Lompat ke isi

Refleks pelempengan kucing

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gambar kucing jatuh yang muncul dalam jurnal Nature pada tahun 1894, diambil menggunakan kronofotografi oleh Étienne-Jules Marey.

Refleks pelempengan kucing atau refleks meluruskan kucing adalah kemampuan refleks yang dimiliki kucing untuk mengarahkan tubuhnya ketika jatuh dengan benar. Kucing akan memiliki kemampuan ini pada umur 3-4 minggu, dan dapat sempurna melakukan ini pada umur 7 minggu.[1] Kucing mampu melakukan refleks meluruskan karena kucing memiliki tulang punggung yang sangat fleksibel dan memiliki fungsional pada klavikula (tulang selangka). Ketinggian minimum yang aman ketika kucing jatuh pada kebanyakan kucing adalah sekitar 30 cm atau 12 inci. Kucing tanpa ekor juga memiliki kemampuan ini, karena sebagian besar kucing bergerak dengan kaki belakangnya dan bergantung pada konservasi momentum sudut untuk mengatur pendaratan. Faktanya, ekor kucing bahkan hanya sedikit digunakan untuk melakukan kemahiran ini.[2]

Animasi skema cara kucing melakukan gerakkan refleks meluruskan.

Setelah menentukan untuk turun dari atas secara visual atau dengan aparatus vestibular (berada di dalam telinga bagian dalam), kucing dapat memutarkan dirinya menghadap ke arah bawah tanpa pernah mengubah momentum sudut. Kucing mampu melakukan refleks meluruskan dengan langkah-langkah berikut ini:

  1. Membungkukkan badan, sehingga setengah tubuhnya berputar pada sumbu yang berbeda dari setengah belakang.
  2. Melipatkan atau menyelipkan kaki depan, untuk mengurangi momen inersia dari setengah tubuh depannya dan memperpanjang kaki belakangnya untuk meningkatkan momen inersia dari setengah tubuh belakangnya, sehingga kucing dapat memutar setengah tubuh depannya dengan sudut yang cukup jauh (90°), dan sementara bagian belakang berputar 10° ke dalam arah yang berlawanan.
  3. Memperpanjang kaki depan dan menyelipkan kaki belakangnya, sehingga kucing dapat memutar setengah tubuh belakangnya dengan sudut yang cukup jauh, dan sementara setengah tubuh depannya berputar ke dalam arah yang berlawanan dengan sedikit kurang dari bagian belakang.

Hal ini tergantung pada fleksibilitas kucing dan awal momentum sudut, jika salah, kucing mungkin harus mengulangi langkah dua dan tiga sebanyak satu kali atau lebih untuk menyelesaikan putaran penuh 180°.[3][4][5]

Kelajuan terminal

[sunting | sunting sumber]

Selain kemampuan refleks meluruskan, kucing memiliki sejumlah kelebihan lainnya yang akan mengurangi kecelakaan ketika jatuh. Ukuran tubuh yang kecil, struktur tulang yang ringan, dan bulu yang tebal dapat mengurangi kelajuan terminal kucing. Selain itu, setelah diperiksa, kucing mungkin juga dapat merenggangkan tubuhnya untuk meningkatkan gaya hambat dan memperlambat jatuhnya sampai batas tertentu.[6] Kelajuan terminal seekor kucing ketika jatuh adalah 100 km/h atau 60 mph, sedangkan manusia jatuh dalam "posisi terjun bebas" adalah 210 km/h atau 130 mph. Pada kelajuan terminal, kucing juga dapat rileks ketika jatuh, yang dapat melindunginya sampai batas tertentu pada benturan. Namun, beberapa pendapat menyatakan bahwa, setelah mencapai kelajuan terminal, kucing akan mengarahkan anggota badannya dengan horizontal, sehingga tubuhnya dapat menyentuh tanah terlebih dahulu.[7]

Dengan refleks meluruskannya, kucing sering jatuh tanpa terluka. Namun, ini tidak selalu terjadi, karena kucing masih bisa mematahkan tulang atau mati dari kejatuhan yang ekstrem. Dalam sebuah studi tahun 1987, yang diterbitkan dalam Journal of the American Veterinary Medical Association, dari 132 kucing yang dibawa ke Pusat Kedokteran Hewan New York setelah jatuh dari bangunan, ditemukan bahwa luka-luka per Kucing meningkat tergantung ketinggian yang dijatuhkan hingga tujuh lantai, tetapi mengalami penurunan di atas tujuh lantai.[8] Para penulis studi menduga bahwa setelah jatuh dari ketinggian lima lantai (50 meter), kucing mencapai kelajuan terminal dan kemudian kucing dapat rileks dan merenggangkan tubuhnya untuk meningkatkan gaya hambat. Namun, kritik terhadap penelitian tersebut menunjukkan adanya kesalahan sampling, yaitu kejatuhan fatal yang langsung mematikan kucing tidak disertakan (karena kucing yang sudah meninggal tidak akan dibawa ke dokter hewan), hal ini menimbulkan pertanyaan berkaitan dengan kesimpulan penulis bahwa tingkat cedera menurun dari kejatuhan yang lebih tinggi.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Inggris) Bateson, Patrick. Behavioural Development in the Cat. www.fathom.com. Diakses 23 Mei 2014. Diarsipkan 2011-12-14 di Wayback Machine.
  2. ^ (Inggris) Huy D. Nguyen. HOW DOES A CAT ALWAYS LAND ON ITS FEET ? Diarsipkan 2010-08-19 di Wayback Machine.. helix.gatech.edu. Diakses 23 Mei 2014.
  3. ^ (Inggris) Hardy Fink An insight into the Biomechanics of Twisting. web.archive.org. Diakses 23 Mei 2014.
  4. ^ Superstrings and Other Things: A Guide to Physics. hlm. 106, 107. Diakses tanggal 23 Mei 2014. 
  5. ^ Kane, Thomas; Scher, M. P. (1969). "A dynamical explanation of the falling cat phenomenon". International Journal of Solids and Structures. 5 (7): 663–670. doi:10.1016/0020-7683(69)90086-9.  Diakses 23 Mei 2014.
  6. ^ (Inggris) Vertebrate Flight: GLIDING AND PARACHUTING. www.ucmp.berkeley.edu. Diakses 23 Mei 2014.
  7. ^ (Inggris) "Feline high-rise syndrome: 119 cases (1998-2001)". J. Feline Med. Surg. 6 (5): 305–12. October 2004. doi:10.1016/j.jfms.2003.07.001. PMID 15363762.  Diakses 23 Mei 2014.
  8. ^ Adams, Cecil (1996-07-19). "The Straight Dope: Do cats always land unharmed on their feet, no matter how far they fall?". The Straight Dope. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-19. Diakses tanggal 2008-06-04. 

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]
  • (Inggris) Arabyan, A.; Tsai, D. (1998). "A distributed control model for the air-righting reflex of a cat". Biol. Cybern.. 79 (5): 393–401. doi:10.1007/s004220050488. 
  • (Inggris) Diamond, J. (1988). "Why cats have nine lives". Nature. 332 (6165): 586–587. doi:10.1038/332586a0. PMID 3357516. 
  • (Inggris) Laouris, Y.; Kalli-Laouri, J.; Schwartze, P. (1990). "The postnatal development of the air-righting reaction in albino rats. Quantitative analysis of normal development and the effect of preventing neck-torso and torso-pelvis rotations". Behavioural Brain Research. 37 (1): 37–44. doi:10.1016/0166-4328(90)90070-U. PMID 2310493. 
  • (Inggris) Laouris, Y.; Kalli-Laouri, J.; Schwartze, P. (1990). "The influence of altered head, thorax and pelvis mass on the postnatal development of the air righting reaction in albino rats". Behav. Brain Res.. 38 (2): 185–190. doi:10.1016/0166-4328(90)90016-8. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]