Wikipedia:Artikel Pilihan/37 2018: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(8 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{HU/Tepigambar|Okuribito location—inside house.jpg|115|Set untuk Departures|{{{selular|}}}}}
{{HU/Tepigambar|Jean-Léon Gérôme - The Christian Martyrs' Last Prayer - Walters 37113.jpg|175|Doa Terakhir Para Martir Kristen, karya Jean-Léon Gérôme (1883)|{{{selular|}}}}}
'''[[Penindasan Diokletianus|Penganiayaan Diokletianus]]''' adalah [[Penganiayaan terhadap orang Kristen|penganiayaan atau penindasan]] terakhir dan yang paling berat terhadap umat Kristen di [[Kekaisaran Romawi]]. Pada tahun 303, [[Kaisar Romawi|Kaisar]] [[Diokletianus]], [[Maximianus]], [[Galerius]], dan [[Constantius Chlorus|Konstantius]] mengeluarkan serangkaian [[maklumat]] atau dekret yang mencabut hak hukum umat Kristen dan meminta agar mereka mengikuti [[Agama di Romawi Kuno|praktik-praktik keagamaan Romawi tradisional]]. Maklumat-maklumat berikutnya menyasar kaum [[klerus]] dan memerintahkan semua penduduk untuk mempersembahkan kurban kepada para dewa Romawi (suatu kebijakan yang dikenal sebagai kurban universal). Penganiayaan ini bervariasi intensitasnya di seluruh kekaisaran—yang teringan di [[Galia]] dan [[Britania Romawi|Britania]], tempat diberlakukannya maklumat pertama saja, dan yang terberat di provinsi-provinsi Timur. Putra Konstantius, [[Konstantinus I|Konstantinus]] naik takhta kekaisaran pada tahun 306, memulihkan sepenuhnya kesetaraan hukum umat Kristen dan mengembalikan milik mereka yang disita selama masa penganiayaan. Penganiayaan yang telah terjadi gagal menghentikan bangkitnya Gereja. Pada tahun 324, Konstantinus merupakan penguasa tunggal kekaisaran dan Kekristenan telah menjadi agama favoritnya. Meskipun penganiayaan mengakibatkan kematian, penyiksaan, pemenjaraan, ataupun dislokasi bagi banyak umat Kristen, sebagian besar umat Kristen di dalam kekaisaran terhindar dari hukuman. Namun penganiayaan menyebabkan banyak gereja terbagi antara mereka yang mematuhi otoritas kekaisaran (''[[traditor]]es'', "pengkhianat"), dan mereka yang tetap "murni". Para sejarawan modern berupaya untuk memastikan apakah sumber-sumber Kristen membesar-besarkan ruang lingkup penganiayaan Diokletianus. '''([[Penindasan Diokletianus|Selengkapnya...]])'''
'''''[[Departures]]''''' adalah sebuah [[film Jepang]] produksi tahun [[2008]] dari [[sutradara]] [[Yojiro Takita]]. Film ini memenangi [[Academy Award]] 2008 untuk kategori [[Film Berbahasa Asing Terbaik (Oscar)|Film Berbahasa Asing Terbaik]]. Ide untuk film ini muncul setelah Motoki, dipengaruhi oleh upacara pemakaman yang dilihatnya ketika berkunjung ke [[India]], membaca subjek mengenai kematian dan menemukan ''Coffinman'', sebuah memoir karya [[Shinmon Aoki]]. Karena sifat orang Jepang bertentangan dengan mereka yang menangani kematian, penyalur film enggan merilis film ini hingga memenangkan [[Japan Academy Prize for Picture of the Year]] dan menjadi film lokal yang paling laris. Kesuksesan ini mencapai puncaknya pada tahun 2009, ketika memperoleh penghargaan [[Academy Award for Best Foreign Language Film]]. Film ini memperoleh ulasan yang bervariasi hingga sambutan positif, dengan agregator [[Rotten Tomatoes]] sebesar 81% peringkat dari 103 pengulas. Kesuksesan ''Departures'' menyebabkan tingginya pembangunan tempat-tempat wisata pada lokasi terkait dengan film tersebut dan meningkatkan minat pada upacara penataan jenazah, dan adaptasi cerita pada berbagai media, termasuk [[manga]] dan drama panggung. '''([[Departures|Selengkapnya...]])'''


{{TFAfooter|||}}
{{TFAfooter|Bediding|Sabtu Berdarah (foto)|Sejarah Haji}}

Revisi terkini sejak 6 Desember 2018 11.39

Doa Terakhir Para Martir Kristen, karya Jean-Léon Gérôme (1883)

Penganiayaan Diokletianus adalah penganiayaan atau penindasan terakhir dan yang paling berat terhadap umat Kristen di Kekaisaran Romawi. Pada tahun 303, Kaisar Diokletianus, Maximianus, Galerius, dan Konstantius mengeluarkan serangkaian maklumat atau dekret yang mencabut hak hukum umat Kristen dan meminta agar mereka mengikuti praktik-praktik keagamaan Romawi tradisional. Maklumat-maklumat berikutnya menyasar kaum klerus dan memerintahkan semua penduduk untuk mempersembahkan kurban kepada para dewa Romawi (suatu kebijakan yang dikenal sebagai kurban universal). Penganiayaan ini bervariasi intensitasnya di seluruh kekaisaran—yang teringan di Galia dan Britania, tempat diberlakukannya maklumat pertama saja, dan yang terberat di provinsi-provinsi Timur. Putra Konstantius, Konstantinus naik takhta kekaisaran pada tahun 306, memulihkan sepenuhnya kesetaraan hukum umat Kristen dan mengembalikan milik mereka yang disita selama masa penganiayaan. Penganiayaan yang telah terjadi gagal menghentikan bangkitnya Gereja. Pada tahun 324, Konstantinus merupakan penguasa tunggal kekaisaran dan Kekristenan telah menjadi agama favoritnya. Meskipun penganiayaan mengakibatkan kematian, penyiksaan, pemenjaraan, ataupun dislokasi bagi banyak umat Kristen, sebagian besar umat Kristen di dalam kekaisaran terhindar dari hukuman. Namun penganiayaan menyebabkan banyak gereja terbagi antara mereka yang mematuhi otoritas kekaisaran (traditores, "pengkhianat"), dan mereka yang tetap "murni". Para sejarawan modern berupaya untuk memastikan apakah sumber-sumber Kristen membesar-besarkan ruang lingkup penganiayaan Diokletianus. (Selengkapnya...)

Artikel pilihan sebelumnya: BedidingSabtu Berdarah (foto)Sejarah Haji