Kereta Cepat Indonesia China

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 20 September 2023 11.40 oleh NFarras (bicara | kontrib) (Memfokuskan pembahasan artikel ini untuk perusahaan KCIC, bukan jalurnya)
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC)
Ikhtisar
Wilayah utamaDaerah Khusus Ibukota Jakarta dan Jawa Barat
Armada11 rangkaian
Jumlah stasiun4
Kantor pusatJakarta, Indonesia
LokalJakartaBandung
Teknis
Lebar sepur1.435 mm (4 ft 8+12 in)
Elektrifikasi27,5 kV AC
Panjang jalur142,3 kilometer (88,4 mi)
Kelajuan operasi350 km/h (220 mph)
Lain-lain
Perusahaan
Perseroan terbatas dengan kepemilikan konsorsium
Didirikan16 Oktober 2015; 8 tahun lalu (2015-10-16)
Wilayah operasi
DKI Jakarta - Jawa Barat
Tokoh
kunci
Dwiyana Slamet Riyadi
(Direktur Utama)
Ju Guojiang
(Komisaris Utama)
Pemilik
Situs webwww.kcic.co.id

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC, Hanzi sederhana: 印尼中国快速列车; Hanzi tradisional: 印尼中國快速列車; Pinyin: yìnní zhōngguó kuàisù lièchē) adalah perusahaan yang mengoperasikan jaringan kereta cepat Indonesia yang dibangun dengan rute Jakarta–Bandung di kawasan metropolitan Parahyangan Tengah.

Pembangunan jalur kereta kecepatan tinggi di Indonesia telah melalui proses panjang, semenjak Jepang memperkenalkan kereta cepat mereka pada tahun 2008. Di tengah-tengah studi kelayakan tersebut, kerja sama proyek tersebut diambil alih oleh Republik Rakyat Tiongkok dengan menghadirkan skema yang menurut RRT "tidak memberatkan pemerintah".[1][2]

Perusahaan ini dibentuk sebagai patungan antara PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebesar 60% dengan perusahaan konsorsium asal Tiongkok, Beijing Yawan HSR Company Limited, sebesar 40%.[3] PT PSBI sendiri merupakan perusahaan patungan badan usaha milik negara (BUMN) indonesia, antara Kereta Api Indonesia (25%), Wijaya Karya (38%), Perkebunan Nusantara VIII (25%), dan Jasa Marga (12%). Adapun Beijing Yawan HSR Co. Ltd. juga merupakan perusahaan patungan yang dimiliki oleh BUMN Tiongkok, yaitu China Railway International, China Railway Group Limited, CRRC Corporation, Sinohydro, dan China Railway Signal & Communication.

Sejarah

Penawaran Tiongkok dan pembentukan KCIC

Pada bulan April 2015, Republik Rakyat Tiongkok bersaing dengan Jepang saat kedua negara tersebut menawarkan kereta kecepatan tinggi mereka untuk Indonesia.[4] Perlombaan ini, menurut The Jakarta Post, menjadi bagian dari permainan politik dan ekonomi antara kedua negara tersebut untuk merebut pengaruh strategis di kawasan Asia-Pasifik.[5] Sempat proyek ini hampir dibatalkan pada akhir September, Indonesia memilih Tiongkok sebagai pemenang proyek senilai 75 triliun rupiah (US$5 miliar) ini.[6]

Pada tanggal 2 Oktober 2015, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dibentuk sebagai sebuah konsorsium dari empat BUMN yang terlibat dalam proses pembangunan kereta kecepatan tinggi: Kereta Api Indonesia, Wijaya Karya, PTPN VIII, dan Jasa Marga. Pada 6 Oktober, pembentukan konsorsium telah dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, dan Presiden Joko Widodo mengesahkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Api Cepat antara Jakarta dan Bandung. Perusahaan tersebut akan melakukan penyertaan modal dalam sebuah perusahaan patungan.[7][8]

Patungan tersebut dinamakan PT Kereta Cepat Indonesia China, dengan kepemilikan PSBI 60% dan China Railway International Company Limited 40%. Perusahaan tersebut dibentuk pada 16 Oktober 2015 dan direncanakan akan mengutamakan komersialisasi, tidak memberatkan APBN, dan mengedepankan sinergi antarbisnis.[9] Menanggapi kerja sama yang baru ini, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menyatakan "sangat menyesalkan" dan "sulit memahami" pilihan Indonesia ini.[4] Namun Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan bahwa struktur keuangan Tiongkok dinilai lebih menguntungkan karena proposal Tiongkok tidak memerlukan jaminan dan pendanaan dari Pemerintah Indonesia.[1]

Konstruksi

Untuk memulai konstruksi, Jokowi mengesahkan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 sebagai sebuah Proyek Strategis Nasional.[10] Pada 21 Januari 2016, Jokowi meletakkan batu pertama konstruksi di kawasan Perkebunan Teh Walini milik PTPN VIII. Estimasi pembiayaan proses konstruksi kala itu mencapai Rp70 triliun.[11] Pada tahun 2017, di Kota Beijing, RRT, telah ditandatangani Facility Agreement Pembiayaan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat, yang disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi dan Presiden RRT Xi Jinping.[10]

Proses pembangunan stasiun HSR di seberang Stasiun Padalarang

Trase yang ditetapkan adalah rute Jakarta–Bandung sejauh 142,3 km[12], dan didukung empat stasiun yakni Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar. Pada tanggal 18 Oktober 2021, KCIC menyatakan bahwa Stasiun Walini dihentikan pembangunannya karena alasan efisiensi biaya. Oleh karena itu, mereka akan memilih menggeser stasiun tersebut ke Padalarang untuk alasan integrasi moda.[13]

Proyek ini mengalami pembengkakan biaya. Estimasi biaya yang ditetapkan oleh KCIC semula berkisar US$6,1 miliar, tetapi pada November 2020, KCIC memperkirakan ada pembengkakan sehingga menjadi US$8,6 miliar, dan dari pihak manajemen mampu menekan biaya menjadi sebesar US$8 miliar. Kementerian BUMN mengatakan bahwa pembengkakan biaya ini akan ditutup dengan pendanaan dari konsorsium pemegang saham serta pinjaman.[14]

Pada 18 Mei 2023, KCIC resmi memulai uji coba perdana jalur kereta cepat Jakarta–Bandung. Jalur KCIC dialiri listrik dengan tegangan 27,5 kV AC.[15] Pada tanggal 16 September, KCIC mulai membuka uji coba perdana gratis bagi masyarakat umum hingga tanggal 30 September.[16]

Jalur

Whoosh
Halim BK
Karawang
Walini
Padalarang KC B C Kereta Api Indonesia 2D
Tegalluar
Depo Tegalluar

Kereta Cepat Indonesia China mengoperasikan layanan kereta cepat dengan rute JakartaBandung dengan jenama Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Sepanjang perjalanannya, KCJB melayani empat stasiun. Jalur ini didukung 13 terowongan dan dibangun menggunakan konstruksi layang dengan panjang 60% dari total panjang jalur (142,3 km). Sisanya menggunakan at grade, khususnya pada segmen-segmen yang akan melalui terowongan hingga akhirnya sampai di Bandung.[17][18]

Kereta inspeksi KCIC400AF CIT 22 01 saat menjalani uji coba di lintas KCIC

KCJB menggunakan sarana Electric Multiple Unit (EMU) KCIC400AF, dengan basis CR400AF/Fuxing, buatan CRRC Qingdao Sifang, Co. Ltd.[19] Sarana kereta ini memiliki kecepatan operasional hingga 350 km/jam. KCIC400AF telah diadaptasikan sesuai kondisi iklim dan geografis Pulau Jawa dan akan menghadirkan interior bernuansa Indonesia seperti komodo, batik, dan Borobudur.[20] Rangkaian kereta cepat dirancang untuk minim kebisingan dan getaran, tahan api, banjir, dan gempa bumi, serta tahan terhadap serangan objek asing.[21]

Kritik dan kontroversi

Kritik Ignasius Jonan

Ignasius Jonan, yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perhubungan, pernah mengkritik proyek ini karena bermacam-macam faktor. Secara teknis Jonan mengatakan bahwa jarak 150 km saja (yakni, rute Jakarta–Bandung), tidak membutuhkan kereta cepat, seraya mengatakan bahwa interval tiap stasiun adalah 8 menit setiap perjalanan, jika yang dibangun berjumlah 5 stasiun. "Kalau delapan menit, apa bisa delapan menit itu dari velositas 0 km per jam sampai 300 km per jam?" Secara ideal, Jonan pun mengatakan bahwa kereta cepat idealnya memiliki jarak yang cukup jauh, seperti rute Jakarta–Surabaya. Pada dasarnya ia juga menuturkan bahwa Kementerian Perhubungan tidak mempersulit perizinan proyek ini, asalkan seluruh persyaratannya dipenuhi, termasuk masa konsesi 50 tahun setelah penandatanganan kesepakatan, bukan dihitung dari hari pertama operasional. Ia tidak menginginkan kasus Jakarta Eco Transport terulang lagi, dan mengancam akan mencabut izin jika proyek berhenti di tengah jalan.[22]

Di lapangan, Jonan tidak banyak dilibatkan dalam proyek KCIC. Kala itu, program KCIC tidak masuk dalam daftar proyek Kemenhub pada masa itu. Bahkan saat Indonesia meminang Tiongkok untuk menggarap proyek, Jonan juga tidak dilibatkan dan hanya berdasarkan keinginan Rini Soemarno yang kala itu menjabat sebagai Menteri BUMN. Pada pertengahan 2014, dalam sebuah acara di Universitas Binus, Jonan menganggap proyek tersebut tidak berkeadilan.[22]

Masalah keselamatan kerja di proyek

Komite Keselamatan Konstruksi Kementerian PUPR sempat meminta penghentian sementara proyek KCIC pada 2 Maret 2020 hingga 2 minggu ke depan. Menurut penilaian Komite tersebut, proyek ini mengganggu kondisi Jalan Tol Jakarta–Cikampek dan Purwakarta–Bandung–Cileunyi. Saluran air yang mengalir di ruas tol tersebut tersumbat sehingga menimbulkan banjir. KCIC berdalih dengan alasan proyek mereka "sangat memperhatikan aspek teknis dan mekanisme pengendaliannya," begitu menurut penuturan Chandra Dwiputra, direktur utama KCIC. Sebelumnya, pada 22 Oktober 2019, terjadi kebakaran di pinggir Jalan Tol Padalarang–Buahbatu km 130 yang diduga akibat kebocoran pipa Pertamina. Warga yang tinggal di sekitar proyek sempat mengingatkan kepada pengelola proyek KCIC bahwa di kawasan tersebut terdapat jaringan pipa Pertamina.[23]

Skema pembiayaan

Akibat dari pembengkakan biaya pada 2021, Jokowi mengesahkan Perpres No. 93 Tahun 2021. Untuk melaksanakan perpres tersebut, Jokowi membentuk Komite Kereta Cepat Jakarta–Bandung, yang dipimpin langsung oleh Menko Marinves Luhut Binsar Panjaitan. Selain itu kepemimpinan konsorsium di dalam PSBI dialihkan dari Wijaya Karya (Wika) ke KAI. Pada 1 November 2021, pemerintah mengucurkan APBN sebesar Rp 3,4 Triliun untuk menutupi cost overrun yang dialami KCIC.[24][25]

Begitu KCIC mendapat kucuran dana tersebut, tindakan pemerintah menuai kontroversi dan Jokowi dicap "ingkar janji" oleh masyarakat dan media massa. Pasalnya, KCIC adalah proyek business to business sehingga skema pembiayaannya tidak menggunakan APBN. Namun pemerintah beralasan pengucuran dana APBN tersebut dilakukan karena situasi yang masih berada dalam pandemi Covid-19, terganggunya arus kas para anggota konsorsium, perubahan desain dan kondisi geografi di proyek, serta melambungnya harga tanah per meter persegi.[24][26]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Indonesia defends bidding process for high-speed rail project after Japan angered at being rejected". The Strait Times. Singapore. 2 October 2015. Diakses tanggal 2 October 2015. 
  2. ^ "Indonesian High-Speed Railway to Begin Operations in August: Minister". thediplomat.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 Mei, 2023. 
  3. ^ "KCIC Batal Bangun Stasiun Walini untuk Kereta Cepat". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  4. ^ a b "Japan loses Indonesian high-speed railway contract to China". The Japan Times. 30 September 2015. Diakses tanggal 1 October 2015. 
  5. ^ Craig P. Oehlers (22 August 2015). "Race for Indonesia's high-speed railway part of a big game". The Jakarta Post. Jakarta. Diakses tanggal 1 October 2015. 
  6. ^ Ben Otto and Anita Rachman (30 September 2015). "Indonesia's Handling of High-Speed Train Project Adds to Business Confusion, Mixed messages to Japan, China come as Indonesia courts foreign investors". The Wall Street Journal. Diakses tanggal 1 October 2015. 
  7. ^ Lestari, Daurina (2015-10-08). "Pilar Sinergi BUMN Indonesia Akan Bangun Kereta Cepat". VIVA.co.id. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  8. ^ Wahyuni, Nurseffi Dwi (2016-01-21). Suhendra, Zulfi, ed. "Kereta Cepat Jakarta-Bandung Lewati 4 Stasiun, Mana Saja?". Liputan6.com. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  9. ^ "Bangun Kereta Cepat, Konsorsium BUMN-Cina Dibentuk". Republika Online. 2015-10-16. Diakses tanggal 2022-04-20. 
  10. ^ a b "Lika-Liku Kereta Cepat Jakarta-Bandung: dari Kebun Teh Mandalawangi Jadi Beban APBN". KOMPAS.tv. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  11. ^ Wiyono, Andrian Salam (2016-01-21). Fadil, Iqbal, ed. "Jokowi letakkan batu pertama proyek kereta cepat Jakarta-Bandung". Merdeka.com. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  12. ^ Yanwardhana, Emir. "KAI: Tarif Kereta Cepat Jakarta-Bandung Rp250 Ribu-Rp350 Ribu". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  13. ^ ZRF, Angga Aliya. "Mohon Maaf, Stasiun Kereta Cepat Walini Batal Dibangun". detikcom. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  14. ^ W., Ratri Kartika (2022-08-06). "Video: Apa Yang Menyebabkan Biaya Kereta Cepat Bengkak?". Katadata. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  15. ^ antaranews.com (2023-05-19). "KCIC alirkan daya listrik jalur kereta cepat Jakarta-Bandung". Antara News. Diakses tanggal 2023-05-20. 
  16. ^ Media, Kompas Cyber (2023-09-16). "Pendaftaran Uji Coba Kereta Cepat Gratis Dibuka Hari Ini". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-09-18. 
  17. ^ Anwar, Muhammad Choirul. "Menteri Rini Puji Peran China di Kereta Cepat Jakarta-Bandung". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2022-11-13. 
  18. ^ Arjanto, Dwi (2022-04-04). "Apa Kabar 13 Terowongan Kereta Cepat Jakarta-Bandung." Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-11-13. 
  19. ^ Rayanti, Dina. "Mengintip Proses Pengangkatan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dari China". detikcom. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  20. ^ A, Khairunnisa Fauzatul. "Rangkaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan Tampilkan Nuansa Indonesia, Intip Spesifikasinya - Pikiran-Rakyat.com". www.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  21. ^ Abdussalam, Muhamad Syarif. "Intip Rangkaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Desain Terinspirasi dari Komodo hingga Mega Mendung". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  22. ^ a b Idris, Muhammad (2021-11-01). Idris, Muhammad, ed. "Sederet Alasan Jonan Menolak Proyek Kereta Cepat Saat Jadi Menhub". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-09-07. 
  23. ^ Rachman, Fadhly Fauzi. "Disetop, Proyek KCIC Bikin Banjir hingga Kebakaran". detikcom. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  24. ^ a b Idris, Muhammad (2022-05-26). Idris, Muhammad, ed. "Ironi Kereta Cepat: Ngotot Diklaim B to B, Tapi Pakai Duit APBN". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  25. ^ Idris, Muhammad (2021-11-01). Idris, Muhammad, ed. "Sah, Proyek Kereta Cepat Diguyur Duit APBN Rp 3,4 Triliun". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-08-31. 
  26. ^ Tobing, Sorta (2021-10-12). "Mengapa Jokowi Ingkar Janji Demi Danai Kereta Cepat Jakarta-Bandung?". Katadata. Diakses tanggal 2022-08-31. 

Pranala luar