Jalak suren: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Willybold (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 16: Baris 16:
| synonyms =
| synonyms =
| binomial_authority = [[Carolus Linnaeus|Linnaeus]], [[Systema Naturae Edisi ke-10|1758]]
| binomial_authority = [[Carolus Linnaeus|Linnaeus]], [[Systema Naturae Edisi ke-10|1758]]
| range_map=Peta jalak suren.gif
| range_map_caption=Penyebaran Jalak suren
}}
}}
'''Jalak suren''' (''Sturnus contra'') atau '''jalak uren'''<ref name=uren>{{cite news |title=Jalak Suren Si Penjaga Rumah yang Hampir Punah |author=Cakrawala |url=http://cakrawalainterprize.com/2011/11/11/jalak-suren-si-penjga-rumah-yang-hampir-punah/ |newspaper=Cakrawala Online |date=11 November 2011 |accessdate=4 June 2012}}</ref> adalah [[spesies]] [[jalak]] yang ditemukan di [[Anakbenua India]] dan [[Asia Tenggara]]. Mereka biasanya ditemukan dalam kelompok kecil di bawah kaki lembah dan dataran rendah. Mereka biasa ditemukan di [[kota]] atau [[desa|pedesaan]], meskipun mereka tak seberani burung [[kerak ungu]]. Jalak suren memiliki beberapa variasi [[bulu]] yang membedakan beberapa [[subspesies]], dan sampai saat ini sudah ada lima subspesies yang teridentifikasi dan diberi nama.
'''Jalak suren''' (''Sturnus contra'') atau '''jalak uren'''<ref name=uren>{{cite news |title=Jalak Suren Si Penjaga Rumah yang Hampir Punah |author=Cakrawala |url=http://cakrawalainterprize.com/2011/11/11/jalak-suren-si-penjga-rumah-yang-hampir-punah/ |newspaper=Cakrawala Online |date=11 November 2011 |accessdate=4 June 2012}}</ref> adalah [[spesies]] [[jalak]] yang ditemukan di [[Anakbenua India]] dan [[Asia Tenggara]]. Mereka biasanya ditemukan dalam kelompok kecil di bawah kaki lembah dan dataran rendah. Mereka biasa ditemukan di [[kota]] atau [[desa|pedesaan]], meskipun mereka tak seberani burung [[kerak ungu]]. Jalak suren memiliki beberapa variasi [[bulu]] yang membedakan beberapa [[subspesies]], dan sampai saat ini sudah ada lima subspesies yang teridentifikasi dan diberi nama.
Baris 21: Baris 23:
Jalak ini berukuran sedang, berwarna hitam dan putih. Adapun perbedaan jantan dan betina terdapat pada panjang badan, kulit di sekeliling mata, bulu, ekor, dan jari-jari kaki. Seperti [[burung pengicau]] lainnya, jalak suren memiliki kaki berjenis [[anatomi burung#Kaki burung|anisodaktil]] dimana tiga jari menghadap ke depan dan satu jari menghadap ke belakang. Ia memilih tempat tinggal di dekat air, yakni di lubang [[pohon]] dan biasa mencari makan di tanah. Tak jarang burung ini turun ke air untuk mencari makan. Dalam sebuah [[sarang]], biasanya diisi empat sampai enam [[telur]] biru mengkilap yang polos. Dalam satu hari, burung akan mengeluarkan satu buah telur, dan pengeraman dimulai hanya setelah telur ketiga atau keempat dikeluarkan. Telur menetas setelah 14-15 [[hari]]. Mereka menghasilkan berbagai kicauan dengan suara yang jernih. Inilah sebab burung ini banyak dicari pecinta burung. Lain halnya dengan [[Sema Naga]], sebuah suku Naga Besar di India. Mereka percaya burung ini reinkarnasi manusia, sehingga mereka tidak mau memakan burung ini. Namun, burung ini juga dijadikan perlambang burung jinak penjaga rumah. Diketahui, jika ada orang yang datang ke rumah, ia akan berkicau dengan nyaring dan bervariasi. Agar burung ini tetap rajin berkicau, hendaknya burung ini dipelihara bersama [[jalak hitam]].
Jalak ini berukuran sedang, berwarna hitam dan putih. Adapun perbedaan jantan dan betina terdapat pada panjang badan, kulit di sekeliling mata, bulu, ekor, dan jari-jari kaki. Seperti [[burung pengicau]] lainnya, jalak suren memiliki kaki berjenis [[anatomi burung#Kaki burung|anisodaktil]] dimana tiga jari menghadap ke depan dan satu jari menghadap ke belakang. Ia memilih tempat tinggal di dekat air, yakni di lubang [[pohon]] dan biasa mencari makan di tanah. Tak jarang burung ini turun ke air untuk mencari makan. Dalam sebuah [[sarang]], biasanya diisi empat sampai enam [[telur]] biru mengkilap yang polos. Dalam satu hari, burung akan mengeluarkan satu buah telur, dan pengeraman dimulai hanya setelah telur ketiga atau keempat dikeluarkan. Telur menetas setelah 14-15 [[hari]]. Mereka menghasilkan berbagai kicauan dengan suara yang jernih. Inilah sebab burung ini banyak dicari pecinta burung. Lain halnya dengan [[Sema Naga]], sebuah suku Naga Besar di India. Mereka percaya burung ini reinkarnasi manusia, sehingga mereka tidak mau memakan burung ini. Namun, burung ini juga dijadikan perlambang burung jinak penjaga rumah. Diketahui, jika ada orang yang datang ke rumah, ia akan berkicau dengan nyaring dan bervariasi. Agar burung ini tetap rajin berkicau, hendaknya burung ini dipelihara bersama [[jalak hitam]].


[[IUCN]] memasukkan spesies ini termasuk LC ([[Risiko Rendah]]). Sebenarnya, di [[Indonesia]], pada tahun [[1970|70]]-an, burung ini masih dapat ditemui di [[Pulau Jawa]]. Oleh karena penggunaan [[pestisida]] yang berlebihan, maka spesies ini mulai berkurang. Untuk mencegah kelangkaan [[spesies]], maka burung ini sudah mulai [[penangkaran|ditangkarkan]]. Walaupun sudah ditangkarkan, sebab lain kelangkaan ini adalah pengembangbiakan masih sulit dilakukan.
[[IUCN]] memasukkan spesies ini termasuk LC ([[Risiko Rendah]]).<ref name = iucn2012>{{cite web|url=http://www.iucnredlist.org/details/summary/106006818/0 | title = www.iucnredlist.org | accessdate = 4 November 2012}}</ref> Sebenarnya, di [[Indonesia]], pada tahun [[1970|70]]-an, burung ini masih dapat ditemui di [[Pulau Jawa]]. Oleh karena penggunaan [[pestisida]] yang berlebihan, maka spesies ini mulai berkurang. Untuk mencegah kelangkaan [[spesies]], maka burung ini sudah mulai [[penangkaran|ditangkarkan]]. Walaupun sudah ditangkarkan, sebab lain kelangkaan ini adalah pengembangbiakan masih sulit dilakukan.


== Deskripsi ==
== Deskripsi ==
Baris 60: Baris 62:


== Status dan konservasi ==
== Status dan konservasi ==
Populasinya di alam liar tidak diketahui dengan pasti tetapi yang pasti burung ini oleh [[Daftar Merah IUCN]] dikategorikan dalam status konservasi “Least Concern” atau “Beresiko Rendah”. Dahulu di [[Pulau Jawa]], pada tahun [[1970]]-an, ia banyak dijumpai di seluruh Pulau Jawa, namun saat sudah tidak dapat kita jumpai lagi kehidupan jalak suren dialam bebas.<ref name=uren/> Keberadaannya di [[Indonesia]] mulai berkurang, dikarenakan [[polusi]] dan eksploitasi.<ref name="Ahira">{{cite web |url=http://www.anneahira.com/merawat-jalak-suren.htm |title=Jalak Suren, Suara Indah Penghasil Rupiah |last1=Ahira |first1=Anne |last2= |first2= |date= |work= |publisher= |accessdate=8 June 2012}}</ref> Tapi sayangnya pemerintah Indonesia belum melindunginya. Sebab lain kelangkaan spesies ini adalah penggunaan [[pestisida]] dalam pemberantasan [[hama]].{{sfn|Sudrajat|1997|p=33}}{{sfn|Hermawan|2012|p=103}} Namun, sebagai akibat kelangkaaan spesies ini, jenis spesies lain, yakni [[jalak hitam]] lebih murah harganya daripada jalak suren.{{sfn|Sudrajat|1997|p=34}}
Populasinya di alam liar tidak diketahui dengan pasti tetapi yang pasti burung ini oleh [[Daftar Merah IUCN]] dikategorikan dalam status konservasi “Least Concern” atau “Beresiko Rendah”.<ref name = iucn2012 /> Dahulu di [[Pulau Jawa]], pada tahun [[1970]]-an, ia banyak dijumpai di seluruh Pulau Jawa, namun saat sudah tidak dapat kita jumpai lagi kehidupan jalak suren dialam bebas.<ref name=uren/> Keberadaannya di [[Indonesia]] mulai berkurang, dikarenakan [[polusi]] dan eksploitasi.<ref name="Ahira">{{cite web |url=http://www.anneahira.com/merawat-jalak-suren.htm |title=Jalak Suren, Suara Indah Penghasil Rupiah |last1=Ahira |first1=Anne |last2= |first2= |date= |work= |publisher= |accessdate=8 June 2012}}</ref> Tapi sayangnya pemerintah Indonesia belum melindunginya. Sebab lain kelangkaan spesies ini adalah penggunaan [[pestisida]] dalam pemberantasan [[hama]].{{sfn|Sudrajat|1997|p=33}}{{sfn|Hermawan|2012|p=103}} Namun, sebagai akibat kelangkaaan spesies ini, jenis spesies lain, yakni [[jalak hitam]] lebih murah harganya daripada jalak suren.{{sfn|Sudrajat|1997|p=34}}


Kelangkaan juga terjadi di [[delta]] [[Sungai Gangga]], [[Bangladesh]]. Menurut M.S. Islam (2001), diketahui di tahun itu, [[populasi]] jalak suren berkurang. Ia mewawancarai warga sekitar dan diperoleh keterangan bahwa beberapa tahun sebelumnya, jalak suren masih banyak ditemukan di sekitar.<ref>{{cite journal |title=Southward Migration of Shorebirds in the Ganges Delta, Bangladesh |trans title=Migrasi Burung Pantai Kearah Selatan di Delta Gangga, Bangladesh |first=M.S. |last=Islam |volume=39 |issue=31–36 |year=2001 |journal=The Stilt |page=34 |url=http://www.awsg.org.au/stilt/Stilt-39.pdf}}</ref>
Kelangkaan juga terjadi di [[delta]] [[Sungai Gangga]], [[Bangladesh]]. Menurut M.S. Islam (2001), diketahui di tahun itu, [[populasi]] jalak suren berkurang. Ia mewawancarai warga sekitar dan diperoleh keterangan bahwa beberapa tahun sebelumnya, jalak suren masih banyak ditemukan di sekitar.<ref>{{cite journal |title=Southward Migration of Shorebirds in the Ganges Delta, Bangladesh |trans title=Migrasi Burung Pantai Kearah Selatan di Delta Gangga, Bangladesh |first=M.S. |last=Islam |volume=39 |issue=31–36 |year=2001 |journal=The Stilt |page=34 |url=http://www.awsg.org.au/stilt/Stilt-39.pdf}}</ref>


Kini, di [[Indonesia]] jalak suren sudah mulai [[penangkaran|ditangkarkan]]. Ini dilakukan untuk mengimbangi jumlahnya yang mulai berkurang di alam liar. Walaupun tidak banyak, jalak suren hasil penangkaran lokal sudah mulai mengisi kekosongan [[pasar]] jenis tertentu.{{sfn|Turut|2010|p=15}} Walaupun burung ini sudah mulai ditangkarkan, kesulitan lainnya adalah pengembangbiakannya masih sulit dilakukan.{{sfn|Hermawan|2012|p=105}}
Kini, di [[Indonesia]] jalak suren sudah mulai [[penangkaran|ditangkarkan]]. Ini dilakukan untuk mengimbangi jumlahnya yang mulai berkurang di alam liar. Walaupun tidak banyak, jalak suren hasil penangkaran lokal sudah mulai mengisi kekosongan [[pasar]] jenis tertentu.{{sfn|Turut|2010|p=15}} Walaupun burung ini sudah mulai ditangkarkan, kesulitan lainnya adalah pengembangbiakannya masih sulit dilakukan.{{sfn|Hermawan|2012|p=105}}

Namun demikian, secara umum di seluruh dunia polulasi jalak suren justru dilaporkan meningkat.<ref name =iucn2012 /> Hal ini diakibatkan karna burung ini telah menyebar ke [[Taiwan]], [[Jepang]], serta [[Brasil]].


== Galeri ==
== Galeri ==

Revisi per 4 Desember 2012 04.07

Jalak suren
Dari Bengal Barat
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. contra
Nama binomial
Sturnus contra
Berkas:Peta jalak suren.gif
Penyebaran Jalak suren

Jalak suren (Sturnus contra) atau jalak uren[2] adalah spesies jalak yang ditemukan di Anakbenua India dan Asia Tenggara. Mereka biasanya ditemukan dalam kelompok kecil di bawah kaki lembah dan dataran rendah. Mereka biasa ditemukan di kota atau pedesaan, meskipun mereka tak seberani burung kerak ungu. Jalak suren memiliki beberapa variasi bulu yang membedakan beberapa subspesies, dan sampai saat ini sudah ada lima subspesies yang teridentifikasi dan diberi nama.

Jalak ini berukuran sedang, berwarna hitam dan putih. Adapun perbedaan jantan dan betina terdapat pada panjang badan, kulit di sekeliling mata, bulu, ekor, dan jari-jari kaki. Seperti burung pengicau lainnya, jalak suren memiliki kaki berjenis anisodaktil dimana tiga jari menghadap ke depan dan satu jari menghadap ke belakang. Ia memilih tempat tinggal di dekat air, yakni di lubang pohon dan biasa mencari makan di tanah. Tak jarang burung ini turun ke air untuk mencari makan. Dalam sebuah sarang, biasanya diisi empat sampai enam telur biru mengkilap yang polos. Dalam satu hari, burung akan mengeluarkan satu buah telur, dan pengeraman dimulai hanya setelah telur ketiga atau keempat dikeluarkan. Telur menetas setelah 14-15 hari. Mereka menghasilkan berbagai kicauan dengan suara yang jernih. Inilah sebab burung ini banyak dicari pecinta burung. Lain halnya dengan Sema Naga, sebuah suku Naga Besar di India. Mereka percaya burung ini reinkarnasi manusia, sehingga mereka tidak mau memakan burung ini. Namun, burung ini juga dijadikan perlambang burung jinak penjaga rumah. Diketahui, jika ada orang yang datang ke rumah, ia akan berkicau dengan nyaring dan bervariasi. Agar burung ini tetap rajin berkicau, hendaknya burung ini dipelihara bersama jalak hitam.

IUCN memasukkan spesies ini termasuk LC (Risiko Rendah).[3] Sebenarnya, di Indonesia, pada tahun 70-an, burung ini masih dapat ditemui di Pulau Jawa. Oleh karena penggunaan pestisida yang berlebihan, maka spesies ini mulai berkurang. Untuk mencegah kelangkaan spesies, maka burung ini sudah mulai ditangkarkan. Walaupun sudah ditangkarkan, sebab lain kelangkaan ini adalah pengembangbiakan masih sulit dilakukan.

Deskripsi

Jalak suren berukuran sedang (24 cm),[4] berwarna hitam dan putih. Dahi, pipi, garis sayap, tunggir, dan perut berwarna putih. Dada, tenggorokan, dan tubuh bagian atas berwarna hitam. Warna hitam ini masih coklat pada burung remaja.[4][5][6] Iris berwarna abu-abu, kulit tanpa bulu disekitar mata berwrna jingga, paruh berwarna merah dengan ujung paruh berwarna putih, kaki berwarna kuning.[6] Jalak suren, yang mempunyai sayap yang agak bulat, tidak beterbang dengan cepat, melainkan dengan gerakan yang mirip dengan kupu-kupu.[7] Bulu burung jantan dan burung betina kelihatan sama.[5] Baik burung jantan maupun betina senang berkicau, dan mereka dapat meniru suara burung lain.[7]

Burung jantan memiliki badan yang lurus dan lebih besar dari pada burung betina.[8] Bulu kepala dan punggung berwarna hitam legam, serta ekornya sedikit lebih panjang dan menyatu.[9] Warna merah pada kulit di atas mata lebih cerah dan jelas. Pada bagian yang memiliki bulu warna putih, di tubuh bagian bawah, kelihatan lebih bersih. Ekornya sedikit lebih panjang dan menyatu. Jari-jari kakinya lebih panjang dan lebih kokoh. Jambul kepalanya lebih panjang dan lebih melebar saat mengembang.[9] Sementara, burung betina memiliki tubuh yang bulat dan pendek dengan warna hitam dan putih yang agak suram, kurang lincah dan agresif seperti jantan.[8][9] Paruh, jari kaki, dan ekornya lebih pendek dan halus. Kepalanya agak ramping. Warna merah pada bagian mukanya lebih pucat dibanding burung jantan. Ocehannya lebih cerewet dan bervariasi.[9]

Taksonomi

Ilustrasi pertama jalak suren oleh George Edwards (1751)

Pada masa lalu, spesies ini dimasukkan ke dalam genus Sturnus dan Sturnopastor, namun hasil studi terbaru tidak mendukung penggolongan jalak suren ke dalam genus Sturnus, sehingga spesies ini kembali dimasukkan ke dalam genus Gracupica.[10][11] Ada yang mengatakan bahwa nama spesies "contra" berasal dari nama India, meskipun sampai sekarang hal ini belum pernah ditelusuri kebenarannya.[12]

Kepala subspesies S. c. contra (atas), S. c. superciliaris (tengah), dan S. c. jalla (bawah); ilustrasi oleh Joseph Smit, 1890

Subspesies yang ternominasi (berdasarkan deskripsi spesies yang diberikan oleh Linnaeus pada tahun 1758) sebagian besar ditemukan di sepanjang dataran Gangga membentang ke arah selatan sampai Andhra Pradesh dan ke arah timur sampai Bangladesh. Populasi di timur laut India (dari Sadiya ke Tirap dan Bukit Naga) diberi nama sordida (aslinya Sturnus contra sordidus) oleh Sidney Dillon Ripley pada tahun 1950. Secara fisik, subspesies tersebut memiliki perbedaan dengan jalak suren yang ada di India, yaitu pundak dan tengkuknya kurang bergaris. Populasi di Manipur ke selatan menuju Myanmar dan ke timur menuju Yunnan mempunyai garis mata membentang ke seluruh mata dan dimasukkan ke dalam subspesies superciliaris. Pengelompokan ini pertama kali dideskripsikan oleh Edward Blyth pada tahun 1863. Subspesies di Thailand, Laos dan Kamboja dimasukkan dalam subspesies floweri ( Sharpe, 1897) sementara subspesies jalla dideskribsikan oleh Horsfield pada tahun 1821 ditemukan di Sumatra, Jawa dan Bali.[5][13]

Habitat dan distribusi

Spesies ini ditemukan terutama di dataran rendah, namun dapat juga ditemukan di kaki bukit sampai 700 meter diatas permukaan laut. Mereka ditemukan utamanya di wilayah dekat perairan. Seperti jenis jalak lainnya, ia memilih lubang pohon untuk tempat tinggal. Dia tinggal di hutan sekunder terbuka yang banyak ditumbuhi pohon yang tinggi dan gelagah.[14] Di India, penyebaran utama spesies ini berada di tepian Sungai Gangga, meluas hingga Sungai Krishna. Penyebaran spesies ini kian hari kian meningkat ke beberapa tempat seperti Lahore (dari 1997[15]), Rajkot[16] dan Bombay (sejak 1953[17]). Penyebaran ini mungkin juga diakibatkan banyaknya burung yang diperdagangkan yang tidak sengaja terlepas dari sangkarnya.[18] Penyebaran mereka di India terutama di daerah Rajasthan telah terbantu oleh irigasi dan pola pertanian.[19] Spesies ini juga telah menyebar sampai ke Dubai, UEA,[1] Pakistan,[7] Taiwan dan Pulau Honshu.[20]

Perilaku

Jalak ini biasanya ditemukan dalam kelompok kecil, ia terutama mencari makan di atas tanah tapi bertengger di pohon[14] atau bangunan. Ia tidak takut pada binatang besar, misalkan sapi, dan sering mencari makanan di tengah-tengah mereka.[7] Burung dalam satu kelompok selalu mengeluarkan bunyi panggilan bersahut-sahutan dengan bunyi yang beraneka ragam seperti bunyi peluit, bunyi bergetar, bunyi mendengung, bunyi klik dan kicauan. Burung muda yang diambil untuk dipelihara dapat dilatih untuk meniru suara burung lain.[21]

Jalak suren mencari makan terutama di ladang atau sawah, padang rumput dan tanah terbuka untuk mencari biji-bijian, buah-buahan, serangga, telur serangga, serangga yang kecil-kecil, kupu-kupu, cacing tanah,[22] dan moluska yang biasanya didapatkan dari tanah. Seperti jenis jalak yang lain, mereka sering mencongkel atau membuka tanah, menusuk dengan menggunakan paruh untuk untuk mengeluarkan makanan yang tersembunyi dibalik tanah.[21] Selain itu pula, jalak suren biasanya turun ke air yang dangkal untuk mencari makanan.[22] Mereka memiliki otot protraktor yang kuat yang memungkinkan mereka menyibakkan bagian bawah rumput dan matanya berada dalam posisi yang tepat sehingga mereka memiliki penglihatan binokular untuk melihat celah diantara paruh.[23][24]

Perkembangbiakan

Sarang terbuat dari bongkahan jerami terletak pada cabang pohon.

Musim perkembangbiakan di India terjadi dari bulan Maret sampai September. Namun di Indonesia, perkembangbiakan terjadi antara Januari-Juni. Puncak perkembangbiakan terjadi sepanjang tahun. Sedangkan bulan Juli-Desember merupakan masa penurunan perkawinan.[8] Pada musim perkembangbiakan, jumlah burung dalam kelompok akan menurun, karena mereka saling mencari pasangan. Dalam memikat pasangan, burung ini akan mengeluarkan suara panggilan, menepuk-nepukkan bulu serta menggoyang-goyangkan kepala. Mereka membuat sarang dari bongkahan jerami yang ringan yang dibentuk menjadi kubah dengan sebuah pintu masuk pada sisi samping yang diletakkan pada pohon besar (sering di pohon beringin, mangga, nangka, sonokeling,[25] dan pohon aren[14]) atau kadang struktur buatan manusia,[26] sering dekat dengan pemukiman manusia. Beberapa pasangan akan berkembang biak di tempat yang sama. Dalam sebuah sarang, biasanya diisi empat sampai enam telur biru mengkilap. Dalam satu hari, burung akan mengeluarkan satu buah telur, dan pengeraman dimulai hanya setelah telur ketiga atau keempat dierami. Telur menetas setelah 14-15 hari. Anakan jalak suren terus menunggu selama 2 minggu, dan betina berada di sarang pada malam hari. Kedua induk memberi makan anakan sampai mereka menjadi dewasa dan meninggalkan sarang setelah tiga minggu. Dalam satu musim, dapat dibesarkan lebih dari satu induk burung.[5][13][27]

Pada saat hendak tidur, ia mengeluarkan suara yang gaduh. Kebiasaannya hidupnya ini sering terlihat pada kelompok kecil dan kadang berpasangan: jalak suren bisanya tidur malam dalam kelompok besar dan saling melindungi.[7] Saat mencari makanpun, tak jarang burung ini turun ke tanah dan mendekati sumber air di tempat yang dangkal.[28]

Pernah dilaporkan, sebuah contoh pemberian makan interspesifik dilakukan antara seekor kerak ungu memberi makan jalak suren muda.[29]

Dalam kebudayaan

Jalak suren dapat dipelihara bersama jalak hitam (pada gambar) agar tetap rajin berkicau

Jalak suren cenderung dipandang baik oleh manusia yang tinggal di dalam wilayahnya, sebab ia makan serangga yang dapat merusak panen.[7] Kemampuan jalak ini untuk meniru suara manusia membuat mereka populer sebagai burung peliharaan. Banyak pecinta burung yang membeli burung jalak suren dengan harga cukup tinggi.[14] Namun, burung ini juga dijadikan perlambang burung jinak penjaga rumah.[30] Ini mungkin karena burung ini sangat peka. Diketahui, jika ada orang yang datang ke rumah, ia akan berkicau dengan nyaring dan bervariasi. Adapun, memelihara jalak hitam dalam satu kandang dapat menjadikan jalak suren tetap rajin berkicau. Burung ini juga dapat dijadikan pemaster burung lain.[30]

Dalam kebudayaan Sema Naga, salah satu suku Naga Besar di India, mereka mempercayai bahwa burung jalak suren merupakan reinkarnasi manusia. Sehingga mereka tidak mau memakan burung ini.[31]

Status dan konservasi

Populasinya di alam liar tidak diketahui dengan pasti tetapi yang pasti burung ini oleh Daftar Merah IUCN dikategorikan dalam status konservasi “Least Concern” atau “Beresiko Rendah”.[3] Dahulu di Pulau Jawa, pada tahun 1970-an, ia banyak dijumpai di seluruh Pulau Jawa, namun saat sudah tidak dapat kita jumpai lagi kehidupan jalak suren dialam bebas.[2] Keberadaannya di Indonesia mulai berkurang, dikarenakan polusi dan eksploitasi.[32] Tapi sayangnya pemerintah Indonesia belum melindunginya. Sebab lain kelangkaan spesies ini adalah penggunaan pestisida dalam pemberantasan hama.[33][34] Namun, sebagai akibat kelangkaaan spesies ini, jenis spesies lain, yakni jalak hitam lebih murah harganya daripada jalak suren.[35]

Kelangkaan juga terjadi di delta Sungai Gangga, Bangladesh. Menurut M.S. Islam (2001), diketahui di tahun itu, populasi jalak suren berkurang. Ia mewawancarai warga sekitar dan diperoleh keterangan bahwa beberapa tahun sebelumnya, jalak suren masih banyak ditemukan di sekitar.[36]

Kini, di Indonesia jalak suren sudah mulai ditangkarkan. Ini dilakukan untuk mengimbangi jumlahnya yang mulai berkurang di alam liar. Walaupun tidak banyak, jalak suren hasil penangkaran lokal sudah mulai mengisi kekosongan pasar jenis tertentu.[37] Walaupun burung ini sudah mulai ditangkarkan, kesulitan lainnya adalah pengembangbiakannya masih sulit dilakukan.[30]

Namun demikian, secara umum di seluruh dunia polulasi jalak suren justru dilaporkan meningkat.[3] Hal ini diakibatkan karna burung ini telah menyebar ke Taiwan, Jepang, serta Brasil.

Galeri

Bahasa lain

Referensi

  1. ^ a b BirdLife International (2009). "Sturnus contra". IUCN Red List of Threatened Species. Version 3.1. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 12 July 2011. 
  2. ^ a b Cakrawala (11 November 2011). "Jalak Suren Si Penjaga Rumah yang Hampir Punah". Cakrawala Online. Diakses tanggal 4 June 2012. 
  3. ^ a b c "www.iucnredlist.org". Diakses tanggal 4 November 2012. 
  4. ^ a b "Jalak suren". Diakses tanggal 26 Nopember 2012. 
  5. ^ a b c d Rasmussen, P.C.; Anderton, J.C. (2005). Birds of South Asia. The Ripley Guide. Volume 2. Washington DC and Barcelona: Smithsonian Institution and Lynx Edicions. hlm. 583. 
  6. ^ a b "Jalak Suren". Kutilang Indonesia. 25 April 2012. Diakses tanggal 26 April 2012. 
  7. ^ a b c d e f Freare & Craig 1998, hlm. 167–168.
  8. ^ a b c "JENIS-JENIS JALAK DI INDONESIA". ANF Bird Farm. Diakses tanggal 1 December 2012. 
  9. ^ a b c d Hermawan 2012, hlm. 104.
  10. ^ Zuccon, Dario (2006). "Nuclear and mitochondrial sequence data reveal the major lineages of starlings, mynas and related taxa". Molecular Phylogenetics and Evolution. 41 (2): 333–344. doi:10.1016/j.ympev.2006.05.007. PMID 16806992. 
  11. ^ Lovette, I., McCleery, B., Talaba, A., & Rubenstein, D. (2008). "A complete species-level molecular phylogeny for the "Eurasian" starlings (Sturnidae: Sturnus, Acridotheres, and allies): Recent diversification in a highly social and dispersive avian group" (PDF). Molecular Phylogenetics & Evolution. 47 (1): 251–260. doi:10.1016/j.ympev.2008.01.020. PMID 18321732. 
  12. ^ Sundevall, CJ (1846). "The birds of Calcutta, collected and described by Carl J. Sundevall". Annals Mag. Nat. Hist. 18: 303–309. 
  13. ^ a b Ali, S & S D Ripley (1986). Handbook of the birds of India and Pakistan. Volume 5 (edisi ke-2). New Delhi: Oxford University Press. hlm. 172–175. 
  14. ^ a b c d Turut 2010, hlm. 78.
  15. ^ Murtaza, Syed Ali (1997). "Record of the sightings and breeding of Pied Mynah Sturnus contra at Lahore". J. Bombay Nat. Hist. Soc. 94 (3): 569–570. 
  16. ^ Raol, LM (1966). "Unexpected bird". Newsletter for Birdwatchers. 6 (7): 9–10. 
  17. ^ George, NJ (1971). "The Pied Myna, Sturnus contra (Linnaeus) in Bombay". J. Bombay Nat. Hist. Soc. 68 (1): 243–244. 
  18. ^ Naik, Vasant R (1987). "Nest of the Pied Myna Sturnus contra Linnaeus". J. Bombay Nat. Hist. Soc. 84 (1): 210. 
  19. ^ Sharma SK (2004). "Present distribution of Asian Pied Starling Sturnus contra in Rajasthan" (PDF). Zoos' print journal. 19 (12): 1716–1718. 
  20. ^ Brazil 2009, hlm. 394.
  21. ^ a b Zuccon, Dario; Pasquet, Eric; Ericson, Per G. P. (2008). "Phylogenetic relationships among Palearctic–Oriental starlings and mynas (genera Sturnus and Acridotheres: Sturnidae)" (PDF). Zoologica Scripta. 37 (5): 469–481. doi:10.1111/j.1463-6409.2008.00339.x. 
  22. ^ a b Turut 2010, hlm. 79.
  23. ^ Beecher, William J. (1953). "A phylogeny of the Oscines" (PDF). Auk. 70 (3): 270–333. 
  24. ^ Mayr, Gerald (2005). "A new eocene Chascacocolius-like mousebird (Aves: Coliiformes) with a remarkable gaping adaptation" (PDF). Organisms, Diversity & Evolution. 5 (3): 167–171. doi:10.1016/j.ode.2004.10.013. 
  25. ^ Pandey, Deep Narayan (1991). "Nesting habitat selection by the Pied Myna Sturnus contra Linn". J. Bombay Nat. Hist. Soc. 88 (2): 285–286. 
  26. ^ Tiwari,JK (1992). "An unusual nesting site of Pied Myna". Newsletter for Birdwatchers. 32 (3–4): 12. 
  27. ^ Narang,ML; Tyagi,AK; Lamba,BS (1978). "A contribution to the ecology of Indian Pied Myna, Sturnus contra contra Linnaeus". J. Bombay Nat. Hist. Soc. 75: 1157–1177. 
  28. ^ Turut 2010, hlm. 78-79.
  29. ^ Inglis, CM (1910). "Common Myna (A. tristis) feeding young of Pied Myna (S. contra) and nesting habits of the Common Pariah Kite (M. govinda) and Brahminy Kite (H. indus)". Journal of the Bombay Natural History Society, 19 (4): 985. 
  30. ^ a b c Hermawan 2012, hlm. 105.
  31. ^ Hutton JH (1921). The Sema Nagas. London: Macmillan and Co. hlm. 92. 
  32. ^ Ahira, Anne. "Jalak Suren, Suara Indah Penghasil Rupiah". Diakses tanggal 8 June 2012. 
  33. ^ Sudrajat 1997, hlm. 33.
  34. ^ Hermawan 2012, hlm. 103.
  35. ^ Sudrajat 1997, hlm. 34.
  36. ^ Islam, M.S. (2001). "Southward Migration of Shorebirds in the Ganges Delta, Bangladesh" (PDF). The Stilt. 39 (31–36): 34. 
  37. ^ Turut 2010, hlm. 15.
  38. ^ a b c d Lepage, Denis. "Jalak Suren (Sturnus contra) Linnaeus, 1758". Avibase. Diakses tanggal 26 May 2012. 

Daftar pustaka

Sumber lain

  • Ray, D (1972) Pied Myna Sturnus contra in Delhi. Newsletter for Birdwatchers. 12(10):11.
  • Narang, ML; Lamba,BS (1976) On the feeding-time and feeding-area preference of Indian Pied Myna, Sturnus contra Linn. Newsl. Zool. Surv. India 2(3), 83-86.
  • Gupta, AP (1982) About the distribution of birds. Newsletter for Birdwatchers. 22(2):10
  • Saini, Harjeet K; Chawla,Geeta; Dhindsa,Manjit S (1995): Food of Pied Myna Sturnus contra in the agroecosystem of Punjab. Pavo 33(1&2):47-62.
  • Chawla, G (1993) Ecological studies on the Pied Myna (Sturnus contra) in an intensively cultivated area. M.Sc. Thesis, Punjab Agricultural University, Ludhiana.
  • Gupta, SK & BR Maiti (1986). "Study of atresia in the ovary during the annual reproductive cycle and nesting cycle of the pied myna". Journal of Morphology. 190 (3): 285–296. doi:10.1002/jmor.1051900305. 
  • Gupta SK and B. R. Maiti (1987). "The male sex accessories in the annual reproductive cycle of the Pied Myna Sturnus contra contra". J. Yamashina Inst. Ornithol. 19: 45–55. doi:10.3312/jyio1952.19.45. 

Pranala luar