Produksi pisang di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(19 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Indonesia]] dikenal sebagai '''produsen [[pisang]]''' di dunia, walau agak kecil. Indonesia dikenal sebagai produsen pisang nomor 7 di dunia. Pisang merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Pusat produksi pisang terdapat di [[Sumatera]], [[Jawa]], dan [[Bali]]. Di [[Indonesia]], terdapat lebih dari 230 varietas dan kultivar dari pisang-pisang. Karena selalu ada di setiap saat, maka pisang sering dimakan segar, di[[kolak]], dibakar, dikukus, atau dibuat tepung pisang. Buah pisang dapat dimakan dalam berbagai cara, mulai dari dibuat kue, digoreng, dan direbus. Umbut batangnya dimakan pula. Secara tradisional, batang pisang juga dipakai untuk bahan dekorasi, dan membungkus tembakau. Demikian pula daunnya.
[[Indonesia]] dikenal sebagai '''produsen [[pisang]]''' di dunia, walau agak kecil. Indonesia dikenal sebagai produsen pisang nomor 7 di dunia. Pisang merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Pusat produksi pisang terdapat di [[Sumatra]], [[Jawa]], dan [[Bali]]. Di [[Indonesia]], terdapat lebih dari 230 varietas dan kultivar dari pisang-pisang. Karena selalu ada di setiap saat, maka pisang sering dimakan segar, di[[kolak]], dibakar, dikukus, atau dibuat tepung pisang. Buah pisang dapat dimakan dalam berbagai cara, mulai dari dibuat kue, digoreng, dan direbus. Umbut batangnya dimakan pula. Secara tradisional, batang pisang juga dipakai untuk bahan dekorasi, dan membungkus tembakau. Demikian pula daunnya.


== Sejarah & latar belakang ==
== Sejarah dan latar belakang ==
[[Indonesia]] merupakan salah satu negara penting di bidang penanaman pisang di [[Asia]]. Pusat produksi pisang terdapat di [[Sumatera]], [[Jawa]], dan [[Bali]]. Daerah-daerah ini beriklim hangat dan lembab, mulai dari 27.5°[[Celsius|C]] di dataran rendah, dan 20&nbsp;°C di atas ketinggian 1000 [[mdpl]]. Kelembaban relatifnya di daerah ini bervariasi antara 60-95% dengan persebaran hujan tahuan 1200-4250 [[mm]].<ref>Gold (1998) hal.65{{Spaced ndash}}9.</ref>
[[Indonesia]] merupakan salah satu negara penting di bidang penanaman pisang (''Musa'' spp.) di [[Asia]].<ref name=gold6569/> Di [[Indonesia]] merupakan tempat tumbuh dari sebanyak 37 dari 76 spesies.<ref name=kompas1>{{aut|Ikawati, Yuni}} (1 April 2019). "Pisang Indonesia Varietas Unggul Baru". ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]''. hlm.12</ref> Pusat produksi pisang terdapat di [[Sumatra]], [[Jawa]], dan [[Bali]]. Daerah-daerah ini beriklim hangat dan lembap, mulai dari 27.5°[[Celsius|C]] di dataran rendah, dan 20&nbsp;°C di atas ketinggian 1000 [[mdpl]]. Kelembaban relatifnya di daerah ini bervariasi antara 60-95% dengan persebaran hujan tahuan 1200-4250 [[mm]].<ref name=gold6569>Gold (1998) hal.65{{Spaced ndash}}9.</ref>


[[Karel Heyne]] dalam buku ''De nuttige''-nya jilid pertama, menyebut bahwa ada beberapa pisang pada zaman [[Hindia Belanda]] yang diekspor. Misalnya, ''pisang ambon putih'', tumbuhan ini, menurut Heyne, diekspor hingga ke [[Australia]]. Sedangkan di [[Palembang#Sejarah|Karesidenan Palembang]], pisang ditanam sebagai tanaman ekspor. Heyne mengutip van Setten yang menyebut bahwa, prospek penanaman tumbuhan ini juga berguna untuk pengembangan ekonomi bagi masyarakat pribumi [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia).<ref name=heyne1922>Heyne (1922) hal.504{{spaced ndash}}5.</ref> Di Palembang dahulu, ada pisang-pisang yang bisa dimanfaatkan sebagai pisang bakar, seperti [[pisang tembatu]] (kalau di Jawa, dinamakan gedang sobo gajih), yang diekspor pula ke [[Singapura]]. Dahulu, kebun-kebun pisang di sekitar Palembang biasa terletak di tepian sungai. Apalagi di [[Lematang-Hilir]] dan [[Komering Hulu]]. Setelah 5 tahun ditanam, hendaknya tanaman ini diremajakan, kalau tidak, bisa menyuburkan pertumbuhan [[gulma]].<ref name=heyne1922/> Heyne juga mengutip laporan pertanian di Inggris (1910) bahwa di [[Inggris]], tepung pisang juga diimpor dari [[Hindia-Barat]] dan mencapai 50 ton pertahunnya.<Ref>Heyne (1922) hal.508{{spaced ndash}}9.</ref>
[[Karel Heyne]] dalam buku ''De nuttige''-nya jilid pertama, menyebut bahwa ada beberapa pisang pada zaman [[Hindia Belanda]] yang diekspor. Misalnya, ''pisang ambon putih'', tumbuhan ini, menurut Heyne, diekspor hingga ke [[Australia]]. Sedangkan di [[Palembang#Sejarah|Karesidenan Palembang]], pisang ditanam sebagai tanaman ekspor. Heyne mengutip van Setten yang menyebut bahwa, prospek penanaman tumbuhan ini juga berguna untuk pengembangan ekonomi bagi masyarakat pribumi [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia).<ref name=heyne1922>Heyne (1922) hal.504{{spaced ndash}}5.</ref> Di Palembang dahulu, ada pisang-pisang yang bisa dimanfaatkan sebagai pisang bakar, seperti [[pisang tembatu]] (kalau di Jawa, dinamakan gedang sobo gajih), yang diekspor pula ke [[Singapura]]. Dahulu, kebun-kebun pisang di sekitar Palembang biasa terletak di tepian sungai. Apalagi di [[Lematang-Hilir]] dan [[Komering Hulu]]. Setelah 5 tahun ditanam, hendaknya tanaman ini diremajakan, kalau tidak, bisa menyuburkan pertumbuhan [[gulma]].<ref name=heyne1922/> Heyne juga mengutip laporan pertanian di Inggris (1910) bahwa di [[Inggris]], tepung pisang juga diimpor dari [[Hindia-Barat]] dan mencapai 50 ton pertahunnya.<ref>Heyne (1922) hal.508{{spaced ndash}}9.</ref>


== Produksi ==
== Produksi ==
Indonesia dikenal sebagai kawasan pusat asal-usul pisang di dunia. Indonesia juga punya varietas pisang yang lebih banyak daripada negara lain. Tapi, walau demikian, Indonesia hanya bisa masuk peringkat ke tujuh dunia sebagai negara produsen pisang. Di [[Asia]], Indonesia juga menjadi produsen pisang dan memenuhi kebutuhan 50% pisang di Asia. Tapi, walau demikian, menurut James Dale dalam makalahnya, "Banana for the 21st Centuries: Pushing Back the Threat of Extinction", menyebut: produksi pisang Indonesia masih kalah dengan produksi pisang di [[India]] yang mencapai 26,2 juta ton pertahun dan [[Uganda]] yang mencapai 10,5 juta ton.<ref name=viva>{{cite news|title=Indonesia Penghasil Pisang Terbesar 7 Dunia|work=Vivanews.co.id|url=http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/327152-indonesia-penghasil-pisang-terbesar-7-dunia|date=19 Juni 2012|accessdate=28 Desember 2013}}</ref><ref name=anneahira>{{cite web |title=Pisang, Buah yang Kaya Manfaat |work=AnneAhira.com |url=http://www.anneahira.com/pisang.htm |accessdate=28 Desember 2013}}</ref> Pada tahun 1995, produksi pisang di Indonesia hanyalah 3,8 juta ton dan pada tahun 2012 telah meningkat hingga 6,1 juta ton.<ref>{{cite web |title=Produksi Buah-buahan di Indonesia, 1995-2012 |url=http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=5 |work=BPS |accessdate=28 Desember 2013}}</ref> Pisang merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Buah pisang, dari yang mentah, hingga yang telah diolah dapat mempertinggi nilai ekonominya. Berdasarkan data dari [[Departemen Pertanian Republik Indonesia]], neraca perdagangan pisang di Indonesia mencapai US$10.000 juta, atau kurang lebih 240.000 ton.<ref>Mudjajanto & Kustiyah (2006) hal.4</ref>
Indonesia dikenal sebagai kawasan pusat asal-usul pisang di dunia. Indonesia juga punya varietas pisang yang lebih banyak daripada negara lain. Tapi, walau demikian, Indonesia hanya bisa masuk peringkat ke tujuh dunia sebagai negara produsen pisang. Di [[Asia]], Indonesia juga menjadi produsen pisang dan memenuhi kebutuhan 50% pisang di Asia. Tapi, walau demikian, menurut James Dale dalam makalahnya, "Banana for the 21st Centuries: Pushing Back the Threat of Extinction", menyebut: produksi pisang Indonesia masih kalah dengan produksi pisang di [[India]] yang mencapai 26,2 juta ton pertahun dan [[Uganda]] yang mencapai 10,5 juta ton.<ref name=viva>{{Cite news|title=Indonesia Penghasil Pisang Terbesar 7 Dunia|work=[[VIVA.co.id]]|url=http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/327152-indonesia-penghasil-pisang-terbesar-7-dunia|date=19 Juni 2012|accessdate=28 Desember 2013|first=Amal Nur|last=Ngazis}}</ref><ref name=anneahira>{{cite web |title=Pisang, Buah yang Kaya Manfaat |work=AnneAhira.com |url=http://www.anneahira.com/pisang.htm |accessdate=28 Desember 2013 |archive-date=2013-12-30 |archive-url=https://web.archive.org/web/20131230234333/http://www.anneahira.com/pisang.htm |dead-url=yes }}</ref> Pada tahun 1995, produksi pisang di Indonesia hanyalah 3,8 juta ton dan pada tahun 2012 telah meningkat hingga 6,1 juta ton.<ref>{{cite web |title=Produksi Buah-buahan di Indonesia, 1995-2012 |url=http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=5 |work=BPS |accessdate=28 Desember 2013}}</ref> Pisang merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Buah pisang, dari yang mentah, hingga yang telah diolah dapat mempertinggi nilai ekonominya. Berdasarkan data dari [[Departemen Pertanian Republik Indonesia]], neraca perdagangan pisang di Indonesia mencapai US$10.000 juta, atau kurang lebih 240.000 ton.<ref>Mudjajanto & Kustiyah (2006) hal.4</ref>


Di [[Pulau Jawa]], daerah-daerah yang menghasilkan pisang adalah [[Jawa Barat]]. Yaitu, [[Sukabumi]], [[Cianjur]], [[Bogor]], dan lain-lain. Di [[Jawa Tengah]], [[Demak]], dikenal pula sebagai daerah penghasil pisang. [[Jawa Timur]], [[Sumatera Utara]], [[Sumatera Selatan|Selatan]] dan [[Sumatera Barat|Barat]], serta [[Lampung]] dikenal sebagai penghasil pisang di Indonesia.<ref name=anneahira/> Pasar pisang di dalam negeri sangat baik karena hampir semua masyarakat Indonesia mengonsumsi pisang. Umumnya masyarakat menginginkan pisang yang rasanya manis atau manis sedikit asam, serta beraroma harum. Di pasaran, pisang dijual dengan berbagai tingkatan mutu, dengan harga yang sangat bervariasi satu sama lain.<ref name=lembagapenelitian>{{cite news|author={{aut|Astawan, Made}}|title=Pisang Sebagai Buah Kehidupan|url=http://web.ipb.ac.id/~lppm/ID/index.php?view=warta/isinews&id=557|date=19 Agustus 2008|work=Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - IPB|accessdate=28 Desember 2013}}</ref>
Di [[Pulau Jawa]], daerah-daerah yang menghasilkan pisang adalah [[Jawa Barat]]. Yaitu, [[Sukabumi]], [[Cianjur]], [[Bogor]], dan lain-lain. Di [[Jawa Tengah]], [[Demak]], dikenal pula sebagai daerah penghasil pisang. [[Jawa Timur]], [[Sumatera Utara]], [[Sumatera Selatan|Selatan]] dan [[Sumatera Barat|Barat]], serta [[Lampung]] dikenal sebagai penghasil pisang di Indonesia.<ref name=anneahira/> Pasar pisang di dalam negeri sangat baik karena hampir semua masyarakat Indonesia mengonsumsi pisang. Umumnya masyarakat menginginkan pisang yang rasanya manis atau manis sedikit asam, serta beraroma harum. Di pasaran, pisang dijual dengan berbagai tingkatan mutu, dengan harga yang sangat bervariasi satu sama lain.<ref name=lembagapenelitian>{{cite news|author={{aut|Astawan, Made}}|title=Pisang Sebagai Buah Kehidupan|url=http://web.ipb.ac.id/~lppm/ID/index.php?view=warta/isinews&id=557|date=19 Agustus 2008|work=Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - IPB|accessdate=28 Desember 2013}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Sebagai komoditas yang diperdagangkan, varietas-varietas pisang dikembangkan lewat proses seleksi, [[persilangan (biologi)|persilangan]], [[pemuliaan tanaman|pemuliaan]], dan [[kultur jaringan]]. Sehingga, dihasilkan bibit unggul dengan sifat lekas tumbuh, berbuah besar dan manis, warna kuning emas, tahan penyakit, dan tahan cuaca kering. Pisang seperti pisang kepok, raja, mas, dan tanduk adalah yang termasum digemari. Pisang itulah yang dikembangkan terus varietasnya.<ref name=kompas1/>


Di [[Indonesia]], terdapat lebih dari 230 varietas dan kultivar dari pisang-pisang.<ref name=anneahira/> Pisang dikelompokkan menjadi beberapa jenis:<ref name=sas>Sastrapradja ''dkk.'' (1981) hal.104{{spaced ndash}}5.</ref><ref name=dalimartha>Dalimartha (2007) hal.98 dan 106{{spaced ndash}}7</ref>
Di [[Indonesia]], terdapat lebih dari 230 varietas dan kultivar dari pisang-pisang.<ref name=anneahira/> Pisang dikelompokkan menjadi beberapa jenis:<ref name=sas>Sastrapradja ''dkk.'' (1981) hal.104{{spaced ndash}}5.</ref><ref name=dalimartha>Dalimartha (2007) hal.98 dan 106{{spaced ndash}}7</ref>
Baris 16: Baris 16:
* ''M. brachycarpa'', menghasilkan pisang batu atau [[pisang biji]]. Pisang biji berikut kulitnya sering dimakan bersama [[rujak]] untuk mengobati [[sakit perut]] atau mencegahnya.<ref name=astawan/> Termasuk pula dalam spesies ini satu keluarga dengan ''Musa acuminata'' Colla. Pisang ini memang sulit dimakan karena banyak berbiji, sering juga dinamakan pisang batu. Tapi demikian, daunnya masih bisa digunakan sebagai obat kulit melepuh, akarnya untuk [[anemia]], dan jantung pisangnya untuk melangsingkan badan.<ref>Sabara & Sopian (2011) hal.16</ref>
* ''M. brachycarpa'', menghasilkan pisang batu atau [[pisang biji]]. Pisang biji berikut kulitnya sering dimakan bersama [[rujak]] untuk mengobati [[sakit perut]] atau mencegahnya.<ref name=astawan/> Termasuk pula dalam spesies ini satu keluarga dengan ''Musa acuminata'' Colla. Pisang ini memang sulit dimakan karena banyak berbiji, sering juga dinamakan pisang batu. Tapi demikian, daunnya masih bisa digunakan sebagai obat kulit melepuh, akarnya untuk [[anemia]], dan jantung pisangnya untuk melangsingkan badan.<ref>Sabara & Sopian (2011) hal.16</ref>
* ''M. textilis'', yang digunakan adalah [[serat]] yang terdapat dari batangnya. Dikenal dengan nama [[pisang manila]]. Dipergunakan sebagai pembuatan tekstil.
* ''M. textilis'', yang digunakan adalah [[serat]] yang terdapat dari batangnya. Dikenal dengan nama [[pisang manila]]. Dipergunakan sebagai pembuatan tekstil.

Dalam pengembangan pisang, masalah besar pembudidayaannya adalah soal hama. Di Indonesia, ada 24 organisme pengganggu pisang, dan penyakit paling utama penyerang pisang adalah [[penyakit layu]] yang disebabkan oleh ''[[Fusarium]]''. Penyakit ini dapat menekan produksi sampai 35%, dan yang lebih memprihatinkan penyakit ini bisa bertahan dalam tanah selama 30 tahun.<ref name=kompas1/> Hama ini mengganggu pisang, selain penyakit layu bakteri (''blood disease bacterium'').<ref name=kompas1/>


== Pengolahan ==
== Pengolahan ==
[[Berkas:Grilledbanana1.jpg|thumb|185px|right|Pisang yang telah dipanggang]]
[[Berkas:Grilledbanana1.jpg|jmpl|185px|ka|Pisang yang telah dipanggang]]
Karena selalu ada di setiap saat, maka pisang sering dimakan segar, di[[kolak]], dibakar, dikukus, atau dibuat tepung pisang. Buah pisang dapat dimakan dalam berbagai cara, mulai dari dibuat kue, digoreng, dan direbus. Umbut batangnya dimakan pula. Secara tradisional, batang pisang juga dipakai untuk bahan dekorasi, dan membungkus tembakau. Demikian pula daunnya.<ref>Dalimartha (2007) hal.98; Sastrapradja ''dkk.'' (1981) hal.104{{spaced ndash}}5.</ref> Pisang selalu melakukan regenerasi badan sebelum mati, oleh karena filosofi itulah, maka penggunaan batang pisang mendasari sebagai simbol luhur pada upacara pernikahan.<ref name=astawan>Astawan & Kasih (2008) hal.114.</ref>
Karena selalu ada di setiap saat, maka pisang sering dimakan segar, di [[kolak]], dibakar, dikukus, atau dibuat tepung pisang. Buah pisang dapat dimakan dalam berbagai cara, mulai dari dibuat kue, digoreng, dan direbus. Umbut batangnya dimakan pula. Secara tradisional, batang pisang juga dipakai untuk bahan dekorasi, dan membungkus tembakau. Demikian pula daunnya.<ref>Dalimartha (2007) hal.98; Sastrapradja ''dkk.'' (1981) hal.104{{spaced ndash}}5.</ref> Pisang selalu melakukan regenerasi badan sebelum mati, oleh karena filosofi itulah, maka penggunaan batang pisang mendasari sebagai simbol luhur pada upacara pernikahan.<ref name=astawan>Astawan & Kasih (2008) hal.114.</ref>


Bonggol tanaman pisang (berupa umbi batang) dan batang muda dapat diolah menjadi sayuran. Bunga pisang (dikenal sebagai jantung pisang) dapat digunakan untuk sayur, manisan, acar, maupun lalapan. Daunnya lazim digunakan untuk pembungkus makanan, yang dapat memberikan rasa harum spesifik pada nasi yang dibungkus dalam keadaan panas.<ref name=lembagapenelitian/>
Bonggol tanaman pisang (berupa umbi batang) dan batang muda dapat diolah menjadi sayuran. Bunga pisang (dikenal sebagai jantung pisang) dapat digunakan untuk sayur, manisan, acar, maupun lalapan. Daunnya lazim digunakan untuk pembungkus makanan, yang dapat memberikan rasa harum spesifik pada nasi yang dibungkus dalam keadaan panas.<ref name=lembagapenelitian/>
Baris 37: Baris 39:
{{Refend}}
{{Refend}}


[[Kategori:Perkebunan]]
[[Kategori:Sejarah pertanian]]
[[Kategori:Sejarah pertanian]]
[[Kategori:Buah-buahan]]
[[Kategori:Perkebunan di Indonesia]]
[[Kategori:Pertanian di Indonesia]]

Revisi terkini sejak 29 September 2023 01.16

Indonesia dikenal sebagai produsen pisang di dunia, walau agak kecil. Indonesia dikenal sebagai produsen pisang nomor 7 di dunia. Pisang merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Pusat produksi pisang terdapat di Sumatra, Jawa, dan Bali. Di Indonesia, terdapat lebih dari 230 varietas dan kultivar dari pisang-pisang. Karena selalu ada di setiap saat, maka pisang sering dimakan segar, dikolak, dibakar, dikukus, atau dibuat tepung pisang. Buah pisang dapat dimakan dalam berbagai cara, mulai dari dibuat kue, digoreng, dan direbus. Umbut batangnya dimakan pula. Secara tradisional, batang pisang juga dipakai untuk bahan dekorasi, dan membungkus tembakau. Demikian pula daunnya.

Sejarah dan latar belakang[sunting | sunting sumber]

Indonesia merupakan salah satu negara penting di bidang penanaman pisang (Musa spp.) di Asia.[1] Di Indonesia merupakan tempat tumbuh dari sebanyak 37 dari 76 spesies.[2] Pusat produksi pisang terdapat di Sumatra, Jawa, dan Bali. Daerah-daerah ini beriklim hangat dan lembap, mulai dari 27.5°C di dataran rendah, dan 20 °C di atas ketinggian 1000 mdpl. Kelembaban relatifnya di daerah ini bervariasi antara 60-95% dengan persebaran hujan tahuan 1200-4250 mm.[1]

Karel Heyne dalam buku De nuttige-nya jilid pertama, menyebut bahwa ada beberapa pisang pada zaman Hindia Belanda yang diekspor. Misalnya, pisang ambon putih, tumbuhan ini, menurut Heyne, diekspor hingga ke Australia. Sedangkan di Karesidenan Palembang, pisang ditanam sebagai tanaman ekspor. Heyne mengutip van Setten yang menyebut bahwa, prospek penanaman tumbuhan ini juga berguna untuk pengembangan ekonomi bagi masyarakat pribumi Hindia Belanda (sekarang Indonesia).[3] Di Palembang dahulu, ada pisang-pisang yang bisa dimanfaatkan sebagai pisang bakar, seperti pisang tembatu (kalau di Jawa, dinamakan gedang sobo gajih), yang diekspor pula ke Singapura. Dahulu, kebun-kebun pisang di sekitar Palembang biasa terletak di tepian sungai. Apalagi di Lematang-Hilir dan Komering Hulu. Setelah 5 tahun ditanam, hendaknya tanaman ini diremajakan, kalau tidak, bisa menyuburkan pertumbuhan gulma.[3] Heyne juga mengutip laporan pertanian di Inggris (1910) bahwa di Inggris, tepung pisang juga diimpor dari Hindia-Barat dan mencapai 50 ton pertahunnya.[4]

Produksi[sunting | sunting sumber]

Indonesia dikenal sebagai kawasan pusat asal-usul pisang di dunia. Indonesia juga punya varietas pisang yang lebih banyak daripada negara lain. Tapi, walau demikian, Indonesia hanya bisa masuk peringkat ke tujuh dunia sebagai negara produsen pisang. Di Asia, Indonesia juga menjadi produsen pisang dan memenuhi kebutuhan 50% pisang di Asia. Tapi, walau demikian, menurut James Dale dalam makalahnya, "Banana for the 21st Centuries: Pushing Back the Threat of Extinction", menyebut: produksi pisang Indonesia masih kalah dengan produksi pisang di India yang mencapai 26,2 juta ton pertahun dan Uganda yang mencapai 10,5 juta ton.[5][6] Pada tahun 1995, produksi pisang di Indonesia hanyalah 3,8 juta ton dan pada tahun 2012 telah meningkat hingga 6,1 juta ton.[7] Pisang merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Buah pisang, dari yang mentah, hingga yang telah diolah dapat mempertinggi nilai ekonominya. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian Republik Indonesia, neraca perdagangan pisang di Indonesia mencapai US$10.000 juta, atau kurang lebih 240.000 ton.[8]

Di Pulau Jawa, daerah-daerah yang menghasilkan pisang adalah Jawa Barat. Yaitu, Sukabumi, Cianjur, Bogor, dan lain-lain. Di Jawa Tengah, Demak, dikenal pula sebagai daerah penghasil pisang. Jawa Timur, Sumatera Utara, Selatan dan Barat, serta Lampung dikenal sebagai penghasil pisang di Indonesia.[6] Pasar pisang di dalam negeri sangat baik karena hampir semua masyarakat Indonesia mengonsumsi pisang. Umumnya masyarakat menginginkan pisang yang rasanya manis atau manis sedikit asam, serta beraroma harum. Di pasaran, pisang dijual dengan berbagai tingkatan mutu, dengan harga yang sangat bervariasi satu sama lain.[9] Sebagai komoditas yang diperdagangkan, varietas-varietas pisang dikembangkan lewat proses seleksi, persilangan, pemuliaan, dan kultur jaringan. Sehingga, dihasilkan bibit unggul dengan sifat lekas tumbuh, berbuah besar dan manis, warna kuning emas, tahan penyakit, dan tahan cuaca kering. Pisang seperti pisang kepok, raja, mas, dan tanduk adalah yang termasum digemari. Pisang itulah yang dikembangkan terus varietasnya.[2]

Di Indonesia, terdapat lebih dari 230 varietas dan kultivar dari pisang-pisang.[6] Pisang dikelompokkan menjadi beberapa jenis:[10][11]

  • Musa sapientum, digunakan sebagai buah meja. Lebih enak dimakan secara langsung, yakni pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang susu, dan pisang barangan.
  • M. paradisiaca, lebih enak diolah dahulu sebelum dimakan. Yakni, pisang oli, nangka, tanduk, kapas, batu, dan kepok.
  • M. brachycarpa, menghasilkan pisang batu atau pisang biji. Pisang biji berikut kulitnya sering dimakan bersama rujak untuk mengobati sakit perut atau mencegahnya.[12] Termasuk pula dalam spesies ini satu keluarga dengan Musa acuminata Colla. Pisang ini memang sulit dimakan karena banyak berbiji, sering juga dinamakan pisang batu. Tapi demikian, daunnya masih bisa digunakan sebagai obat kulit melepuh, akarnya untuk anemia, dan jantung pisangnya untuk melangsingkan badan.[13]
  • M. textilis, yang digunakan adalah serat yang terdapat dari batangnya. Dikenal dengan nama pisang manila. Dipergunakan sebagai pembuatan tekstil.

Dalam pengembangan pisang, masalah besar pembudidayaannya adalah soal hama. Di Indonesia, ada 24 organisme pengganggu pisang, dan penyakit paling utama penyerang pisang adalah penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium. Penyakit ini dapat menekan produksi sampai 35%, dan yang lebih memprihatinkan penyakit ini bisa bertahan dalam tanah selama 30 tahun.[2] Hama ini mengganggu pisang, selain penyakit layu bakteri (blood disease bacterium).[2]

Pengolahan[sunting | sunting sumber]

Pisang yang telah dipanggang

Karena selalu ada di setiap saat, maka pisang sering dimakan segar, di kolak, dibakar, dikukus, atau dibuat tepung pisang. Buah pisang dapat dimakan dalam berbagai cara, mulai dari dibuat kue, digoreng, dan direbus. Umbut batangnya dimakan pula. Secara tradisional, batang pisang juga dipakai untuk bahan dekorasi, dan membungkus tembakau. Demikian pula daunnya.[14] Pisang selalu melakukan regenerasi badan sebelum mati, oleh karena filosofi itulah, maka penggunaan batang pisang mendasari sebagai simbol luhur pada upacara pernikahan.[12]

Bonggol tanaman pisang (berupa umbi batang) dan batang muda dapat diolah menjadi sayuran. Bunga pisang (dikenal sebagai jantung pisang) dapat digunakan untuk sayur, manisan, acar, maupun lalapan. Daunnya lazim digunakan untuk pembungkus makanan, yang dapat memberikan rasa harum spesifik pada nasi yang dibungkus dalam keadaan panas.[9]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Gold (1998) hal.65 – 9.
  2. ^ a b c d Ikawati, Yuni (1 April 2019). "Pisang Indonesia Varietas Unggul Baru". Kompas. hlm.12
  3. ^ a b Heyne (1922) hal.504 – 5.
  4. ^ Heyne (1922) hal.508 – 9.
  5. ^ Ngazis, Amal Nur (19 Juni 2012). "Indonesia Penghasil Pisang Terbesar 7 Dunia". VIVA.co.id. Diakses tanggal 28 Desember 2013. 
  6. ^ a b c "Pisang, Buah yang Kaya Manfaat". AnneAhira.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-30. Diakses tanggal 28 Desember 2013. 
  7. ^ "Produksi Buah-buahan di Indonesia, 1995-2012". BPS. Diakses tanggal 28 Desember 2013. 
  8. ^ Mudjajanto & Kustiyah (2006) hal.4
  9. ^ a b Astawan, Made (19 Agustus 2008). "Pisang Sebagai Buah Kehidupan". Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - IPB. Diakses tanggal 28 Desember 2013. [pranala nonaktif permanen]
  10. ^ Sastrapradja dkk. (1981) hal.104 – 5.
  11. ^ Dalimartha (2007) hal.98 dan 106 – 7
  12. ^ a b Astawan & Kasih (2008) hal.114.
  13. ^ Sabara & Sopian (2011) hal.16
  14. ^ Dalimartha (2007) hal.98; Sastrapradja dkk. (1981) hal.104 – 5.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]