Haji Sumanik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(9 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox person
{{Infobox person
| name = {{PAGENAME}}
|name = {{PAGENAME}}
| image =
|image =
| alt =
|alt =
| caption =
|caption =
| birth_name =
|birth_name =
| birth_date =
|birth_date =
| birth_place = {{negara|Pagaruyung}} [[Minangkabau]]
|birth_place = {{negara|Pagaruyung}} [[Sumanik, Salimpaung, Tanah Datar|Sumanik]], [[Luhak Tanah Data]], [[Minangkabau]]
| death_date = <!-- {{Death date and age|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD}} (tanggal meninggal diikuti tanggal lahir) -->
|death_date = <!-- {{Death date and age|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD}} (tanggal meninggal diikuti tanggal lahir) -->
| death_place =
|death_place =
| nationality = {{negara|Pagaruyung}} Minangkabau
|nationality = {{negara|Pagaruyung}} Minangkabau
| other_names =
|other_names =
| alma_mater = [[Universitas Al-Azhar]], [[Kairo]] [[Mesir]]
|alma_mater = [[Universitas Al-Azhar]], [[Kairo]], [[Mesir]]
| occupation = [[Ulama]]
|occupation = [[Ulama]]
| known_for = Tokoh [[Kaum Padri|Padri]]
|known_for = Tokoh [[Kaum Padri|Padri]]
| religion = [[Islam]]
|religion = [[Islam]]
| spouse =
|spouse =
| children =
|children =
| parents =
|parents =
}}
}}
'''[[Haji]] Sumanik''' adalah ulama [[Orang Minang|Minangkabau]] yang melakukan pembaharuan Islam di [[Ranah Minang]] pada awal abad ke-19. Bersama dua rekannya, [[Haji Piobang]] dan [[Haji Miskin]], mereka menjadi tokoh pergerakan [[Perang Padri|Padri]] di Minangkabau. Ketika berada di [[Hejaz]], [[Semenanjung Arab]], Haji Sumanik begitu terkesima dengan ulama-ulama [[Wahabi]] yang menjalankan [[syariah Islam]] secara ketat.<ref>Hamka, Tuanku Rao: Antara Khayal dan Fakta, Bulan Bintang, 1974</ref>
'''[[Haji]] Sumanik''' adalah ulama [[Orang Minang|Minangkabau]] yang melakukan pembaharuan Islam di [[Ranah Minang]] pada awal abad ke-19. Bersama dua rekannya, [[Haji Piobang]] dan [[Haji Miskin]], mereka menjadi tokoh pergerakan [[Perang Padri|Padri]] di Minangkabau. Ketika berada di [[Hijaz]], [[Semenanjung Arab]], Haji Sumanik begitu terkesima dengan ulama-ulama [[Wahabi]] yang menjalankan [[syariat Islam]] secara ketat.<ref>[[Hamka]], ''[[Tuanku Rao]]: Antara Khayal dan Fakta'', Bulan Bintang, 1974.</ref>

=== Gerakan Padri ===
== Gerakan Padri ==
Pada tahun 1803, Haji Sumanik bersama dua orang kawannya pulang ke kampung halamannya di Minangkabau.<ref>Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik Muslim Dalam Sejarah Indonesia, Mizan Publika, 2012</ref> Kepulangan mereka disambut [[Tuanku Nan Renceh]], seorang pimpinan ulama Minangkabau. Bersama dengan pimpinan ulama lainnya, mereka berusaha memurnikan ajaran Islam di Minangkabau dari kebiasaan yang berlaku seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras, tembakau, sirih, dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan, serta longgarnya pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam. Gerakan mereka yang disebut gerakan Padri berkembang pesat dengan kekuatan militer yang kuat yang pada akhirnya menimbulkan pertentangan dengan kaum adat.
Pada tahun 1803, Haji Sumanik bersama dua orang kawannya pulang ke kampung halamannya di Minangkabau.<ref>Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik Muslim Dalam Sejarah Indonesia, Mizan Publika, 2012</ref> Kepulangan mereka disambut [[Tuanku Nan Renceh]], seorang pimpinan ulama Minangkabau. Bersama dengan pimpinan ulama lainnya, mereka berusaha memurnikan ajaran Islam di Minangkabau dari kebiasaan yang berlaku seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras, tembakau, sirih, dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan, serta longgarnya pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam. Gerakan mereka yang disebut gerakan Padri berkembang pesat dengan kekuatan militer yang kuat yang pada akhirnya menimbulkan pertentangan dengan kaum adat.


== Referensi ==
== Referensi ==

{{Reflist}}
{{Reflist}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
*[http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&pg=PA161&lpg=PA161&dq=haji+piobang&source=bl&ots=MA-hpzWxF7&sig=fWVShRXgk3jUC0ulRo08pm7mKH8&hl=en&sa=X&ei=dPG1Ue6uFKrO0QGer4DoDg&ved=0CHEQ6AEwCTgK#v=onepage&q=haji%20piobang&f=false ''Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara''] Slamet Muljana.


* [http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&pg=PA161&lpg=PA161&dq=haji+piobang&source=bl&ots=MA-hpzWxF7&sig=fWVShRXgk3jUC0ulRo08pm7mKH8&hl=en&sa=X&ei=dPG1Ue6uFKrO0QGer4DoDg&ved=0CHEQ6AEwCTgK#v=onepage&q=haji%20piobang&f=false ''Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara''] Slamet Muljana.
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]

[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Sumatera Barat]]
[[Kategori:Ulama|Haji Sumanik]]
[[Kategori:Ulama Indonesia|Haji Sumanik]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Haji Sumanik]]
[[Kategori:Ulama Nusantara|Haji Sumanik]]
[[Kategori:Tokoh Sumatera Barat|Haji Sumanik]]

Revisi terkini sejak 29 September 2023 19.00

Haji Sumanik
LahirKerajaan Pagaruyung Sumanik, Luhak Tanah Data, Minangkabau
KebangsaanKerajaan Pagaruyung Minangkabau
AlmamaterUniversitas Al-Azhar, Kairo, Mesir
PekerjaanUlama
Dikenal atasTokoh Padri

Haji Sumanik adalah ulama Minangkabau yang melakukan pembaharuan Islam di Ranah Minang pada awal abad ke-19. Bersama dua rekannya, Haji Piobang dan Haji Miskin, mereka menjadi tokoh pergerakan Padri di Minangkabau. Ketika berada di Hijaz, Semenanjung Arab, Haji Sumanik begitu terkesima dengan ulama-ulama Wahabi yang menjalankan syariat Islam secara ketat.[1]

Gerakan Padri[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1803, Haji Sumanik bersama dua orang kawannya pulang ke kampung halamannya di Minangkabau.[2] Kepulangan mereka disambut Tuanku Nan Renceh, seorang pimpinan ulama Minangkabau. Bersama dengan pimpinan ulama lainnya, mereka berusaha memurnikan ajaran Islam di Minangkabau dari kebiasaan yang berlaku seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat, minuman keras, tembakau, sirih, dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan, serta longgarnya pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam. Gerakan mereka yang disebut gerakan Padri berkembang pesat dengan kekuatan militer yang kuat yang pada akhirnya menimbulkan pertentangan dengan kaum adat.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Hamka, Tuanku Rao: Antara Khayal dan Fakta, Bulan Bintang, 1974.
  2. ^ Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik Muslim Dalam Sejarah Indonesia, Mizan Publika, 2012

Pranala luar[sunting | sunting sumber]