Iklan tertarget

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 1 Desember 2021 16.59 oleh PutraHP (bicara | kontrib)

Iklan tertarget adalah bentuk iklan yang ditujukan untuk konsumen spesifik yang berfokus pada sifat, minat, dan preferensi tertentu dari konsumen tersebut. Para pengiklan mendapatkan informasi tentang hal-hal ini dengan cara melacak aktivitas konsumen di internet.[1][2][3]

Jenis

Penargetan kontekstual

Atau contextual targeting merujuk pada penempatan iklan di dalam satu situs yang berhubungan dengan produk yang dijual tanpa menggunakan data pengguna atau konsumen. Contoh dari penargetan kontekstual adalah Google AdSense, misalnya seseorang membuka situs tentang otomotif, maka Google AdSense akan menyajikan iklan tentang aksesoris mobil atau iklan penjualan kendaraan bermotor.[4][5][6]

Penargetan kontekstual ini sering disamakan dengan penargetan perilaku (behavioral targeting) padahal pada kenyataannya sangat berbeda. Penargetan kontekstual bekerja atas dasar situs yang sedang dikunjungi oleh konsumen sedangkan penargetan perilaku didasarkan pada situs atau web yang dibuka oleh konsumen sebelumnya. Sebagai contoh misalnya seseorang membuka situs tentang mode lalu setelahnya membuka halaman tentang sepeda, maka iklan tentang mode akan muncul saat dia sedang melihat halaman yang membahas sepeda. Padahal sepeda dan mode adalah dua hal yang tidak berhubungan. Pembiayaan penargetan kontekstual lebih kecil daripada penargetan perilaku karena tidak perlu mempekerjakan staf atau alat untuk melacak data pengguna. Dengan penargetan kontekstual konsumen akan mendapatkan iklan yang sesuai dengan ketertarikannya saat itu tanpa menyebabkan rasa bosan atau bahkan tidak nyaman jika iklan dengan jenis yang sama timbul terus menerus seperti yang terjadi pada penargetan perilaku.[5][7][8][9][10]

Penargetan kontekstual bukanlah merupakan hal yang baru. Jenis iklan tertarget seperti ini telah lama digunakan di media cetak dan televisi seperti misalnya iklan tentang bumbu masak atau bahan makanan di antara penayangan acara memasak. Jenis pengiklanan seperti ini kembali diperhitungkan menyusul adanya Regulasi Proteksi Data Umum atau General Data Protection Regulation (GDPR) Eropa yang resmi berlaku pada tanggal 25 Mei 2018 dan undang-undang privasi dan perlindungan konsumen yang dikeluarkan oleh negara bagian California atau California Consumer Privacy Act (CCPA) pada Januari 2020 menyusul peningkatan tuntutan akan privasi dalam jaringan dari para konsumen.[11][12][13][14]

Penargetan perilaku

Atau behavioural targeting merupakan metode pemasaran yang menggunakan data tentang perilaku berselancar di dunia maya yang sebelumnya dilakukan oleh konsumen. Data ini meliputi riwayat pembelian, pencarian situs, situs-situs yang paling sering dikunjungi.[15][16]

Proses pengumpulan data ini mencakup empat langkah yaitu mengumpulkan kuki dari riwayat penjelajahan konsumen, kuki-kuki ini kemudian digabungkan dengan data-data yang lain seperti berapa banyak waktu dan seberapa sering seorang konsumen mengakses konten tertentu hingga menciptakan perilaku konsumen. Dari sini, pengiklan akan mengelompokkan konsumen berdasarkan hasil analisa perilakunya untuk kemudian menyajikan iklan yang menjadi minat konsumen.[16][17][18]

Pengelompokan konsumen ini sangat penting selain untuk efisiensi pemasaran juga untuk menghindari konten iklan yang tidak efektif. Mekanisme ini menggunakan platform manajemen data atau data management platform (DMP). Adapun kategori data yang dikumpulkan oleh DMP ini adalah data perangkat mobil, lokasi, subskripsi atau entri saat registrasi, dan informasi demografis dari jaringan yang berbeda.[16][17][19]

Perilaku yang menjadi fokus dari DMP adalah laman yang paling sering dikunjungi, seberapa banyak satu sirus web dikunjungi, iklan-iklan yang dibuka oleh konsumen, pencarian web personal, interaksi antarelemen di dalam situs web, progres transaksi, riwayat pembelanjaan, jeda waktu kunjungan di satu situs yang sama.[17][19]

Manfaat dari penargetan perilaku adalah meningkatkan keterikatan konsumen, meningkatkan kemungkinan konsumen melihat iklan yang ditawarkan yang secara otomatis akan meningkatkan penjualan. Untuk konsumen sendiri, teknik pemasaran seperti ini meningkatkan efisiensi proses berbelanja, sebagai pengingat jika terdapat produk yang baru, serta memberikan pengalaman berbelanja yang lebih menyenangkan karena iklan yang ditampilkan bersifat personal.[16][17]

Penargetan media sosial

Merupakan bentuk iklan tertarget yang menggunakan media sosial sebagai tempat untuk menawarkan satu produk. Media sosial memiliki banyak sekali data pengguna. Mulai dari demografi, minat, dan perilaku konsumen mengingat saat ini sebagian besar orang menggunakan berbagai platform media sosial untuk mengunggah semua hal yang mereka lakukan sehari-hari. Di media sosial, seseorang hanya akan disuguhi iklan yang berhubungan dengan minat dan aktivitas berselancar mereka di dunia maya. Sehingga para pengiklan mengeluarkan biaya hanya untuk audiensi yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk membeli produk mereka dan bukannya untuk orang-orang yang tidak memiliki minat sama sekali. Hal ini membuat iklan di media sosial lebih efektif dan efisien.[20][21][22]

Secara spesifik, data yang digunakan oleh media sosial dalam iklan tertarget adalah lokasi domisili konsumen, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan (menikah atau tidak, janda, duda), pendapatan, profesi, suku, bahasa, minat pemilik akun, kata kunci, penggunaan tagar atau hashtag, percakapan-percakapan di dalam media sosial, operator sistem dan jaringan yang dipakai pemilik akun, gawai yang digunakan untuk mengakses media sosial, hingga peristiwa hidup seperti perayaan ulang tahun atau ulang tahun pernikahan, dan kelahiran.[20][21][23]

Empat platform media sosial terbaik untuk beriklan adalah Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube. Masing-masing platform memiliki kelebihan serta spesifikasi penggunanya. Saat ini, sebagian besar orang memiliki lebih dari satu akun media sosial sehingga para pengiklan dapat mengoptimalkan iklan tertargetnya dengan strategi multi-platform. Strategi pemasaran di media sosial berbeda satu sama lain.[22]

Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk memaksimalkan iklan tertarget di media sosial yaitu:

Strategi, pengiklan harus mengetahui tujuannya memasang iklan, media sosial apa yang akan digunakan serta bagaimana pendekatannya, jenis konten apa yang ingin dibuat apakah berupa gambar, video, atau tautan.

Perencanaan dan publikasi, mencakup kapan dan seberapa sering iklan harus ditayangkan agar dapat menarik perhatian konsumen yang tepat.

Respons terhadap konsumen, saat iklan yang ditayangkan menarik perhatian konsumen, mereka akan berkomentar. Memberikan respons terhadap konsumen adalah hal yang harus dilakukan.

Analisis, mencari tahu perubahan jumlah respons per bulan, berapa banyak orang yang melihat iklan yang diunggah, atau jumlah tagar yang menyebut produk yang diiklankan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan.[24][25][26]

Penargetan geografis

Pemasaran ulang

Atau retargeting

Penargetan langsung

Atau real-time targeting (disebut juga sebagai penargetan produk kognitif atau cognitive product targeting) adalah metode beriklan yang dibantu oleh kecerdasan buatan atau artificial intellegence (AI) sehingga memungkinkan pengiklan memprediksi keinginan konsumen.[27][28][29]

Cara kerjanya adalah dengan menggunakan algoritme dan jaringan yang menyerupai kerja otak memproses informasi dan mengekstraksi model yang berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan oleh pengiklan yang didapatkan dari data abstrak yang tersebar. Mekanisme ini menggunakan banyak lapisan jaringan untuk memperoleh informasinya. Dalam sistem ini, data yang dianalisis mencapai miliaran dan melintasi berbagai kanal seperti aplikasi, surat elektronik, dan situs milik konsumen.[30][31]

Data yang diolah oleh sistem ini dapat berupa aktivitas pembelian terkini dari konsumen baik itu pembelian tiket pesawat, barang elektronik, rumah, atau perabotan rumah tangga. Selain itu penargetan langsung juga mencari tahu toko apa saja yang sudah konsumen kunjungi melalui akses GPS, jaringan nirkabel, dan data seluler. Pembelian berulang yang dilakukan oleh satu konsumen juga merupakan dasar dari penargetan langsung dengan asumsi bahwa hal tersebut menunjukkan ketertarikan dan kebutuhan yang besar akan satu produk.[30]

Dengan penargetan langsung, perusahaan atau pengiklan dapat menyesuaikan tawaran produk berdasarkan perilaku konsumen. Misalnya dengan mengirimkan kode kupon untuk potongan harga kepada konsumen yang mencari barang tertentu melalui telepon selulernya beberapa hari sebelumnya. Pengiklan juga dapat menawarkan rekomendasi produk yang berhubungan dengan riwayat pencarian atau pembelian konsumen. Misalnya saat konsumen mencari atau membeli tas untuk mendaki gunung, pengiklan dapat memberikan rekomendasi sepatu gunung atau tenda. Bahkan dengan metode ini, pengiklan dapat mendorong konsumen untuk datang ke tempat usaha mereka. Sebagai contohnya, toko atau restoran dapat mengetahui apabila konsumen berada di dekat mereka lalu mengirimkan pesan melalui telepon seluler atau surat elektronik yang berisi ajakan untuk berkunjung.[27][28]

Dalam menyasar konsumen, secara umum terdapat tiga kriteria. Konsumen dengan intensi tinggi, sedang, dan rendah. Konsumen dengan intensi tinggi adalah mereka yang memasukkan satu barang ke dalam keranjang belanja atau melihat barang tersebut beberapa kali dalam satu atau dua hari terakhir. Perlakuan untuk konsumen ini adalah dengan mengirimkan pesan yang secara tidak langsung mendesak mereka untuk menyelesaikan transaksinya. Contohnya dengan memberikan informasi bahwa barang tersebut adalah stok terakhir atau memberikan potongan harga yang cukup besar dan hanya berlaku hari itu saja. Konsumen dengan intensi sedang adalah mereka yang melihat satu barang beberapa kali dalam satu minggu terakhir. Untuk konsumen ini, dibutuhkan informasi yang lebih banyak agar mereka merasakan keharusan untuk berbelanja. Informasi seperti ini membutuhkan bantuan kecerdasan buatan untuk mengetahui minat konsumen yang bersangkutan selain dari barang yang mereka lihat tersebut. Tujuannya agar dapat mengirimkan informasi produk terkait kepada mereka. Sedangkan untuk konsumen dengan intensi rendah, bantuan kecerdasan buatan akan membantu produsen atau pengiklan untuk melihat apakah ada ketertarikan terhadap produk tertentu atau hanya sekadar menjelajahi internet.[9][27][30]

Data dari kecerdasan buatan membantu pengiklan mengatur strategi pemasaran mereka melalui 5 cara yaitu dengan memetakan ketertarikan konsumen dengan perilakunya, mengoptimalisasi strategi penargetan, menguji secara langsung dan melihat perubahan konsumen, analisa dan optimalisasi yang lengkap, dan meningkatkan kemampuan personal.[32]

Penargetan sosio-demografis

Penargetan psikografis

Setiap individu memiliki sisi psikologis yang berbeda yang menyebabkan perbedaan di dalam motivasi untuk melakukan sesuatu. Penargetan psikografis menitikberatkan pada pencarian nilai personal serta karakteristik khusus yang menjadi penentu dan pendorong seseorang melakukan pembelian barang. Yang termasuk di dalam faktor penentu psikologis ini adalah respons dan motivasi emosional yang mencakup moral, etika, dan pandangan politik serta perilaku bawaan, keberpihakan, dan prasangka. Penargetan psikografis ini didasarkan pada aktivitas, minat, dan opini konsumen.[33][34][35]

Televisi

Perangkat bergerak

Keuntungan dan kerugian

Iklan tertarget terutama untuk iklan daring berbanding lurus dengan perkembangan teknologi.[1]

Keuntungan

Konsumen

Meskipun ada anggapan iklan tertarget memberikan efek mengganggu bagi sebagian konsumen, setidaknya 52% konsumen merasakan manfaat dari bentuk pemasaran seperti ini. Dari survei pemasaran dengan mesin pencari yang dilakukan oleh Visual Object pada tahun 2021 di Amerika Serikat, dengan jumlah responden sebanyak 500 orang (meskipun tidak semua jawaban responden ditampilkan), didapatkan data bahwa ada sebanyak 15% konsumen akan lebih mudah menemukan produk yang menawarkan promosi berupa potongan harga, 14% berhasil menemukan merek baru dari produk serupa yang mereka minati, 13% mendapatkan rekomendasi produk dan pelayanan yang bersifat personal, 12% yang menemukan bisnis atau produk lokal yang sebelumnya tidak mereka ketahui, dan sebanyak 11% menyatakan memperoleh pengalaman berbelanja secara daring yang lebih efisien.[36]

Iklan tertarget juga memudahkan konsumen untuk menemukan produk yang mereka inginkan.[37]

Pengiklan

Iklan tertarget akan meningkatkan kesadaran konsumen akan keberadaan satu produk dan merek. Sekitar 59% konsumen memberikan perhatian lebih terhadap iklan untuk merek yang sebelumnya mereka lihat di internet. Hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar terutama untuk usaha berskala kecil agar konsumen mengetahui keberadaan mereka. Hal ini sejalan dengan salah satu dari 7 prinsip pembuatan iklan yaitu seorang konsumen harus melihat dan atau mendengar iklan satu produk setidaknya 7 kali sebelum memutuskan untuk membeli produk tersebut. Sehingga pengenalan produk dan merek milik usaha kecil dapat bersaing dengan bisnis yang lebih besar.[36][38]

Saat seorang konsumen membuka iklan satu produk maka hal tersebut akan menyebabkan peningkatan lalu lintas perdagangan satu situs web dan tingkat keterlibatan produk tersebut. Hal ini akan menyebabkan kemungkinan iklan produk tersebut dilihat dan dibuka oleh konsumen yang lain juga makin besar sehingga akses terhadap konsumen baru ataupun konsumen yang sebelumnya sudah ada akan tercapai. [36][39]

Peningkatan pengenalan merek dan produk yang membawa kelompok konsumen baru akan menyebabkan peningkatan penjualan dan secara langsung akan meningkatkan ROI (return of investment) atau laba atas investasi. Sedangkan untuk konsumen lama akan meningkatkan kemungkinan pembelian ulang.[36][37][40]

Dari segi pembiayaan, beberapa jenis iklan tertarget seperti penargetan ulang lebih murah bila dibandingkan dengan PPC (pay per click) atau bayar per klik dan SEO (search engine optimization) atau optimisasi mesin pencari terutama untuk usaha berskala kecil.[36][37]

Kecerdasan buatan

AI atau artificial intellegence merupakan pihak perantara antara pengiklan dan konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Veronika Marotta, Kaifu Zhang, dan Alessandro Acquisti dari Heinz College, Universitas Carnegie Mellon, tentang pihak yang paling diuntungkan dengan adanya iklan tertarget menunjukkan bahwa pihak perantaralah yang mendapatkan keuntungan terbesar jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan oleh konsumen atau pengiklan.[41]

Referensi

  1. ^ a b "Apa Itu Targeted Advertising?". Republika Online. 4 April 2021. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  2. ^ "The Now: What is Targeted Advertising?". GCFGlobal.org. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  3. ^ "What is Ad Targeting? - Definition from Techopedia". Techopedia.com. 14 Juli 2017. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  4. ^ "Contextual Advertising: What Is Contextual Advertising?". www.wordstream.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  5. ^ a b "Contextual Targeting 101: How To Use Relevance To Drive Better Engagement Without Cookies - Knorex". www.knorex.com. 22 Maret 2021. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  6. ^ Shepard, Brook (22 Juli 2021). "Council Post: The New Rise Of Contextual Advertising". Forbes. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  7. ^ "Contextual Advertising: The Smart Way to Reach Consumers". ChannelSight. 29 April 2021. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  8. ^ "Contextual Advertising(Targeting) - Everything You Need to Know | Publift". www.publift.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  9. ^ a b Goworek, Krzysztof (27 April 2021). "Real-time advertising and how to do it right". TASIL. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  10. ^ "What Is Contextual Ad Targeting?". Vungle. 30 Juni 2021. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  11. ^ "Why Advertisers Need Contextual Targeting in the Age of Privacy |Appier". Appier. 5 Februari 2020. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  12. ^ "What is GDPR, the EU's new data protection law?". GDPR.eu. 7 November 2018. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  13. ^ McNulty, Michael (5 Agustus 2020). "Using Contextual Targeting While Respecting Consumer Privacy". Amobee. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  14. ^ "Apa Itu CCPA Dan Mengapa Kita Harus Peduli - Monitor Teknologi". www.monitorteknologi.com. Diakses tanggal 2021-11-30. 
  15. ^ Wibowo, Patrick Trusto Jati (3 Juni 2021). "Apa Itu Behavioural Targeting?". Warta Ekonomi. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  16. ^ a b c d "What Is Behavioral Targeting? How It Works (in 4 Steps)". Lotame. 17 September 2018. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  17. ^ a b c d "What is Behavioral Targeting? - Targeting Explained". sightcorp.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  18. ^ Navitidad, Angelina (10 April 2020). "An Introduction to Targeted Advertising". The Next Ad. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  19. ^ a b "What Is a Data Management Platform? DMP Explained (Video)". Lotame. 19 Agustus 2019. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  20. ^ a b "Your Guide to Social Media Targeting". Digivizer. 6 Agustus 2020. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  21. ^ a b Patterson, Mandy (26 Oktober 2020). "Your guide to social media targeting via Sprout Social". Sprout Social. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  22. ^ a b Loresco, Shadz (14 September 2021). "How To Find and Target the Right Audience on Social Media". Thrive Internet Marketing Agency. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  23. ^ Mccarthy, Aisling (12 Juli 2018). "Targeting on Social Media: The Why and How". Media Update. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  24. ^ "The Essential Guide to Social Media Targeting | Blog | Online Digital Marketing Courses". Digital Marketing Institute. 12 Januari 2018. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  25. ^ "What is Social Media Marketing?". buffer.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  26. ^ Steve, Mark (1 Desember 2021). "What Are The Benefits of Social Media Targeting?". akuntansi.or.id. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  27. ^ a b c "Realtime Customer Marketing: Definition, Targeting, Examples". Optimove. Mei 2020. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  28. ^ a b "How Real-Time Targeting Can Revolutionize Your Marketing Strategy". BDEX. 12 Juni 2019. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  29. ^ Ismi, Trias (14 Desember 2020). "Real Time Marketing, Strategi Efektif untuk Tingkatkan Brand Awareness". Glints Blog. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  30. ^ a b c "How Real-Time Customer Intent Targeting Can Boost Your Conversions |Appier". Appier. 22 Agustus 2019. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  31. ^ "What is Realtime Targeted Marketing?". www.marketflare.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  32. ^ "5 Ways to Create Real Time Targeting Strategy Using Real-Time Data". 6 Agustus 2021. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  33. ^ "What Are Psychographics?". CB Insights Research. 6 Mei 2020. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  34. ^ Forster, Fleur (28 April 2020). "Identify target groups with psychographic targeting". DMEXCO. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  35. ^ Shewan, Dan (5 Juni 2021). "9 Mind-Bending Ways to Use Psychographics in Your Marketing". www.wordstream.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  36. ^ a b c d e Jordan, Shelby (25 Maret 2021). "Visual Objects". Visual Objects. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  37. ^ a b c Keating, Michael George (13 Maret 2013). "Benefits of Targeted Advertisements: A Spotify Fail". eREACH. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  38. ^ Godfrey, Téa Silvestre (11 November 2021). "Your Brand and the Marketing Rule of 7". Story Bistro. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  39. ^ "In Your Face: The Benefits of Targeted Advertising". www.willpenman.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  40. ^ Lau, Wilson. "What Is Targeted Advertising?". AdRoll. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  41. ^ Marotta, V.; Zhang, Kaifu; Acquisti, A. (2016). "Who Benefits from Targeted Advertising". Business.