Kebaya
Penyuntingan Artikel oleh pengguna baru atau anonim untuk saat ini tidak diizinkan. Lihat kebijakan pelindungan dan log pelindungan untuk informasi selengkapnya. Jika Anda tidak dapat menyunting Artikel ini dan Anda ingin melakukannya, Anda dapat memohon permintaan penyuntingan, diskusikan perubahan yang ingin dilakukan di halaman pembicaraan, memohon untuk melepaskan pelindungan, masuk, atau buatlah sebuah akun. |
Jenis | Pakaian blus tradisional |
---|---|
Tempat asal | Jawa[1] (asal-usul dan terutama), Asia Tenggara Maritim[2][3][4][5][4][5][6][7][8][9] |
Pemanufaktur | Bali, Jawa, Sunda |
Kebaya (bahasa Jawa: ꦏꦼꦧꦪ; bahasa Sunda: ᮊᮘᮚ, translit. kabaya; Bali: ᬓᭂᬩᬬ) adalah salah satu pakaian adat tradisional khas pulau Jawa dan Bali.[10] Secara umum, kebaya digunakan dalam kegiatan sehari-hari, kegiatan peribadatan, atau di upacara adat oleh wanita dalam masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali. Kebaya biasanya terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarung batik, atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni. Sejak 2017, pemerintah Republik Indonesia secara resmi menetapkan Kebaya sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda khas Indonesia dalam bidang Kemahiran dan Kerajinan Tradisional.[11][12]
Kebaya juga terkadang dikenakan oleh diaspora masyarakat Jawa di berbagai negara, khususnya di Australia, Brunei,[13] Malaysia,[9] Suriname, Singapura,[14] Sri Lanka, Macau, Afrika Selatan, dan lain-lain.
Etimologi
Secara etimologinya, istilah kebaya merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berakar dari bahasa Jawa Kuno: kabayan yang memiliki arti 'pemimpin' atau 'pimpinan', hal ini merujuk kepada para nigrat yang mana kebaya merupakan pakaian resmi dalam wilayah keraton. [15] Kemudian, terdapat juga kutipan kitab yang berbunyi sebagai berikut:
“ | ...ḍaṅ ācārya sampun kabayan riṅ liṅgih nira... | ” |
— Pūrwādhigama (tahun 900an) |
dan juga dalam Tantu Pagelaran dari tahun 1400an:
“ | ...śīghra matur kabayan wiśeṣa... | ” |
— Tantu Paᶇgĕlaran (tahun 1400an) |
Hal tersebut selaras dalam bahasa Sunda Kuno yang juga merupakan salah satu bahasa pribumi pulau Jawa, yang mana mendefinisikan kata kabaya sebagai seorang pimpinan yang berasal-usul dari wilayah keraton Jawa, bahkan hingga masa kini kebaya dikenali sebagai kabaya (ᮊᮘᮚ) dalam bahasa Sunda.[16]
Selain itu, istilah "kebaya" juga diyakini berasal dari kata serapan Arab kaba atau qaba yang berarti "pakaian",[17][18] istilah ini mungkin berhubungan dengan kata Arab abaya (Arab: عباءة) yang berarti jubah atau garmen longgar. Istilah tersebut kemudian diperkenalkan ke Nusantara dari bahasa Portugis, cabaya.[17][19]
Sejarah
Asal-usul
Sebelum berkembang menjadi kebaya, diyakini bahwa kemben merupakan bentuk awal dari kebaya yang sangat umum dikenakan oleh masyarakat Jawa khususnya pada periode Jawa Kuno hingga masa Jawa Klasik. Perkembangan kemben menjadi kebaya bermula atau berasal dari wilayah keraton Majapahit yang ada di Mojokerto, Jawa Timur.[20][21]
Dalam literatur Portugis, wanita Jawa digambarkan sebagai penduduk pribumi yang berpakaian kebaya, dengan masyarakat lokal kelas bawah yang umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu bukti gambaran tersebut terdapat pada Códice Casanatense yang mana menampilkan wanita Jawa yang dideskripsikan sebagai salah satu penduduk kerajaan Jawa yang bernama Jawu, koleksi ini bisa ditemui di Album di disegni, illustranti usi e costumi dei popoli d'Asia e d'Africa con brevi dichiarazioni in lingua portoghese, Biblioteca Casanatense, Roma.
Penggambaran-penggambaran mengenai pakaian tradisional masyarakat Jawa juga dapat ditemui dalam sebuah buku berjudul The History of Java (terj. har. 'Sejarah Jawa') karya Thomas Stamford Raffles yang diterbitkan pada tahun 1817, dalam buku tersebut masyarakat Jawa digambarkan mengenakan pakaian tradisional yang dibedakan kedalam beberapa jenis sesuai golongan strata sosial.[22]
Distribusi
Dari wilayah pusat pemerintahannya di Jawa Timur, Majapahit berekspansi ke beberapa wilayah disekitarnya yang mana hal tersebut memberikan pengaruh kepada wilayah-wilayah yang dikuasai. Kebaya sebagai salah satu pakaian ningrat keraton Majapahit juga memberikan salah satu pengaruh yang signifikan bagi masyarakat dalam bidang mode atau cara berpakaian.[23][21]
Melalui hubungan perdagangan dan diplomatik, pengaruh kebaya menyebar ke wilayah terdekat Jawa seperti Bali, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Sumatra, Kalimantan, Semenanjung Kra, serta Sulu dan Mindanao antara abad ke-17 dan ke-19. Kebaya kemudian diadopsi oleh kerajaan-kerajaan dibawah kekuasaan Majapahit termasuk diantaranya ialah kerajaan di Aceh, Riau, Sumatera Utara, maupun Johor.[24]
Kebaya yang pada mulanya merupakan pakaian keraton dalam kemaharajaan Majapahit, kemudian berkembang juga menjadi salah satu pakaian peribadatan Kejawen dan Gama Tirta. Hingga masa kini, umat pemeluk Gama Tirta di Bali masih menggunakannya dalam kegiatan sembahyang (peribadatan menyembang Sang Hyang dalam agama Kejawen dan Gama Tirta). Bahkan kebaya merupakan salah satu pakaian keseharian wajib di seluruh instansi atau perusahaan di Bali.
Variasi kebaya
Sekitar tahun 1500-1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang dikenakan keluarga kerajaan Jawa saja. Kebaya juga menjadi pakaian yang dikenakan keluarga Kesultanan Cirebon, Kesultanan Mataram dan penerusnya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni.
Ada sebuah pakaian mirip kebaya, ini disebut "nyonya kebaya" dan awalnya pakaian ini diciptakan oleh orang-orang Peranakan dari Melaka. Mereka mengenakannya dengan sarung dan sepatu cantik bermanik-manik yang disebut "kasut manek". Kini, nyonya kebaya sedang mengalami pembaharuan, dan juga terkenal di antara wanita non-Asia. Variasi kebaya yang lain juga digunakan keturunan Tionghoa Indonesia di Cirebon, Pekalongan, Semarang, Lasem, Tuban dan Surabaya.
Kebaya dan politik
Penggunaan kebaya juga memainkan peran politik yang cukup penting. Kebaya telah dinyatakan sebagai busana nasional Indonesia[25] meskipun ada kritik bahwa kebaya hanya digunakan secara luas di Jawa dan Bali. Kebaya sebenarnya juga ditemukan di Sumatra, Sulawesi dan NTT dengan corak daerah. Tokoh politik seperti Kartini memakai kebaya. Dan peringatan hari Kartini dilakukan dengan menggunakan kebaya. Para istri Presiden RI mulai dari Soekarno dan Soeharto menggunakan kebaya di berbagai kesempatan.
Penggunaan kebaya masa kini
Kebaya pada masa sekarang telah mengalami berbagai perubahan desain. Pada umumnya Kebaya sering digunakan pada pesta perayaan tertentu. Dari mulai pesta formal dengan rekan bisnis,pernikahan, perayaan acara tradisional, hingga perayaan kelulusan sekolah seperti wisuda. Kebaya digunakan sebagai seragam resmi pramugari Singapore Airlines, Malaysia Airlines dan Garuda Indonesia.[26] Sejumlah perancang yang turut menciptakan desain baru kebaya diantaranya adalah Anne Avantie dan Adjie Notonegoro.
Catatan kaki
- ^ "The Origin of the Kebaya and How It Became an Asean Icon" [Asal-Usul Kebaya dan Bagaimana Itu Bisa Menjadi Ikon ASEAN], Air Asia (dalam bahasa Inggris)
- ^ Steele, Valerie (2005). Steele Valerie, ed. Encyclopedia of Clothing and Fashion (dalam bahasa Inggris). Charles Scribner's Sons. ISBN 978-0-684-31395-5.
- ^ Welters, Linda; Lillethun, Abby (2018-02-08). Fashion History: A Global View (dalam bahasa Inggris). Bloomsbury Publishing. ISBN 978-1-4742-5365-9.
- ^ a b Annette Lynch-Mitchell D. Strauss, ed. (2014-10-30). Ethnic Dress in the United States: A Cultural Encyclopedia (dalam bahasa Inggris). Rowman & Littlefield. ISBN 9780759121508.
- ^ a b Phromsuthirak, Maneepin; Chavalit, Maenmas (2000). Costumes in ASEAN Volume 1, Part 1 of ASEAN studies publication series (dalam bahasa Inggris). National ASEAN Committee on Culture and Information of Thailand. ISBN 9789747102833.
- ^ Setiawan, Ferry (2009). 50 Galeri Kebaya Eksotik Nan Cantik. Niaga Swadaya. ISBN 9789793927909.
- ^ World Eco-Fiber & Textile (W.E.F.T) Forum 2003, Kuching, Sarawak, Malaysia (dalam bahasa Inggris). Atelier. 2002-09-19.
- ^ Forshee, Jill (2006). Culture and Customs of Indonesia (dalam bahasa Inggris). Greenwood Publishing Group. ISBN 9780313333392.
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaHaziyah
- ^ "Kebaya: Identitas Nasional Indonesia". Research Center for Society and Culture, Indonesian Institute of Science (LIPI). 3 November 2020.
- ^ "Kebaya", Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia, 2017
- ^ "Kebaya", Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia, 2019
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaMuziumBrunei
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaKoh
- ^ Kamus Bahasa Jawa Kuno, 1887
- ^ Kamus Bahasa Sunda, Departemen Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
- ^ a b Triyanto (29 December 2010). "Kebaya Sebagai Trend Busana Wanita Indonesia dari Masa ke Masa" (PDF).
- ^ Denys Lombard (1990). Le carrefour javanais: essai d'histoire globale. Civilisations et sociétés (dalam bahasa French). École des hautes études en sciences sociales. ISBN 2-7132-0949-8.
- ^ Times, I. D. N.; Khalika, Nindias. "Sejarah Kebaya, Pakaian Perempuan Sejak Abad ke-16". IDN Times. Diakses tanggal 2019-10-10.
- ^ "The Origin of the Kebaya and How It Became an Asean Icon" [Asal-Usul Kebaya dan Bagaimana Itu Bisa Menjadi Ikon ASEAN], Air Asia (dalam bahasa Inggris)
- ^ a b Chavalit, Maenmas; Phromsuthirak, Maneepin (2000). Costumes in ASEAN. ASEAN Committee on Culture and Information. ISBN 9747102838.
- ^ "Review of The History of Java by Thomas Stamford Raffles". The Quarterly Review. 17: 72–96. April 1817. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-22. Diakses tanggal 2017-03-17.
- ^ "The Origin of the Kebaya and How It Became an Asean Icon" [Asal-Usul Kebaya dan Bagaimana Itu Bisa Menjadi Ikon ASEAN], Air Asia (dalam bahasa Inggris)
- ^ "The Origin of the Kebaya and How It Became an Asean Icon" [Asal-Usul Kebaya dan Bagaimana Itu Bisa Menjadi Ikon ASEAN], Air Asia (dalam bahasa Inggris)
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-10. Diakses tanggal 2014-01-08.
- ^ http://female.kompas.com/read/2010/09/26/11502730/Terbang.Bersama.Kebaya//
Pranala luar
- (Inggris) Dokumen konferensi
- (Indonesia) Indonesian Traditional Textiles