Arquebus Jawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 18 November 2021 12.09 oleh Surijeal (bicara | kontrib) (→‎Semenanjung Melayu: Senjata Melaka dibeli dari dan dioperasikan oleh orang Jawa dan Gujarat)
Senapan matchlock abad ke-19 Indonesia, senjata ini lebih kecil dan lebih pendek dari arquebus Jawa, tetapi dengan mekanisme serupa.

Arquebus Jawa merujuk pada senjata api panjang dari kepulauan Nusantara, asalnya dapat dilacak kembali ke perempat terakhir abad ke-15. Senjata itu digunakan oleh tentara lokal, meskipun dalam jumlah rendah dibandingkan dengan jumlah total pasukan,[1]:43 sebelum kedatangan penjelajah Iberia (orang Portugis dan Spanyol) pada abad ke-16. Dalam catatan sejarah, senjata ini dapat digolongkan sebagai senapan sundut atau senapan lontak.[Catatan 1]

Etimologi

Istilah "arquebus Jawa" (arquebus adalah sinonim dari senapan sundut) adalah terjemahan dari kata bahasa China 爪哇銃 (Zua Wa Chong).[2] Dalam bahasa lokal senjata itu dikenal dengan berbagai nama, bedil atau bedhil lebih umum digunakan. Namun, istilah ini memiliki arti luas - mungkin merujuk pada berbagai jenis senjata api dan senjata bubuk mesiu, dari pistol matchlock kecil sampai meriam pengepungan yang besar. Istilah bedil berasal dari kata wedil (atau wediyal) dan wediluppu (atau wediyuppu) dari bahasa Tamil.[3] Dalam bentuk aslinya, kata-kata ini secara berurut merujuk pada ledakan mesiu dan niter (kalium nitrat). Tapi setelah terserap menjadi bedil pada bahasa Melayu, dan di sejumlah budaya lain di kepulauan Nusantara, kosakata Tamil itu digunakan untuk merujuk pada semua jenis senjata yang menggunakan bubuk mesiu. Pada bahasa Jawa dan Bali istilah bedil dan bedhil dikenal, pada bahasa Sunda istilahnya adalah bedil, di bahasa Batak sebagai bodil, di bahasa Makassar, badili, di bahasa Bugis, balili, di bahasa Dayak, badil, di bahasa Tagalog, baril, di bahasa Bisaya, bádil, di rumpun bahasa Bikol, badil, dan orang Melayu orang memanggilnya badel atau bedil.[3][4][5]

Sejarah

Pengetahuan membuat senjata berbasis serbuk mesiu di Nusantara sudah dikenal setelah serangan Mongol ke Jawa (1293 M).[6] Ini mengakibatkan pengembangan meriam putar kecil seperti cetbang dan lantaka.[7] Meriam galah (bedil tombak) dicatat digunakan oleh Jawa pada tahun 1413.[8][9]:245 Namun pengetahuan membuat senjata api sejati datang jauh kemudian, setelah pertengahan abad ke-15. Ia dibawa oleh negara-negara Islam di Asia Barat, kemungkinan besar oleh orang Arab. Tahun pengenalan yang tepat tidak diketahui, tetapi dapat dengan aman disimpulkan tidak lebih awal dari tahun 1460.[10]:23

Jawa

Kerajaan Majapahit memelopori penggunaan senjata berbasis mesiu di kepulauan Nusantara. Suatu catatan tentang penggunaan senjata api pada pertempuran melawan pasukan Giri pada sekitar tahun 1500-1506 berbunyi:[11]

"... wadya Majapahit ambedili, dene wadya Giri pada pating jengkelang ora kelar nadhahi tibaning mimis ..."

"... pasukan Majapahit menembaki (bedil=senjata api), sementara pasukan Giri berguguran karena mereka tidak kuat dihujani peluru (mimis=peluru bulat)..."

- Serat Darmagandhul

Detail dari mekanisme pemicu.

Arquebus ini memiliki kemiripan dengan arquebus Vietnam pada abad ke-17. Senjata ini sangat panjang, dapat mencapai 2,2 m panjangnya, dan memiliki dudukan bipod yang dapat ditekuk.[2] Catatan Tome Pires tahun 1513 menyebutkan pasukan tentara Gusti Pati, wakil raja Batara Brawijaya, berjumlah 200,000 orang, 2,000 diantaranya adalah prajurit berkuda dan 4,000 adalah musketir.[12]:176 Duarte Barbosa sekitar tahun 1514 mengatakan bahwa penduduk Jawa sangat ahli dalam membuat artileri dan merupakan penembak artileri yang baik. Mereka membuat banyak meriam 1 pon (cetbang atau rentaka), senapan lontak panjang, spingarde (arquebus), schioppi (meriam tangan), api Yunani, gun (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya. Setiap tempat disana dianggap sangat baik dalam mencetak/mengecor artileri, dan juga dalam ilmu penggunaanya.[13]:254[14]:198[15]:224

Orang-orang Tiongkok memuji senjata api negara Selatan:

Liuxianting (劉獻廷 - ahli geografi era Qing awal) dari Dinasti Ming dan Qing mengatakan: "Orang Selatan pandai dalam peperangan senjata api, dan senjata api Selatan adalah yang terbaik di bawah langit". Qu Dajun (屈大均) berkata: "Arquebus Selatan, khususnya arquebus Jawa (爪哇銃) diibaratkan crossbow yang kuat. Mereka digantung di bahu mereka dengan tali, dan mereka akan dikirim bersama saat bertemu musuh. Mereka bisa menembus beberapa baju zirah berat".[16]

Semenanjung Melayu

Portugis menemukan berbagai senjata serbuk mesiu setelah penaklukan Malaka pada tahun 1511. Diketahui bahwa orang-orang Melayu mendapatkan senjata dari Jawa.[10]:21-22 Meskipun memiliki banyak artileri dan senjata api, senjata kesultanan Malaka umumnya dan sebagian besarnya dibeli dari orang Jawa dan Gujarat, di mana orang Jawa dan Gujarat bertugas sebagai operator senjata. Pada awal abad ke-16, sebelum kedatangan Portugis, orang Melayu adalah orang-orang tanpa senjata bubuk mesiu. Sejarah Melayu menyebutkan bahwa pada tahun 1509 mereka tidak mengerti "mengapa peluru membunuh", menunjukkan ketidakbiasaan mereka menggunakan senjata api dalam pertempuran, jika tidak dalam upacara.[17]:3


Dalam The Commentaries of the Great Afonso Dalboquerque "senapan matchlock besar"[Catatan 2] sering disebutkan di buku itu. Dalam serangan pertama ke Malaka, orang-orang Portugis yang mendekat ditembak oleh orang-orang muslim di Malaka:[18]:103

"Dua jam sebelum fajar, Afonso Dalboquerque memerintahkan terompet ditiup, untuk membangunkan mereka, dan mereka segera berangkat dengan semua orang-orang bersenjata dan naik ke atas kapalnya, dan ketika sebuah pengakuan umum telah telah dibuat, semua berangkat bersama-sama dan datang ke mulut sungai tepat saat pagi hari, dan menyerang jembatan, masing-masing batalion dalam urutan yang telah ditugaskan untuk itu. Kemudian orang-orang Moor (muslim) mulai menembaki mereka dengan artileri mereka, yang dipasang di kubu-kubu, dan dengan senapan matchlock besar mereka melukai beberapa orang kami."

Mereka juga digunakan ketika orang Portugis mundur dalam serangan pertama:[18]:108

"Ketika orang-orang Moor merasa bahwa mereka sedang mundur, mereka mulai melepaskan tembakan dengan senapan matchlock besar, panah, dan sumpitan, dan melukai beberapa orang kami, namun dengan cepat Afonso Dalboquerque memerintahkan orang-orang itu untuk membawa lima puluh bombard besar[Catatan 3] yang telah ditangkap di kubu-kubu di jembatan"

Joao de Barros menggambarkan suatu kejadian saat penaklukan itu di buku Da Asia:[10]:22[19]

"Begitu jung itu melewati tepi pasir dan membuang jangkar, tidak jauh dari jembatan, artileri orang muslim melepaskan tembakan ke arahnya. Beberapa senjata melepaskan peluru timah pada jarak waktu tertentu, yang melewati kedua sisi kapal, melakukan banyak pembunuhan di antara para kru. Di tengah panasnya aksi itu Antonio d'Abreu, sang komandan, tertembak di pipi oleh sebuah fusil (espingardão), yang membawa banyak giginya."

Senapan-senapan matchlock yang menembak menembus melalui kedua sisi kapal mereka, memiliki laras yang sangat panjang dan kaliber 18 mm.[20]

Sejarawan Fernão Lopes de Castanheda menyebutkan senapan matchlock (espingardão - espingarda / arquebus besar), dia mengatakan bahwa mereka melempar mimis, beberapa terbuat dari batu, dan sebagian dari besi tertutup timah.[10][21]:22 Putra Afonso de Albuquerque menyebutkan persenjataan Malaka: Ada senapan matchlock besar, sumpitan beracun, busur, panah, baju berlapis besi (laudeis de laminas), tombak Jawa, dan jenis senjata lainnya.[22][18]:127 Setelah Malaka dikuasai Portugis, mereka menangkap 3000 dari 5000 senapan yang telah diberi Jawa.[23]:96

Indochina

Arquebus Jiaozhi dari tahun 1739. Perhatikan mekanisme sederhananya.

Đại Việt dianggap oleh dinasti Ming China telah menghasilkan senapan matchlock yang sangat maju selama abad 16-17, bahkan melampaui senjata api Ottoman, Jepang, dan Eropa. Pengamat Eropa dari perang Lê–Mạc dan perang Trịnh–Nguyễn juga mencatat kemampuan pembuatan matchlock oleh orang Vietnam. Senapan matchlock Vietnam dikatakan mampu menembus beberapa lapis baju besi, membunuh dua hingga lima orang dalam satu tembakan, namun juga menembak dengan sunyi untuk senjata sekalibernya. Orang China menyebut senjata ini sebagai Jiao Chong (交銃, berarti arquebus Jiaozhi), dan mencatat kesamaannya dengan Zhua Wa Chong / arquebus Jawa.[2][Catatan 4]

Catatan

  1. ^ Musket awalnya mengacu pada varian arquebus yang lebih berat, yang mampu menembus baju besi yang berat (lihat Arnold, 2001, The Renaissance at War, hal. 75-78). Arquebus Jawa lebih besar dari arquebus biasa dan memiliki kemampuan penetrasi yang baik.
  2. ^ Ditulis sebagai espingardões (jamak) atau espingardão (tunggal).
  3. ^ Bombard adalah jenis meriam kaliber besar dan berlaras pendek. Orang Melayu di Malaka memiliki bombard yang melemparkan peluru timah sebesar espera - sejenis artileri tua yang besar.
  4. ^ Perlu dicatat bahwa arquebus Vietnam (Jiaozhi) dapat merujuk pada beberapa jenis senjata matchlock: Arquebus bermodel istinggar, arquebus dengan bipod di bawah laras, arquebus dengan tripod dan dudukan putar, dan arquebus bergaya jinjal.

Lihat juga

Referensi

  1. ^ Tarling, Nicholas (1999). The Cambridge History of Southeast Asia. Cambridge University Press. ISBN 9780521663700. 
  2. ^ a b c Tiaoyuan, Li (1969). South Vietnamese Notes. Guangju Book Office. 
  3. ^ a b Kern, H. (January 1902). "Oorsprong van het Maleisch Woord Bedil". Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia. 54: 311–312. 
  4. ^ Syahri, Aswandi (6 August 2018). "Kitab Ilmu Bedil Melayu". Jantung Melayu. Diakses tanggal 10 February 2020. 
  5. ^ Rahmawati, Siska (2016). "Peristilahan Persenjataan Tradisional Masyarakat Melayu di Kabupaten Sambas". Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. 5. 
  6. ^ Song Lian. Sejarah Yuan.
  7. ^ Ooi, Keat Gin (2004). Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor. ABC-CLIO. ISBN 9781576077702. 
  8. ^ Mayers (1876). "Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century". The China Review. IV: p. 178.
  9. ^ Manguin, Pierre-Yves (1976). "L'Artillerie legere nousantarienne: A propos de six canons conserves dans des collections portugaises". Arts Asiatiques. 32: 233–268. 
  10. ^ a b c d Crawfurd, John (1856). A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries. Bradbury and Evans. 
  11. ^ de Graaf, Hermanus Johannes (1985). Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Jakarta: Temprint. hlm. 180. 
  12. ^ Pires, Tome (1944). The Suma oriental of Tomé Pires : an account of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515 ; and, the book of Francisco Rodrigues, rutter of a voyage in the Red Sea, nautical rules, almanack and maps, written and drawn in the East before 1515. The Hakluyt Society. ISBN 9784000085052.  Artikel ini memuat teks dari sumber tersebut, yang berada dalam ranah publik.
  13. ^ Jones, John Winter (1863). The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508. Hakluyt Society. 
  14. ^ Barbosa, Duarte (1866). A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century. The Hakluyt Society. 
  15. ^ Partington, J. R. (1999). A History of Greek Fire and Gunpowder (dalam bahasa Inggris). JHU Press. ISBN 978-0-8018-5954-0. 
  16. ^ Lý Bá Trọng (2019). 火槍與帳簿:早期經濟全球化時代的中國與東亞世界 (Guns and Account Books: China and the East Asian World in the Era of Early Economic Globalization) (dalam bahasa Tionghoa). 聯經出版事業公司 (Lianjing Publishing Company). hlm. 142. ISBN 978-957-08-5393-3. Diakses tanggal 2020-07-12. 明清之際人劉獻廷說:「交善火攻,交槍為天下最。」屈大均則說:「有交槍者,其日爪哇銃者,形如強弩,以繩懸絡肩上,遇敵萬統齊發,貫甲數重。」 
  17. ^ Charney, Michael (2012). Iberians and Southeast Asians at War: the Violent First Encounter at Melaka in 1511 and After. Dalam Waffen Wissen Wandel: Anpassung und Lernen in transkulturellen Erstkonflikten. Hamburger Edition.
  18. ^ a b c Albuquerque, Afonso de (1875). The Commentaries of the Great Afonso Dalboquerque, Second Viceroy of India, translated from the Portuguese edition of 1774. London: The Hakluyt society. 
  19. ^ de Barros, João (1552). Primeira decada da Asia. Lisboa. 
  20. ^ "Fine Malay matchlock musket | Mandarin Mansion". www.mandarinmansion.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-10. 
  21. ^ de Castanheda, Fernão Lopes (1552). História do descobrimento & conquista da India pelos portugueses. Coimbra. 
  22. ^ The son of Afonso de Albuquerque (1557). Comentários de Afonso de Albuquerque. Lisboa. 
  23. ^ Egerton, W. (1880). An Illustrated Handbook of Indian Arms. W.H. Allen.