelaksanaan Persetujuan “Renville” di Padang sejak 4 Agustus 1947 (Setelah Cease Fire). Dengan ketetapan Panglima TNI Komandemen Sumatra, Aleng diangkat menjadi Kepala Staf Pertempuran Divisi IX TNI dengan pangkat Letnan Kolonel, membawahi bagian-bagian Operasi, Security, Penerangan, Perhubungan dan Polisi Militer. Pada tanggal 16 Desember 1948, ia diangkat sebagai Kepala Staf TNI / Territorial Sumatra Barat dengan pangkat Letnal Kolonel setelah Komando Militer Sumatra Tengah di desentralisasi menjadi dua Komando terpisah yaitu Komando TNI / Territorial Sumatra Barat dan Komando TNI / Territorial Riau.


Dengan diselingi pertempuran, Aleng tetap meneruskan perundingan lokal “Linggar Jati” (Komite Truce) dengan pihak Belanda sampai meletusnya [[perang kemerdekaan]] pertama (Clash I). Kemudian ia ditetapkan sebagai Wakil Ketua Delegasi Lokal Pelaksanaan Persetujuan “Renville” di Padang sejak [[4 Agustus]] [[1947]] (Setelah Cease Fire). Dengan ketetapan Panglima TNI Komandemen Sumatra, Aleng diangkat menjadi Kepala Staf Pertempuran Divisi IX TNI dengan pangkat Letnan Kolonel, membawahi bagian-bagian Operasi, Security, Penerangan, Perhubungan dan [[Polisi Militer]]. Pada tanggal [[16 Desember]] [[1948]], ia diangkat sebagai Kepala Staf TNI / Territorial Sumatera Barat dengan pangkat Letnan Kolonel setelah [[Komando]] [[Militer]] [[Sumatra Tengah]] di [[desentralisasi]] menjadi dua Komando terpisah yaitu Komando TNI / Territorial Sumatera Barat dan Komando TNI / Territorial [[Riau]].
Belanda mulai mamasuki Bukittinggi pada tanggal 22 Desember 1948 pada saat perang kemerdekaan II / Clash II: 19 Desember 1948. Aleng memimpin Aksi Bumi Hangus Kota Bukittinggi<ref name=":2" /> pada 21 Desember 1948. Ia membentuk Sub.Ko. “A” di Matur pada tanggal 22 Desember 1948 dan Menjadi Ka.Staf  Subko “A” TNI / Territorial Sumatra Barat yang berkedudukan di Matur.


Belanda mulai mamasuki Bukittinggi pada tanggal [[22 Desember]] [[1948]] pada saat perang kemerdekaan II / Clash II: [[19 Desember]] [[1948]]. Aleng memimpin Aksi Bumi Hangus Kota Bukittinggi<ref name=":2" /> pada [[21 Desember]] [[1948]]. Ia membentuk Sub.Ko. “A” di Matur pada tanggal [[22 Desember]] [[1948]] dan Menjadi Ka.Staf  Subko “A” TNI / Territorial Sumatera Barat yang berkedudukan di Matur.
Dengan ketetapan Gubernur Militer Sumatra Barat / Tengah, pada tanggal 25 Maret 1949 diangkat menjadi Kepala Staf Militer Sumatra Barat / Tengah dan merangkap menjadi Wakil Gubernur Militer Daerah Sumatra Barat / Tengah, dengan pangkat Letnan Kolonel.


Dengan ketetapan [[Gubernur]] [[Militer]] [[Sumatera Barat]] / Tengah, pada tanggal [[25 Maret]] [[1949]] diangkat menjadi Kepala Staf Militer Sumatera Barat / Tengah dan merangkap menjadi [[Wakil Gubernur]] Militer Daerah Sumatera Barat / Tengah, dengan pangkat Letnan Kolonel.
Sesudah gencatan senjata dengan Belanda, Aleng diangkat sebagai Kepala Staf TNI / Territorial Sumatra Tengah pada tanggal 7 November 1949 dan merangkap sebagai anggota Komisi Pelaksanaan Persetujuan Roem – Royen di Sumatra Barat.


Sesudah [[gencatan senjata]] dengan Belanda, Aleng diangkat sebagai Kepala Staf TNI / Territorial Sumatra Tengah pada tanggal [[7 November]] [[1949]] dan merangkap sebagai anggota Komisi Pelaksanaan Persetujuan Roem – Royen di Sumatera Barat.
Pada tanggal 27 Desember 1949 (Hari Pengakuan Kedaulatan RIS), Aleng mengajukan permohonan berhenti dari dinas ketentaraan. Dengan penetapan Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 3 Maret 1950, ia diberhentikan dengan hormat sebagai Kepala Staf TNI Sumatra Tengah dengan pangkat Letnan Kolonel dan dikeluarkan dari Dinas Tentara sejak tanggal 1 Februari 1950.


Pada tanggal [[27 Desember]] [[1949]] (Hari Pengakuan Kedaulatan [[RIS]]), Aleng mengajukan permohonan berhenti dari dinas ketentaraan. Dengan penetapan Presiden Republik Indonesia Serikat ([[RIS]]) tanggal [[3 Maret]] [[1950]], ia diberhentikan dengan hormat sebagai Kepala Staf TNI Sumatra Tengah dengan pangkat Letnan Kolonel dan dikeluarkan dari Dinas Tentara sejak tanggal [[1 Februari]] [[1950]].
Pada tahun 1951, Aleng pernah diminta Bung Hatta secara pribadi untuk aktif kembali di militer namun ia menolaknya. Pada tahun 1957 Aleng menjadi penasehat pribadi Menteri Veteran RI Chaerul Saleh selama setahun. Di bulan Oktober di tahun yang sama melalui sebuah surat, Aleng diberi perintah khusus oleh Presiden Soekarno / Panglima Tertinggi RI untuk menyatukan negara pada umumnya dan TNI pada khususnya.<ref name=":1" />

Pada tahun 1951, Aleng pernah diminta [[Bung Hatta]] secara pribadi untuk aktif kembali di militer namun ia menolaknya. Pada tahun 1957 Aleng menjadi penasehat pribadi [[Menteri]] [[Veteran]] [[RI]] [[Chaerul Saleh]] selama setahun. Di bulan Oktober di tahun yang sama melalui sebuah surat, Aleng diberi perintah khusus oleh [[Presiden]] [[Soekarno]] / Panglima Tertinggi RI untuk menyatukan negara pada umumnya dan TNI pada khususnya.<ref name=":1" />


Berikut adalah isi surat tersebut yang ber-kop suratkan Presiden Republik Indonesia:
Berikut adalah isi surat tersebut yang ber-kop suratkan Presiden Republik Indonesia:


“'''Surat Perintah,''' dengan ini saya kuasakan kepada sdr. A. Halim, bekas Letnan Kolonel T.N.I, pemegang surat perintah ini, untuk membantu dalam usaha memulihkan keutuhan T.N.I khususnya, keutuhan Negara Republik Indonesia umumnya. '''Djakarta, 16 Oktober 1957, Soekarno, Presiden / Panglima Tertinggi'''”.
“'''Surat Perintah,''' dengan ini saya kuasakan kepada sdr. A. Halim, bekas Letnan Kolonel T.N.I, pemegang surat perintah ini, untuk membantu dalam usaha memulihkan keutuhan T.N.I khususnya, keutuhan Negara Republik Indonesia umumnya. '''[[Djakarta]], [[16 Oktober]] [[1957]], [[Soekarno]], Presiden / Panglima Tertinggi'''”.


Kemudian pada saat meletusnya peristiwa PRRI tahun 1958, ia kembali dipanggil oleh Kepala Staf Angkatan Darat secara resmi, namun ia kembali menolaknya karena tidak adanya kecocokan dalam beberapa persyaratan yang diajukan, sehingga ia tidak jadi bertugas kembali dalam formasi TNI.<ref name=":1" />
Kemudian pada saat meletusnya peristiwa [[PRRI]] tahun 1958, ia kembali dipanggil oleh Kepala Staf Angkatan Darat secara resmi, namun ia kembali menolaknya karena tidak adanya kecocokan dalam beberapa persyaratan yang diajukan, sehingga ia tidak jadi bertugas kembali dalam formasi TNI.<ref name=":1" />


== ''Setelah Karir Militernya'' ==
=== Pasca Karir Militer ===
*        '''Karir Sebagai Pengusaha'''


==== Karir Sebagai Pengusaha ====
Setelah berhenti dari dinas ketentaraannya, Aleng bergerak di bidang perdagangan, ia juga mendirikan beberapa perusahaan diantara lainnya sebagai berikut:
Setelah berhenti dari dinas ketentaraannya, Aleng bergerak di bidang perdagangan, ia juga mendirikan beberapa perusahaan diantara lainnya sebagai berikut:


# Firma Masupa (14 Mei 1957, Export – Import Karet), Aleng dan teman – temannya mendirikan sebuah perusahaan dagang “Firma Masupa” yang bergerak dalam bidang eksport – import karet dan banyak menghasilkan devisa untuk negara. Disini Aleng bertindak sebagai pemimpinnya.
# Firma Masupa ([[14 Mei]] [[1957]], [[Export]][[Import]] [[Karet]]), Aleng dan teman – temannya mendirikan sebuah perusahaan dagang “Firma Masupa” yang bergerak dalam bidang eksport – import karet dan banyak menghasilkan [[devisa]] untuk negara. Disini Aleng bertindak sebagai pemimpinnya.
# PT. Indo Hinson Garment Factory (8 Agustus 1978, Garment), Aleng mendirikan perusahaan PT. Indo Hinson Garment Factory bersama dengan Hinson Company Ltd.-Hongkong sebuah perusahaan Joint Venture dalam rangka penanaman modal asing (PMA) dan menjabat sebagai Pemilik Perusahaan. Perusahaan ini bergerak dalam bidang garment dan berlokasi di dalam daerah Bonded Warehouse Indonesia di Tanjung Priok.
# PT. Indo Hinson Garment Factory ([[8 Agustus]] [[1978]], Garment), Aleng mendirikan perusahaan PT. Indo Hinson Garment Factory bersama dengan Hinson Company Ltd.-Hongkong sebuah perusahaan Joint Venture dalam rangka [[penanaman modal asing]] (PMA) dan menjabat sebagai Pemilik Perusahaan. Perusahaan ini bergerak dalam bidang garment dan berlokasi di dalam daerah Bonded Warehouse Indonesia di [[Tanjung Priok]].
# Firma Masupa (1980-1985, Export – Import Kopi), pada tahun 1980 – 1985 Firma Masupa aktif kembali dan bergerak di bidang eksport kopi dari Palembang. Aleng pernah menjadi Ketua Asosiasi Exportie Kopi Indonesia.
# Firma Masupa (1980-1985, Export – Import [[Kopi]]), pada tahun 1980 – 1985 Firma Masupa aktif kembali dan bergerak di bidang eksport kopi dari [[Palembang]]. Aleng pernah menjadi Ketua [[Asosiasi]] Exportie Kopi Indonesia.
# Anggota Delegasi RI (23 – 24 Agustus 1982, Perundingan Tekstil) Ia juga menjadi Anggota Delegasi RI dalam perundingan tekstil dengan Amerika Serikat.
# Anggota Delegasi RI ([[23]][[24 Agustus]] [[1982]], Perundingan [[Tekstil]]) Ia juga menjadi Anggota Delegasi RI dalam perundingan tekstil dengan [[Amerika Serikat]].
*        '''Karir Sebagai Sejarawan'''
-      Penulis dan Penasehat Buku,


==== '''Karir Sebagai Sejarawan''' ====
Aleng menerbitkan sebuah buku berjudul “Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau” jilid II bersama 6 orang rekan seperjuangan dalam wadah Badan Pemurnian Sejarah Indonesia Minangkabau (BPSIM). Ia juga menjadi penasehat team penyunting buku “Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan” Jilid I - Jilid V dan menjadi ketua team penyusun pada Jilid ke VI.


* Penulis dan Penasehat Buku,
-      Yayasan Pembela Tanah Air (30 Desember 1986).


Aleng menerbitkan sebuah buku berjudul “Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di [[Minangkabau]]” jilid II bersama 6 orang rekan seperjuangan dalam wadah Badan Pemurnian Sejarah Indonesia Minangkabau (BPSIM). Ia juga menjadi penasehat team penyunting buku “Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan” Jilid I - Jilid V dan menjadi ketua team penyusun pada Jilid ke VI.
# Menjadi salah satu Pendiri Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA) Sumatra Barat dan Anggota Pengurus Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA PUSAT).
# Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Badan Pendiri Yapeta Bapak Umar Wirahadikusumah tertanggal 1 Oktober 1997 sebagai Wakil Ketua II Badan Pengurus Umum / Harian Yapeta masa jabatan 1997 – 2002.
-      Nara Sumber Media (TV),


* Yayasan Pembela Tanah Air ([[30 Desember]] [[1986]]).
Pada tanggal 29 Maret Aleng muncul dalam tayangan khusus bersama dengan Amir Machmud, Subadio Sastrosastomo, Kolonel Saleh A.D. dari pusat sejarah ABRI selama 1 Jam di Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tanggal 25 Juli setiap hari, 10 hari berturut – turut selama 5 menit wajah Aleng muncul di Televisi Surya Citra Televisi (SCTV) dalam rangka HUT Negara ke-50. Pada tanggal 10 dan 17 Agustus Profil Aleng muncul selama 1/2 jam di TVRI sebagai Pejuang Kemerdekaan dalam rangka HUT Negara ke-52.
-      Pembimbing Mahasiswa Sejarah dan Aktif Menghadiri Seminar-Seminar.


# Menjadi salah satu Pendiri Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA) Sumatera Barat dan Anggota Pengurus Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA PUSAT).
*        '''Karir Sebagai Anggota Pimpinan Pusat Legiun Veteran RI (PP LVRI) Tahun 1979 – 2000 (Meninggal Dunia)'''
# Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Badan Pendiri Yapeta Bapak [[Umar Wirahadikusumah]] tertanggal [[1 Oktober]] [[1997]] sebagai Wakil Ketua II Badan Pengurus Umum / Harian Yapeta masa jabatan 1997 – 2002.


* Narasumber Media (televisi),
Di tahun 1979 pada tanggal 27 Januari berdasarkan keputusan Presiden, ia diangkat sebagai anggota Pimpinan Pusat Legiun Veteran RI (PPLVRI) dan memegang jabatan sebagai Kepala Bagian Usaha-Usaha Swasta Bidang EKUIN.


Pada tanggal [[29 Maret]] Aleng muncul dalam tayangan khusus bersama dengan [[Amir Machmud]], [[Subadio Sastrosatomo|Subadio Sastrosastomo]], Kolonel Saleh A.D. dari pusat sejarah [[ABRI]] selama 1 Jam di Televisi Republik Indonesia ([[TVRI]]). Pada tanggal [[25 Juli]] setiap hari, 10 hari berturut – turut selama 5 menit wajah Aleng muncul di Televisi Surya Citra Televisi ([[SCTV]]) dalam rangka [[HUT]] Negara ke-50. Pada tanggal 10 dan 17 Agustus Profil Aleng muncul selama 1/2 jam di TVRI sebagai Pejuang Kemerdekaan dalam rangka HUT Negara ke-52.
Pada tanggal 25 Mei ia dilantik oleh Presiden di Istana Merdeka sebagai anggota DPP- dan PPLVRI periode 1989-1993. Ia tetap aktif dalam kepengurusan PPLVRI sampai ia meninggal dunia.


* Pembimbing Mahasiswa Sejarah dan Aktif Menghadiri Seminar-Seminar.
Selama menjadi Legiun Veteran RI (PP LVRI) Aleng pernah memegang jabatan sebagai berikut:


==== '''Karir Sebagai Anggota Pimpinan Pusat Legiun Veteran RI (PP [[LVRI]]) Tahun 1979 – 2000 (Meninggal Dunia)''' ====
-         Kepala Bagian Usaha-Usaha Swasta Bidang EKUIN (1979 – 1983)
Di tahun 1979 pada tanggal [[27 Januari]] berdasarkan keputusan Presiden, ia diangkat sebagai anggota Pimpinan Pusat Legiun Veteran RI (PPLVRI) dan memegang jabatan sebagai Kepala Bagian Usaha-Usaha Swasta Bidang EKUIN.


Pada tanggal [[25 Mei]] ia dilantik oleh Presiden di [[Istana Merdeka]] sebagai anggota DPP- dan PPLVRI periode 1989-1993. Ia tetap aktif dalam kepengurusan PPLVRI sampai ia meninggal dunia.
-         Kepala Bagian Kesra Umum (1984 – 1988)


Selama menjadi Legiun Veteran RI (PP LVRI) Aleng pernah memegang jabatan sebagai berikut:
-         Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan (1988 – 1993)


* Kepala Bagian Usaha-Usaha Swasta Bidang EKUIN (1979 – 1983)
-         Kepala Bagian Sejarah Perjuangan (1993 – 1998)
* Kepala Bagian Kesra Umum (1984 – 1988)
* Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan (1988 – 1993)
* Kepala Bagian Sejarah Perjuangan (1993 – 1998)
* Kepala Bagian Sejarah Perjuangan (1998 – 2003 tidak selesai)


[[Abdul Halim (Aleng)]] meninggal dunia pada tanggal [[26 November]] [[2000]] dan dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan]], KaliBata, [[Jakarta Selatan]]. D.K.I. [[Jakarta]].
-         Kepala Bagian Sejarah Perjuangan (1998 – 2003 tidak selesai)


== Kehidupan Pribadi ==
Abdul Halim (Aleng) meninggal dunia pada tanggal 26 November 2000 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kali Bata, Jakarta Selatan. D.K.I. Jakarta.
Abdul Halim menikah dengan istrinya yaitu Eliza pada tanggal [[19 Januari]] [[1956]]. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak, diantaranya Meilihanny, Juanita, Moh. Alwin dan Desi Arryani. Pasangan ini juga dikaruniai 5 orang cucu yaitu Haga Tara Sosrowardoyo, Annisa Indryani beserta suaminya M. Naufal Yugapradana, Rezky Dwimarsya, M. Alvinsyahman dan M. Aldrisyahwira.<ref name=":1" />


== Tanda Jasa ==
== Tanda Jasa ==
Abdul Halim (Aleng) tertanggal 27 Juni 1978 disamping tercatat sebagai anggota Pepabri, ia juga diakui sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan R.I. dan memiliki tanda – tanda jasa sebagai berikut:<ref name=":1" />
[[Abdul Halim (Aleng)]] tertanggal [[27 Juni]] [[1978]] disamping tercatat sebagai anggota Pepabri, ia juga diakui sebagai [[Veteran]] Pejuang Kemerdekaan R.I. dan memiliki tanda – tanda jasa sebagai berikut:<ref name=":1" />


1.      Satya Lencana Perang Kemerdekaan ke-1.
# Satya Lencana Perang Kemerdekaan ke-1.
# Satya Lencana Perang Kemerdekaan ke-2.
# Tanda Jasa Pahlawan ([[Bintang Gerilya]]).
# [[Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia|Satya Lencana BKR cikal bakal TNI.]]
# Bintang Legiun Veteran R.I.
# Tuah Sakato sebagai Jasawan Sumatera Barat.


2.      Satya Lencana Perang Kemerdekaan ke-2.

3.      Tanda Jasa Pahlawan (Bintang Gerilya).

4.      Satyalencana BKR cikal bakal TNI.

5.      Bintang Legiun Veteran R.I.

6.      Tuah Sakato sebagai Jasawan Sumatra Barat.
== Referensi ==
== Referensi ==
<references />
{{reflist}}
[[Kategori:Tokoh TNI]]

[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh militer Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Banda Aceh]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[Kategori:Penerima Bintang Gerilya]]
[[Kategori:Penerima Bintang Sewindu APRI]]

Revisi terkini sejak 27 Maret 2024 11.29

Abdul Halim (Aleng )
Letnan Kolonel TNI Purnawirawan Abdul Halim
LahirAbdul Halim
(1923-08-17)17 Agustus 1923
Kutaraja, Banda Aceh, Indonesia
Meninggal26 November 2000( 2000-11-26) (umur 77)
Jakarta, Indonesia
Dikenal atasPerjuangannya melawan penjajah Jepang dan Belanda di wilayah Sumatera Barat, Salah Satu Pendiri BKR (Badan Keamanan Rakyat) Sumatera Barat, dan tokoh penumpasan PKI di wilayah Sumatera Barat.

Letnan Kolonel TNI Purnawirawan Abdul Halim (17 Agustus 1923 – 26 November 2000) atau Aleng adalah Putra Matur yang Memimpin pertempuran terhadap pasukan Jepang di Sumatera Barat, inilah pertempuran pertama di Sumatera Barat dikenal dengan "Pertempuran Sungai Tanang".[1] Ia juga memimpin Operasi Penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI) Di Baso, dikenal dengan "Peristiwa Baso".

Dengan pangkat Letnan Kolonel, ia Memimpin penyerangan besar-besaran terhadap kedudukan Tentara Inggris (Sekutu) di Padang, kemudian diangkat sebagai Wakil Ketua Delegasi lokal Indonesia di Sumatera Barat untuk menghadapi perundingan lokal "Linggarjati" dan "Renville" dengan pihak Belanda di Padang. Memimpin Aksi Bumi Hangus kota Bukittinggi, karena Belanda berusaha masuk ke Bukittinggi.

Riwayat Hidup[sunting | sunting sumber]

Letkol TNI Purnawirawan Abdul Halim beserta istrinya Eliza (les).
Rumah Gadang kediaman Letkol TNI Purnawirawan Abdul Halim (Aleng) di Matur.[2]

Abdul Halim (Aleng) dilahirkan di Kutaraja, Aceh pada tanggal 17 Agustus 1923. Ibunya bernama Gamar, kelahiran Matur 1 Juni 1904, sedangkan bapaknya adalah seorang pegawai klerk pada PTT di Kutaraja dan Sawahlunto yang bernama Lakunin kelahiran Matur 1902. Ia menempuh pendidikan umum di HIS Sawahlunto; Melanjutkan HIS di PSM Bukittinggi; Pindah ke Adabiah II Padang (tamat 1937). Selain itu ia juga menempuh pendidikan militer dari prajurit sampai dengan Giyu-Syooi (Letnan II), Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu Gun (Tentara Pembela Tanah Air) di Bukittinggi. Selain berbahasa Indonesia, ia juga menguasai beberapa bahasa lain seperti bahasa Belanda dan bahasa Inggris dengan baik secara lisan maupun tulisan.

Karir Militer[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1941, Abdul Halim (Aleng) menjadi seorang guru di HIS Muhammadiyah, Sumatera Barat sampai dengan bulan Februari 1942, pada tahun yang sama Tentara Jepang menduduki Sumatera Barat sehingga sekolah pun ditutup. Ia mulai bergabung Tentara Pembela Tanah Air (Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu-Gun) pada 4 Oktober 1944 di Bukittinggi, sebagai seorang prajurit ia sering ditempatkan di berbagai tempat di pedalaman Sumatera Barat. Pada tanggal 11 Juli 1945 ia diangkat sebagai Giyu-Syooi (Letnan II) pada Sumatora Bo-Ei Sireibu Giyu-Gun dan menjabat sebagai Wakil Komandan Seksi pada Kompi Infantri di Bukittinggi. Pada tanggal 22 Agustus 1945 dengan berakhirnya Perang Dunia II serta kekalahan Jepang, Giyu-Gun Bukittinggi resmi dibubarkan.[3]

Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI serta mulai meletusnya Revolusi Nasional Indonesia maka pada tanggal 29 Agustus 1945, Aleng ikut membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Bukittinggi yang kemudian menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Pada tanggal 20 November 1945, Aleng memimpin sekelompok anggota TKR untuk menyerang pasukan Jepang di Pabrik Kertas Sungai Tanang, yang berada 9 km dari Bukittinggi. Peristiwa ini terkenal dengan Pertempuran Sungai Tanang dan merupakan pertempuran pertama terhadap pasukan Jepang di Sumatera Barat.[3]

Pada akhir bulan November Aleng ditetapkan sebagai Kepala TKR Bukittinggi. Beberapa bulan setelah penetapan tersebut ia kembali ditetapkan dan diangkat menjadi Komandan Batalyon II resimen I Divisi III TKR Sumatra dengan pangkat Mayor dan berkedudukan di Bukittinggi.

1416 April 1946, Aleng memimpin Operasi Penumpasan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Baso. Peristiwa ini dikenal dengan “Peristiwa Baso”[4] yang merupakan aksi polisionil terbesar yang dilakukan oleh pihak tentara terhadap unsur – unsur teror dan anti revolusi di Sumatera Barat. Pada tanggal 20 Juli 1946, ia diangkat oleh Panglima TNI Komandemen Sumatra sebagai Komandan Resimen I Divisi III TRI dengan pangkat Letnan Kolonel. Aleng memimpin penyerangan besar-besaran terhadap kedudukan tentara Inggris (Sekutu) di front utara Padang sehari sebelum Hari Raya Idul Fitri dan memusatkan serangan ke Lapangan Udara Tabing selama semalam suntuk sampai subuh. Disamping sebagai Komandan Resimen I Divisi III TRI, ia juga juga diangkat menjadi Wakil Ketua Delegasi Lokal Indonesia di Sumatera Barat pada bulan Desember 1946 untuk menghadapi perundingan lokal "Linggar Jati” (Komite Truce) dengan pihak Belanda di Padang.

Dengan diselingi pertempuran, Aleng tetap meneruskan perundingan lokal “Linggar Jati” (Komite Truce) dengan pihak Belanda sampai meletusnya perang kemerdekaan pertama (Clash I). Kemudian ia ditetapkan sebagai Wakil Ketua Delegasi Lokal Pelaksanaan Persetujuan “Renville” di Padang sejak 4 Agustus 1947 (Setelah Cease Fire). Dengan ketetapan Panglima TNI Komandemen Sumatra, Aleng diangkat menjadi Kepala Staf Pertempuran Divisi IX TNI dengan pangkat Letnan Kolonel, membawahi bagian-bagian Operasi, Security, Penerangan, Perhubungan dan Polisi Militer. Pada tanggal 16 Desember 1948, ia diangkat sebagai Kepala Staf TNI / Territorial Sumatera Barat dengan pangkat Letnan Kolonel setelah Komando Militer Sumatra Tengah di desentralisasi menjadi dua Komando terpisah yaitu Komando TNI / Territorial Sumatera Barat dan Komando TNI / Territorial Riau.

Belanda mulai mamasuki Bukittinggi pada tanggal 22 Desember 1948 pada saat perang kemerdekaan II / Clash II: 19 Desember 1948. Aleng memimpin Aksi Bumi Hangus Kota Bukittinggi[4] pada 21 Desember 1948. Ia membentuk Sub.Ko. “A” di Matur pada tanggal 22 Desember 1948 dan Menjadi Ka.Staf  Subko “A” TNI / Territorial Sumatera Barat yang berkedudukan di Matur.

Dengan ketetapan Gubernur Militer Sumatera Barat / Tengah, pada tanggal 25 Maret 1949 diangkat menjadi Kepala Staf Militer Sumatera Barat / Tengah dan merangkap menjadi Wakil Gubernur Militer Daerah Sumatera Barat / Tengah, dengan pangkat Letnan Kolonel.

Sesudah gencatan senjata dengan Belanda, Aleng diangkat sebagai Kepala Staf TNI / Territorial Sumatra Tengah pada tanggal 7 November 1949 dan merangkap sebagai anggota Komisi Pelaksanaan Persetujuan Roem – Royen di Sumatera Barat.

Pada tanggal 27 Desember 1949 (Hari Pengakuan Kedaulatan RIS), Aleng mengajukan permohonan berhenti dari dinas ketentaraan. Dengan penetapan Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 3 Maret 1950, ia diberhentikan dengan hormat sebagai Kepala Staf TNI Sumatra Tengah dengan pangkat Letnan Kolonel dan dikeluarkan dari Dinas Tentara sejak tanggal 1 Februari 1950.

Pada tahun 1951, Aleng pernah diminta Bung Hatta secara pribadi untuk aktif kembali di militer namun ia menolaknya. Pada tahun 1957 Aleng menjadi penasehat pribadi Menteri Veteran RI Chaerul Saleh selama setahun. Di bulan Oktober di tahun yang sama melalui sebuah surat, Aleng diberi perintah khusus oleh Presiden Soekarno / Panglima Tertinggi RI untuk menyatukan negara pada umumnya dan TNI pada khususnya.[3]

Berikut adalah isi surat tersebut yang ber-kop suratkan Presiden Republik Indonesia:

Surat Perintah, dengan ini saya kuasakan kepada sdr. A. Halim, bekas Letnan Kolonel T.N.I, pemegang surat perintah ini, untuk membantu dalam usaha memulihkan keutuhan T.N.I khususnya, keutuhan Negara Republik Indonesia umumnya. Djakarta, 16 Oktober 1957, Soekarno, Presiden / Panglima Tertinggi”.

Kemudian pada saat meletusnya peristiwa PRRI tahun 1958, ia kembali dipanggil oleh Kepala Staf Angkatan Darat secara resmi, namun ia kembali menolaknya karena tidak adanya kecocokan dalam beberapa persyaratan yang diajukan, sehingga ia tidak jadi bertugas kembali dalam formasi TNI.[3]

Pasca Karir Militer[sunting | sunting sumber]

Karir Sebagai Pengusaha[sunting | sunting sumber]

Setelah berhenti dari dinas ketentaraannya, Aleng bergerak di bidang perdagangan, ia juga mendirikan beberapa perusahaan diantara lainnya sebagai berikut:

  1. Firma Masupa (14 Mei 1957, ExportImport Karet), Aleng dan teman – temannya mendirikan sebuah perusahaan dagang “Firma Masupa” yang bergerak dalam bidang eksport – import karet dan banyak menghasilkan devisa untuk negara. Disini Aleng bertindak sebagai pemimpinnya.
  2. PT. Indo Hinson Garment Factory (8 Agustus 1978, Garment), Aleng mendirikan perusahaan PT. Indo Hinson Garment Factory bersama dengan Hinson Company Ltd.-Hongkong sebuah perusahaan Joint Venture dalam rangka penanaman modal asing (PMA) dan menjabat sebagai Pemilik Perusahaan. Perusahaan ini bergerak dalam bidang garment dan berlokasi di dalam daerah Bonded Warehouse Indonesia di Tanjung Priok.
  3. Firma Masupa (1980-1985, Export – Import Kopi), pada tahun 1980 – 1985 Firma Masupa aktif kembali dan bergerak di bidang eksport kopi dari Palembang. Aleng pernah menjadi Ketua Asosiasi Exportie Kopi Indonesia.
  4. Anggota Delegasi RI (2324 Agustus 1982, Perundingan Tekstil) Ia juga menjadi Anggota Delegasi RI dalam perundingan tekstil dengan Amerika Serikat.

Karir Sebagai Sejarawan[sunting | sunting sumber]

  • Penulis dan Penasehat Buku,

Aleng menerbitkan sebuah buku berjudul “Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau” jilid II bersama 6 orang rekan seperjuangan dalam wadah Badan Pemurnian Sejarah Indonesia Minangkabau (BPSIM). Ia juga menjadi penasehat team penyunting buku “Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan” Jilid I - Jilid V dan menjadi ketua team penyusun pada Jilid ke VI.

  1. Menjadi salah satu Pendiri Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA) Sumatera Barat dan Anggota Pengurus Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA PUSAT).
  2. Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Badan Pendiri Yapeta Bapak Umar Wirahadikusumah tertanggal 1 Oktober 1997 sebagai Wakil Ketua II Badan Pengurus Umum / Harian Yapeta masa jabatan 1997 – 2002.
  • Narasumber Media (televisi),

Pada tanggal 29 Maret Aleng muncul dalam tayangan khusus bersama dengan Amir Machmud, Subadio Sastrosastomo, Kolonel Saleh A.D. dari pusat sejarah ABRI selama 1 Jam di Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tanggal 25 Juli setiap hari, 10 hari berturut – turut selama 5 menit wajah Aleng muncul di Televisi Surya Citra Televisi (SCTV) dalam rangka HUT Negara ke-50. Pada tanggal 10 dan 17 Agustus Profil Aleng muncul selama 1/2 jam di TVRI sebagai Pejuang Kemerdekaan dalam rangka HUT Negara ke-52.

  • Pembimbing Mahasiswa Sejarah dan Aktif Menghadiri Seminar-Seminar.

Karir Sebagai Anggota Pimpinan Pusat Legiun Veteran RI (PP LVRI) Tahun 1979 – 2000 (Meninggal Dunia)[sunting | sunting sumber]

Di tahun 1979 pada tanggal 27 Januari berdasarkan keputusan Presiden, ia diangkat sebagai anggota Pimpinan Pusat Legiun Veteran RI (PPLVRI) dan memegang jabatan sebagai Kepala Bagian Usaha-Usaha Swasta Bidang EKUIN.

Pada tanggal 25 Mei ia dilantik oleh Presiden di Istana Merdeka sebagai anggota DPP- dan PPLVRI periode 1989-1993. Ia tetap aktif dalam kepengurusan PPLVRI sampai ia meninggal dunia.

Selama menjadi Legiun Veteran RI (PP LVRI) Aleng pernah memegang jabatan sebagai berikut:

  • Kepala Bagian Usaha-Usaha Swasta Bidang EKUIN (1979 – 1983)
  • Kepala Bagian Kesra Umum (1984 – 1988)
  • Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan (1988 – 1993)
  • Kepala Bagian Sejarah Perjuangan (1993 – 1998)
  • Kepala Bagian Sejarah Perjuangan (1998 – 2003 tidak selesai)

Abdul Halim (Aleng) meninggal dunia pada tanggal 26 November 2000 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, KaliBata, Jakarta Selatan. D.K.I. Jakarta.

Kehidupan Pribadi[sunting | sunting sumber]

Abdul Halim menikah dengan istrinya yaitu Eliza pada tanggal 19 Januari 1956. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak, diantaranya Meilihanny, Juanita, Moh. Alwin dan Desi Arryani. Pasangan ini juga dikaruniai 5 orang cucu yaitu Haga Tara Sosrowardoyo, Annisa Indryani beserta suaminya M. Naufal Yugapradana, Rezky Dwimarsya, M. Alvinsyahman dan M. Aldrisyahwira.[3]

Tanda Jasa[sunting | sunting sumber]

Abdul Halim (Aleng) tertanggal 27 Juni 1978 disamping tercatat sebagai anggota Pepabri, ia juga diakui sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan R.I. dan memiliki tanda – tanda jasa sebagai berikut:[3]

  1. Satya Lencana Perang Kemerdekaan ke-1.
  2. Satya Lencana Perang Kemerdekaan ke-2.
  3. Tanda Jasa Pahlawan (Bintang Gerilya).
  4. Satya Lencana BKR cikal bakal TNI.
  5. Bintang Legiun Veteran R.I.
  6. Tuah Sakato sebagai Jasawan Sumatera Barat.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Basir, H. Nazif. "Abdul Halim (Aleng)". bukittinggikota.sikn.go.id. Diakses tanggal 2022-09-25. 
  2. ^ "Rumah Gadang Pasar Matur Suku Caniago". kebudayaan.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2022-11-10
  3. ^ a b c d e f Halim, Abdul (1997). Riwayat Hidup Letnan Kolonel TNI Purnawirawan Abdul Halim. Jakarta. 
  4. ^ a b Kartasasmita, Ginandjar (1980). 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945 – 1949. Jakarta.