Republik Sosialis Soviet Abkhazia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 Desember 2018 19.29 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)
Republik Sosialis Soviet
Abkhazia

Социалисттә Советтә Республика Аҧсны  (Abkhazian)
საბჭოთა სოციალისტური რესპუბლიკა აფხაზეთი  (Georgia)
Социалистическая Советская Республика Абхазия  (Rusia)
1921–1931
{{{coat_alt}}}
Lambang Negara
SemboyanПролетарии всех стран, соединяйтесь!
Proletarii vsekh stran, soyedinyaytes'!
"Para proletarian dari seluruh negara, bersatulah!"
Lagu kebangsaanИнтернационал
Internatsional
"The Internationale"
Republik Sosialis Soviet Abkhazia pada 1921
Republik Sosialis Soviet Abkhazia pada 1921
Ibu kotaSukhumi
Bahasa yang umum digunakanAbkhaz, Georgia, Rusia
PemerintahanRepublik Sosialis
LegislatifKongres Soviet
Sejarah 
• Didirikan
31 Maret 1921
• Dibubarkan
19 Februari 1931
Luas
19268.600 km2 (3.300 sq mi)
Penduduk
• 1926
201016
Mata uangRubel
Didahului oleh
Digantikan oleh
Republik Demokratik Georgia
Abkhaz ASSR
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Republik Sosialis Soviet Abkhazia (RSS Abkhazia)[a] adalah sebuah republik jangka pendek di kawasan Kaukasus, Uni Soviet yang meliputi teritorial Abkhazia, dan berdiri dari 31 Maret 1921 sampai 19 Februari 1931. Dibentuk setelah invasi Georgia oleh Tentara Merah pada 1921, negara tersebut menjadi independen sampai 16 Desember 1921, saat negara tersebut menyepakati sebuah perjanjian yang menyatukannya dengan Republik Sosialis Soviet Georgia (RSS Georgia). RSS Abkhazia sebagian besar mirip dengan republik Soviet otonom, meskipun masih merdeka secara de facto dari Georgia, yang hanya diberikan hak republik uni, seperti memiliki unit-unit militernya sendiri. Disamping statusnya sebagai "republik traktat" dengan Georgia, Abkhazia bergabung dengan Republik Sosialis Federatif Soviet Transkaukasia, yang menyatukan RSS Armenia, Azerbaijan, dan Georgia dalam satu unit federal, saat dibentuk pada 1922. RSS Abkhazia dibubarkan pada 1931 dan digantikan dengan Republik Sosialis Soviet Otonom Abkhaz pada RSS Georgia.

Sepanjang keberadaannya, RSS Abkhazia dipimpin oleh Nestor Lakoba, yang resmi menjabat sebagai Ketua Dewan Komisar Rakyat namun mengendalikan republik tersebut dengan secara bercanda menyebutnya "Lakobistan". Karena hubungan dekat Lakoba dengan pemimpin Soviet Joseph Stalin, kolektivisasi ditangguhkan sampai Abkhazia dimasukkan ke Georgia. Abkhazia masih menjadi produsen tembakau besar di masa tersebut, bertumbuh lebih dari setengah suplai USSER. Negara tersebut juga memproduksi produk pertanian lainnya, yang meliputi teh, anggur dan buah sitrus, yang membaut Abkhazia menjadi salah satu kawasan terkaya di Uni Soviet. Iklim sub-tropisnya juga menjadikannya tempat tujuan hari libur utama; Stalin dan para pemimpin Soviet lainnya memiliki dacha (vila) di kawasan tersebut dan menjalani waktu yang memungkinkan disana.

Sebuah kawasan beragam etnis, Abkhazia secara nominal dipimpin oleh suku Abkhaz, yang meliputi kurang dari 30% populasi; kelompok besar lainnya meliputi Georgia, Armenia, Yunani dan Rusia. Bahkan meskipun mereka bukanlah mayoritas, Abkhas sangat disanjung dan bahasa Abkhaz dipromosikan; sebuah hasil dari kebijakan korenizatsiia dari era tersebut. Identitas nasional Abkhaz dipromosikan lewat kebijakan tersebut, menghimpun sebuah esensi nasionalisme Abkhaz.

Warisan utama RSS Abkhazia adalah untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, negara tersebut menciptakan entitas geografi terdefinisi di bawah nama Abkhazia. Meskipun republik semi-independen tersebut runtuh pada 1931, suku Abkhaz tak melupakan keberadaan negara tersebut; dengan kemajuan glasnost dan perestroika pada akhir 1980an, para pemimpin Abkhaz menyerukan agar negara merkea dibentuk kembali dan terpisah dari Georgia, mengutip RSS Abkhazia sebagai landasannya. Ini berujung pada restorasi konstitusi RSS Abkhazia tahun 1925, yang berujung pada perang tahun 1992–1993 antara para sekesionis Abkhazia dan Georgia, dan konflik Abkhaz–Georgia modern.

Latar belakang

Kekaisaran Rusia menganeksasi Abkhazia pada awal abad kesembilan belas dan telah mengkonsolidasikan otoritasnya atas kawasan tersebut pada tahun 1864.[1] Dalam rangka menciptakan unit-unit etno-teritorial, otoritas Rusia memasukkan kawasan tersebut ke Kegubernuran Kutais.[2] Transfer populasi skala besar sangat mempengaruhi komposisi etnis Abkhazia, dengan ribuan etnis Abkhaz diusir dan suku Mingrelia dibawa untuk menggantikan mereka.[3][4] Setelah Revolusi Februari 1917, yang mengakhiri Kekaisaran Rusia, status Abkhazia menjadi goyah dan tak jelas.[5] Merdeka dari kekuasaan Rusia, wilayah tersebut digabung dengan Republik Pegunungan Kaukasus Utara pada 1917, namun sangat ditentang karena jarak antara Abkhazia dan kawasan lain yang dimasukkan.[6] Pada Februari 1918, para Bolshevik Abkhaz berniat untuk menciptakan sebuah komune—sebuah sistem mirip dengan Soviet (dewan) yang dibentuk di Rusia. Hal ini mengalami kegagalan dan para pemimpin Bolshevik, Efrem Eshba dan Nestor Lakoba, melarikan diri.[7] Dewan Rakyat Abkhaz (DRA) dibentuk pada masa setelahnya dan secara efektif mengendalikan kawasan tersebut. Saat Republik Demokratik Georgia dibentuk pada Mei 1918, negara tersebut menganeksasi Abkhazia, menjadikannya bagian integral dari teritorialnya. Georgia tak pernah sepenuhnya menghimpun kontrol atas kawasan tersebut, meninggalkan DRA untuk memerintahnya sampai invasi Bolshevik pada tahun 1921.[8]

Status Abkhazia dikonfirmasi dalam konstitusi Georgia tahun 1921. Pasal 107 menyatakan "Abkhazeti[b] (distrik Soukhoum)" otonom untuk "administrasi kepentingan mereka".[9] Konstitusi tersebut diproklamasikan setelah invasi Georgia oleh Tentara Merah pada Februari 1921; status otonom yang dijanjikan tak pernah ditepati.[10] Menurut sejarawan Timothy Blauvelt, ini adalah warisan terakhir di kawasan tersebut karena ini menandai pertama kalinya dalam sejarah modern, Abkhazia didefinisikan sebagai entitas geografi berbeda.[11]

Pembentukan

Tentara Merah menginvasi Georgia pada 15 Februari 1921 dan menginvasi Abkhazia pada 17 Februari.[12] Eshba dan Lakoba kembali ke Abkhazia sebelum invasi tersebut dan membentuk Komite Revolusioner (Revkom) dalam persiapan untuk pemerintahan Bolshevik.[13] Sukhumi, ibukotanya, dikuasai pada 4 Maret; dengan pertempuran di Georgia masih berlanjut, Revkom—yang tak menjadi otoritas tunggal atas Abkhazia—mengambil langka maju dan bergerak untuk mendeklarasikan Abkhazia sebagai republik independen.[14] Mereka mengirim telegram ke Moskwa yang meminta nasehat untuk cara pemprosesannya, dan menyatakan diri tunduk di bawah Federasi Rusia, namun Sergo Ordzhonikidze—pemimpin Biro Kaukasus (Kavbiuro) dan Bolshevik utama di Kaukasus—menolak gagasan tersebut.[15] Akibatnya, pada 31 Maret 1921, negara tersebut mendeklarasikan bahwa "atas kehendak para buruh, Republik Sosialis Soviet Abkhazia yang baru telah lahir."[16] Ini membuat Abkhazia menjadi republik independen secara nominal dengan kepentingan dari pihak Abkhaz dan Georgia yang kemudian Abkhazia akan bergabung dengan Republik Sosialis Soviet Georgia (RSS Georgia) yang baru dibentuk.[16] Sampai kemudian, negara tersebut dinyatakan lepas sepenuhnya dari Georgia dan disepakati demikian. Revkom Georgia, badan pemerintahan RSS Georgia, menyambut Abkhazia dalam sebuah telegram pada 21 Mei 1921, dan menyatakan bentuk hubungan harus ditempatkan pada Kongres Buruh pertama dari kedua republik tersebut.[17]

Status

RSS Georgia nampak pada 1922. RSS Abkhazia diberi warna merah muda.

Abkhaz Revkom, dalam posisi kekuasaan, menghimpun kongres untuk menentukan status masa depan Abkhazia karena ini akan menjadi alat kontrol atas kawasan tersebut. Kavbiuro memaksa Revkom untuk bertindak dan negosiasi untuk perjanjian antara Abkhazia dan Georgia dimulai pada Oktober 1921.[18] Ditandatangani pada 16 Desember 1921, hasilnya merupakan perjanjian dua pasal:

1. RSS Georgia dan RSS Abkhazia masuk dalam persatuan politik, militer dan keuangan-ekonomi.
2. Dalam rangka memenuhi tujuan yang diinginkan, kedua pemerintah mendeklarasikan penggabungan Komisariat-Komisariat berikut: a) militer, b) keuangan, c) pertanian rakyat, d) pos dan telegraf, e) ChKa, f) RKI, g) Komisariat Keadilan Rakyat, dan h) [Komisariat] Transportasi Laut.

— Perjanjian Bersama antara RSS Georgia dan RSS Abkhazia[19]

Perjanjian tersebut menyatukan dua negara tersebut, meninggalkan Abkhazia sebagai "republik traktat" yang secara nominal berada di bawah Georgia.[20] Status istimewa Abkhazia di Georgia diberlakukan dalam konstitusi Georgia tahun 1922, yang menyebut "traktat penyatuan istimewa" antar dua negara tersebut. Konstitusi Abkhazia 1925 menyatakan bahwa negara tersebut bersatu dengan Georgia "atas dasar traktat istimewa".[21] Pada 13 Desember 1922, saat bersatu dengan Georgia, Abkhazia masuk Republik Sosialis Federatif Soviet Transkaukasia (RSFST), bersama dengan Armenia dan Azerbaijan. Federasi baru tersebut menciptakan tantangan pada keperluan ekonomi, namun lebih nampak dilakukan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan Soviet atas kawasan tersebut, yang telah menjadi kontensiu.[22] Abkhazia lebih diperlakukan sebagai kawasan otonom di Georgia, meskipun tak seperti negara otonom lain di Uni Soviet, negara tersebut memiliki lambang-lambang nasionalnya sendiri—sebuah bendera dan lambang—dan unit angkatan darat nasional, sebuah hak yang hanya diberikan kepada republik penuh.[23] Lambang awalnya dideskripsikan pada konstitusi 1925 sebagai "terdiri dari palu-arit emas di latar pemandangan Abkhazia dengan kutipan dalam bahasa Abkhaz 'RSS Abkhazia'".[24] Ini dimodifikasi pada 1926, saat motto republik tersebut (dan seluruh Soviet) "Para proletarian dari seluruh negara, bersatulah!" ditulis dalam bahasa Abkhaz, Georgia, dan Rusia (sebelumnya hanya ditulis dalam bahasa Abkhaz).[24] Negara tersebut juga memiliki konstitusinya sendiri, yang dibuat pada 1 April 1925, hak lain yang hanya diberikan kepada republik penuh.[25]

Penyatuan dengan Georgia tak popler di kalangan penduduk atau kepemimpin Abkhaz.[11] Kawasan tersebut juga kurang diperhatikan di Georgia, dimana kawasan tersebut dianggap sebagai tempat pemberhentian oleh kaum Bolshevik untuk melakukan serangan ke Georgia dari otoritas di Moskwa melalui Abkhaz, karena orang Georgia adalah salah satu kelompok yang paling menentang kaum Bolshevik.[26] Karena hanya "republik traktat" di USSR, status RSS abkhazia disoroti otoritas Soviet dan Georgia, yang tak ingin kawasan lain menuntut status serupa.[27] Untuk menyelesaikan hal ini, merkea memutuskan untuk menurunkan status Abkhazia, dan pada 19 Februari 1931, kawasan tersebut dijadikan Republik Sosialis Soviet Otonom Abkhaz, bawahan dari RSS Georgia saat masih menjadi anggota RSFST.[28] Tindakan tersebut menimbulkan protes publik, protes skala besar pertama di Abkhazia terhadap otoritas Soviet.[29]

Politik

Nestor Lakoba, yang menjabat sebagai pemimpin de facto Abkhazia dari 1921 sampai kematiannya pada 1936. Ia merupakan tokoh penting dalam pendirian RSS Abkhazia.

Pada awalnya, Abkhaz Revkom, pimpinan ketuanya Efrem Eshba, mengkontrol Abkhazia sampai badan yang lebih permanen dapat didirikan.[17] Pada 17 Februari 1922, Dewan Komisar Rakyat didirikan, dan Nestor Lakoba dipilih menjadi Ketuanya, menjadikannya kepala republik de facto; ini adalah formalitas untuk Lakoba, yang telah secara efektif berada dalam kontrol Abkhazia sejak Bolshevik berkuasa pada 1921.[30][31] Dengan Eshba, ia menjadi Bolshevik utama setelah Revolusi Rusia. Lakoba dan Eshba memimpin dua upaya abortif untuk merebut Abkhazia pada Februari dan April 1918; setelah upaya terakhir gagal, mereka melarikan diri, baru kembali pada Maret 1921 setelah kontrol Bolshevik dikonsolidasikan, meskipun Eshba kemudian ditransfer ke posisi lain dalam Partai.[32] Lakoba secara efektif mengkontrol Abkhazia sebagai pemimpin pribadi, yang secara bercanda menyebutnya sebagai "Lakobistan", dan statusnya sebagai kepala republik tak pernah ditentang atau tersaingi.[33] Ia menentang beberapa kebijakan represif yang diimplementasikan di seluruh belahan lain USSR, termasuk kolektivisasi. Lakoba secara finansial mendukung kebangsawanan Abkhaz, yang dapat ia lakukan karena hubungan pribadi dekatnya dengan pemimpin Soviet Joseph Stalin.[34]

Ekonomi

Sepanjang era Soviet, Abkhazia menjadi produser besar tembakau, dan pada 1930an, mensuplai lebih dari 52 persen seluruh ekspor tembakau dari USSR.[35] Produk pertanian lain, yang meliputi teh, arak, dan buah sitrus—khususnya tangerin—diproduksi dalam jumlah besar, membuat Abkhazia menjadi salah satu wilayah paling baik di seluruh Uni Soviet, dan dianggap lebih kaya ketimbang Georgia.[36] Ekspor sumber daya tersebut membuat kawasan tersebut menjadi "sebuah pulau kemakmuran dalam sebuah Kaukasus yang diwarnai perang".[37] Beberapa pabrik juga dibangun di kawasan tersebut sebagai bagian dari pembangunan seluruh belahan Uni Soviet, meskipun mereka memiliki dampak kecil pada kekuatan ekonomi seluruh belahan Abkhazia.[38]

Abkhazia juga dihargai sebagai tempat plesir utama untuk kalangan elit Soviet dan masyarakat umum. Stalin setiap tahun berkunjung sepanjang 1920an dan bergabung dengan para rekannya dari Kremlin, yang memakai waktu tersebut untuk meraih kepercayaannya.[39] Sebagai tuan rumah, Lakoba makin dekat dengan Stalin dan menjadi orang kepercayaannya, membolehkannya untuk mempertahankan posisi dominannya atas Abkhazia.[40] Ini sangat nampak saat Lakoba menolak penerapan kolektivisasi, berpendapat bahwa tak ada kulak (petani curang) di negara bagian tersebut.[41] Kebijakan semacam ini dibela oleh Stalin, yang menyatakan bahwa kebijakan anti-kulak bukanlah "perampasan pekuliaritas istimewa dari struktur sosial Abkhaz dan membuat kesalahpahaman dari model teknik sosial Rusia yang ditransfer secara mekanis pada tanah Abkhaz".[42] Kolektivisasi mula-mula diterapkan setelah Abkhazia diturunkan statusnya pada 1931, dan sepenuhnya diterapkan pada 1936 setelah Lakoba meninggal .[43] Sepanjang keberadaan RSS Abkhazia, rubel Soviet menjadi mata uang resmi.[44]

Budaya

Demografi

RSS Abkhazia merupakan kawasan beragam etnis, yang demografinya berubah sepanjang berdekade-dekade setelah dianeksasi oleh Rusia. Beberapa suku Abkhazia dideportasi pada akhir abad kesembilan Belas, lebih dari 100,000 orang diusir—utamanya ke Kekaisaran Utsmaniyah.[45] Pada waktu RSS Abkhazia dibentuk, etnis Abkhaz terdiri dari kurang dari 30% populasi (55,918), yang berjumlah 201,016 menurut sensus Soviet 1926—satu-satunya sensus yang dilakukan saat RSS Abkhazia berdiri.[46] Kebijakan korenizatsiia (nativisasi) diterapkan pada era tersebut, yang dilakukan untuk mempromosikan kelompok-kelompok minoritas di USSR, yang membuat jumlah orang Abkhaz meningkat: antara 1922 dan 1926, etnis Abkhaz meningkat sekitar 8%, dan meliputi sekitar 27.8% populasi. Pada masa yang sama, jumlah etnis Georgia turun dari 42% menjadi 36% (67,494).[47] Kelompok etnis besar lainnya yang dihitung pada sensus 1926 adalah orang Armenia (25,677, atau 12.7%), orang Yunani (14,045, atau 7%), dan orang Rusia (12,553, atau 6.2%).[46]

Bahasa

Aksara yang dipakai untuk bahasa Abkhaz dimodifikasi pada era RSS Abkhazia. Di bawah korenizatsiia, Abkhaz tak dianggap salah satu suku bangsa "maju" di USSR, dan mengalami peningkatan fokus pada pengembangan budaya dan bahasa nasional mereka.[48] Sebagai bagian dari kebijakan tersebut, Abkhaz—bersama dengan beberapa bahasa regional lain di USSR—di-Latinisasi-kan pada 1928, meraih dari aksara berbasis Sirilik asli.[49] Sorotan ditempatkan pada pengembangan budaya Abkhaz, yang sangat dipromosikan dan dibiayai.[38] Selain itu, Perhimpunan Saintifik Abkhazia dibuat pada 1922, sementara Akademi Sastra da Bahasa Abkhazia didirikan pada 1925.[50]

Dalam mengakui keragaman kelompok etnis di Abkhazia, Pasal 8 dari konstitusi Abkhaz 1925 menyerukan tiga bahasa resmi—Abkhaz, Georgia, dan Rusia—sementara amandemen pada masa berikutnya menyatakan "seluruh warga negara yang tinggal di RSS Abkhazia diberikan hak kebebasan pembangunan dan pemakaian bahasa asli dalam budaya nasional dan agensi negara umum".[51][52] Kebanyakan penduduk tak memahami bahasa Abkhaz sehingga bahasa Rusia menjadi bahasa dominan dari pemerintahan sementara kawasan-kawasan lokal memakai bahasa yang paling dikenal disana.[53]

Warisan

Status Abkhazia sebagai "republik traktat" tak pernah diklarifikasikan sepanjang masa pendiriannya, dan sejarawan Arsène Saparov menyatakan bahwa para pejabat pada masa itu tak memahami arti frase tersebut.[54] Status tersebut memiliki pengartian simbolik kepada suku Abkhaz, yang tak pernah melupakan bahwa mereka memiliki sebuah negara independen, setidaknya dalam teori.[55] Dengan kemajuan glasnost dan perestroika pada 1980an, seruan agar Abkhazia merestorasikan statusnya dimulai; sebuah majelis di Lykhny pada 1989 menyerukan agar otoritas Soviet membuat Abkhazia menjadi republik uni penuh, mengklaim RSS Abkhazia sebagai landasan dari pergerakan tersebut.[56] Saat Abkhazia mendeklarasikan kemerdekaan pada 1990, mereka meminta restorasi 1925, yang menyerukan agar ABkhazia dan Georgia bersatu, membolahkan kemungkinan penyatuan masa depan antar dua negara tersebut.[57] Restorasi konstitusi 1925 adalah sebuah permulaan dari perang 1992–1993 dan menimbulkan persengketaan atas status Abkhazia, yang membuat Abkhazia menjadi independen secara de facto dari Georgia sejak 1992.[43]

Referensi

Catatan

  1. ^ bahasa Abkhaz: Социалисттә Советтә Республика Аҧсны, ССР Аҧсны; Sociālicṭṭw Soveṭṭw Resṗubliḳā Āpsnə
    bahasa Georgia: საბჭოთა სოციალისტური რესპუბლიკა აფხაზეთი, სსრ აფხაზეთი; sabch'ota sotsialist'uri resp'ublika apkhazeti;
    bahasa Rusia: Социалистическая Советская Республика Абхазия, ССР Абхазия; Sotsialisticheskaya Sovetskaya Respublika Abkhaziya
  2. ^ Versi bahasa Georgia dari Abkhazia dipakai dalam terjemahan Inggris dari Konstitusi 1921.

Kutipan

  1. ^ Lak'oba 1998a, hlm. 89–101
  2. ^ kartuli sabch'ota entsiklopedia 1985, hlm. 504
  3. ^ Lak'oba 1998a, hlm. 84
  4. ^ Müller 1998, hlm. 220–225
  5. ^ Blauvelt 2007, hlm. 206
  6. ^ Saparov 2015, hlm. 43
  7. ^ Blauvelt 2012b, hlm. 81
  8. ^ Lakoba 1990, hlm. 63
  9. ^ Papuashvili 2012, hlm. 48
  10. ^ Welt 2012, hlm. 214–215
  11. ^ a b Blauvelt 2014, hlm. 26
  12. ^ Suny 1994, hlm. 207
  13. ^ Saparov 2015, hlm. 48
  14. ^ Hewitt 2013, hlm. 39
  15. ^ Saparov 2015, hlm. 49
  16. ^ a b Saparov 2015, hlm. 50
  17. ^ a b Saparov 2015, hlm. 51
  18. ^ Saparov 2015, hlm. 52
  19. ^ Saparov 2015, hlm. 54
  20. ^ Saparov 2015, hlm. 55
  21. ^ Saparov 2015, hlm. 55, 57
  22. ^ Hewitt 1993, hlm. 271
  23. ^ Saparov 2015, hlm. 50–56
  24. ^ a b Saparov 2015, hlm. 56
  25. ^ Hewitt 2013, hlm. 40
  26. ^ Smith 2013, hlm. 344
  27. ^ Saparov 2015, hlm. 60
  28. ^ Blauvelt 2007, hlm. 212
  29. ^ Lakoba 1995, hlm. 99
  30. ^ Bgazhba 1965, hlm. 39
  31. ^ Blauvelt 2007, hlm. 207
  32. ^ Blauvelt 2014, hlm. 24–25
  33. ^ Lakoba 2001, hlm. 50–54
  34. ^ Lak'oba 1998b, hlm. 71
  35. ^ Suny 1994, hlm. 268
  36. ^ Zürcher 2007, hlm. 120–121
  37. ^ Rayfield 2004, hlm. 95
  38. ^ a b Anchabadze & Argun 2012, hlm. 90
  39. ^ Blauvelt 2007, hlm. 202
  40. ^ Scott 2016, hlm. 96
  41. ^ Marshall 2010, hlm. 239
  42. ^ Rayfield 2004, hlm. 30
  43. ^ a b Derluguian 1998, hlm. 266
  44. ^ Blauvelt 2007, hlm. 211
  45. ^ Hewitt 2013, hlm. 25
  46. ^ a b Müller 1998, hlm. 231
  47. ^ Jones 1988, hlm. 617–618
  48. ^ Martin 2001, hlm. 23–24
  49. ^ Jones 1988, hlm. 617
  50. ^ Blauvelt 2012a, hlm. 252
  51. ^ Saparov 2015, hlm. 58–59
  52. ^ Blauvelt 2012a, hlm. 241–242
  53. ^ Blauvelt 2012a, hlm. 240–246
  54. ^ Saparov 2015, hlm. 61–62
  55. ^ Saparov 2015, hlm. 62
  56. ^ Anchabadze 1998, hlm. 132
  57. ^ Cornell 1998, hlm. 52

Daftar pustaka

  • Anchabadze, Jurij (1998), "History: the modern period", dalam Hewitt, George, The Abkhazians: A Handbook, New York City: St. Martin's Press, hlm. 132–146, ISBN 978-0-31-221975-8 
  • Anchabadze, Yu. D.; Argun, Yu. G. (2012), Абхазы (The Abkhazians) (dalam bahasa Russian), Moscow: Nauka, ISBN 978-5-02-035538-5 
  • Bgazhba, Mikhail (1965), Нестор Лакоба (Nestor Lakoba) (dalam bahasa Russian), Tbilisi: Sabtchota Saqartvelo 
  • Blauvelt, Timothy (May 2007), "Abkhazia: Patronage and Power in the Stalin Era", Nationalities Papers, 35 (2): 203–232, doi:10.1080/00905990701254318 
  • Blauvelt, Timothy (2012a), "'From words to action!': Nationality policy in Soviet Abkhazia (1921–38)", dalam Jones, Stephen F., The Making of Modern Georgia, 1918 – 2012: The first Georgian Republic and its successors, New York City: Routledge, hlm. 232–262, ISBN 978-0-41-559238-3 
  • Blauvelt, Timothy K. (2012b), "Resistance and Accommodation in the Stalinist Periphery: A Peasant Uprising in Abkhazia", Ab Imperio, 3: 78–108, doi:10.1353/imp.2012.0091 
  • Blauvelt, Timothy K. (2014), "The Establishment of Soviet Power in Abkhazia: Ethnicity, Contestation and Clientalism in the Revolutionary Periphery", Revolutionary Russia, 27 (1): 22–46, doi:10.1080/09546545.2014.904472 
  • Cornell, Svante E. (Autumn 1998), "Religion as a Factor in Caucasian Conflicts", Civil Wars, 1 (3): 46–64, doi:10.1080/13698249808402381 
  • Derluguian, Georgi M. (1998), "The Tale of Two Resorts: Abkhazia and Ajaria Before and Since the Soviet Collapse", dalam Crawford, Beverley; Lipshutz, Ronnie D., The Myth of "Ethnic Conflict": Politics, Economics, and "Cultural" Violence, Berkeley, California: University of California Press, hlm. 261–292, ISBN 978-0-87-725198-9 
  • Hewitt, B.G. (1993), "Abkhazia: a problem of identity and ownership", Central Asian Survey, 12 (3): 267–323, doi:10.1080/02634939308400819 
  • Hewitt, George (2013), Discordant Neighbours: A Reassessment of the Georgian-Abkhazian and Georgian-South Ossetian Conflicts, Leiden, The Netherlands: Brill, ISBN 978-9-00-424892-2 
  • Jones, Stephen F. (October 1988), "The Establishment of Soviet Power in Transcaucasia: The Case of Georgia 1921–1928", Soviet Studies, 40 (4): 616–639, doi:10.1080/09668138808411783 
  • kartuli sabch'ota entsiklopedia (1985), "sokhumis okrug (Sokhumi Okrug)", kartuli sabch'ota entsiklopedia (Georgian Soviet Encyclopedia) (dalam bahasa Georgian), Vol. 9, Tbilisi: kartuli sabch'ota entsiklopedia 
  • Lak'oba, Stanislav (1998a), "History: 18th century–1917", dalam Hewitt, George, The Abkhazians: A Handbook, New York City: St. Martin's Press, hlm. 89–101, ISBN 978-0-31-221975-8 
  • Lak'oba, Stanislav (1998b), "History: 1917–1989", dalam Hewitt, George, The Abkhazians: A Handbook, New York City: St. Martin's Press, hlm. 67–88, ISBN 978-0-31-221975-8 
  • Lakoba, Stanislav (1990), Очерки Политической Истории Абхазии (Essays on the Political History of Abkhazia) (dalam bahasa Russian), Sukhumi, Abkhazia: Alashara 
  • Lakoba, Stanislav (1995), "Abkhazia is Abkhazia", Central Asian Survey, 14 (1): 97–105, doi:10.1080/02634939508400893 
  • Lakoba, Stanislav (2001), "Я Коба а ты Лакоба (I am Koba and you are Lakoba)", dalam Iskander, Fazil, Мое сердце в горах: очерки о современной Абхазии (My heart is in the mountains: Essays on modern Abkhazia) (dalam bahasa Russian), Yoshkar Ola: Izd-vo Mariskogo Poligrafkombinata, hlm. 50–74, ISBN 5-878981-64-5 
  • Marshall, Alex (2010), The Caucasus Under Soviet Rule, New York City: Routledge, ISBN 978-0-41-541012-0 
  • Martin, Terry (2001), The Affirmative Action Empire: Nations and Nationalism in the Soviet Union, 1923–1939, Ithaca, New York: Cornell University Press, ISBN 978-0-80-143813-4 
  • Müller, Daniel (1998), "Demography: ethno-demographic history, 1886–1989", dalam Hewitt, George, The Abkhazians: A Handbook, New York City: St. Martin's Press, hlm. 218–231, ISBN 978-0-31-221975-8 
  • Papuashvili, George, ed. (2012), The 1921 Constitution of the Democratic Republic of Georgia, Batumi, Georgia: Constitutional Court of Georgia, ISBN 978-9941-0-3458-9 
  • Rayfield, Donald (2004), Stalin and His Hangmen: The Tyrant and Those Who Killed for Him, New York City: Random House, ISBN 978-0-37-575771-6 
  • Saparov, Arsène (2015), From Conflict to Autonomy in the Caucasus: The Soviet Union and the making of Abkhazia, South Ossetia and Nagorno Karabakh, New York City: Routledge, ISBN 978-0-41-565802-7 
  • Scott, Erik R. (2016), Familiar Strangers: The Georgian Diaspora and the Evolution of Soviet Empire, Oxford, United Kingdom: Oxford University Press, ISBN 978-0-19-939637-5 
  • Smith, Jeremy (2013), Red Nations: The Nationalities Experience in and after the USSR, Cambridge, United Kingdom: Cambridge University Press, ISBN 978-0-52-112870-4 
  • Suny, Ronald Grigor (1994), The Making of the Georgian Nation (edisi ke-Second), Bloomington, Indiana: Indiana University Press, ISBN 978-0-25-320915-3 
  • Welt, Cory (2012), "A Fateful Moment: Ethnic Autonomy and Revolutionary Violence in the Democratic Republic of Georgia (1918–1921)", dalam Jones, Stephen F., The Making of Modern Georgia, 1918 – 2012: The first Georgian Republic and its successors, New York City: Routledge, hlm. 205–231, ISBN 978-0-41-559238-3 
  • Zürcher, Christoph (2007), The Post-Soviet Wars: Rebellion, Ethnic Conflict, and Nationhood in the Caucasus, New York City: New York University Press, ISBN 978-0-81-479709-9 

Koordinat: 43°00′N 41°01′E / 43.000°N 41.017°E / 43.000; 41.017