Artikel pilihan adalah artikel-artikel terbaik di Wikipedia, yang ditentukan oleh komunitas. Sebelum dimasukkan ke dalam daftar ini, artikel-artikel tersebut dinilai dan dibahas di Wikipedia:Artikel pilihan/Usulan, untuk memastikan keakuratan, kenetralan, kelengkapan, dan gaya penulisan, berdasarkan Wikipedia:Kriteria artikel pilihan.
Saat ini terdapat 392 artikel pilihan dari 691.726 artikel di Wikipedia, yang berarti ada satu artikel pilihan untuk setiap 1.765 artikel di Wikipedia.
Artikel yang berhasil mendapatkan status artikel pilihan akan diberikan bintang () pada pojok kanan atasnya. Selain itu, apabila suatu artikel merupakan artikel pilihan di Wikipedia bahasa lain, akan diberikan bintang pada pranala interwiki di sisi kiri bawah artikel.
Moonraker adalah novelJames Bond ketiga karya penulis Inggris Ian Fleming, yang diterbitkan pada tanggal 5 April 1955 oleh penerbit Jonathan Cape. Alur ceritanya merupakan pengembangan dari sebuah naskah skenario untuk film karya Fleming yang dinilai terlalu pendek untuk dijadikan sebuah novel lengkap. Fleming selanjutnya menambahkan cerita permainan bridge antara James Bond dan pengusaha Hugo Drax. Pada bagian kedua novel ini, Bond ditugaskan untuk mendatangi staf Drax saat pengusaha tersebut tengah membangun Moonraker, sebuah purwarupamisil yang dirancang sebagai salah satu senjata pertahanan untuk Britania Raya. Tanpa diketahui oleh Bond, Drax ternyata adalah orang Jerman. Ia adalah mantan pendukung Nazi yang sekarang bekerja untuk Uni Soviet. Tujuannya membangun roket yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir adalah untuk menghancurkan kota London. Novel ini termasuk unik dalam seri James Bond, karena latar belakang cerita yang sepenuhnya berada di Britania Raya, yang selanjutnya memicu komentar dari beberapa pembaca yang mengeluh tentang kurangnya lokasi eksotis. (Selengkapnya...)
Hipatia adalah seorang filsuf, astronom, dan matematikawan Helenistik yang tinggal di kota Aleksandria, Mesir pada zaman Kekaisaran Romawi. Ia merupakan tokoh neoplatonisme di Aleksandria, dan di kota tersebut ia mengajarkan ilmu filsafat dan astronomi. Ia adalah matematikawan wanita pertama dengan keterangan sejarah yang cukup mudah untuk ditemui. Hipatia dikenal pada masanya sebagai seorang guru besar dan penasihat yang bijak. Ia pernah menulis sebuah tafsir untuk Aritmetika karya Diofantos yang terdiri dari tiga belas jilid, dan tafsir ini telah disisipkan ke dalam naskah aslinya. Ia juga pernah membuat tafsir untuk risalah Apolonios dari Perga mengenai irisan kerucut, tetapi tafsir ini sudah hilang ditelan zaman. Banyak ahli modern yang meyakini bahwa Hipatia mungkin pernah menyunting naskah Almagest karya Ptolemaios berdasarkan judul tafsir buatan ayahnya, Theon, untuk Buku III Almagest. Sumber-sumber kuno mencatat bahwa Hipatia disukai oleh orang pagan maupun Kristen, dan ia sangat berpengaruh di kalangan elit politik Aleksandria. Menjelang akhir hayatnya, Hipatia menasihati Orestes, prefek Romawi di Aleksandria yang saat itu tengah bersaing secara politik dengan Uskup AleksandriaKirilos. Muncul desas desus bahwa Hipatia adalah orang yang membuat Orestes tidak bisa rukun dengan Kirilos, dan pada Maret 415, Hipatia dibunuh oleh gerombolan Kristen yang dipimpin oleh seorang lektor yang bernama Petros. (Selengkapnya...)
Sayfo atau Genosida Asiria adalah pembunuhan massal dan pengusiran terhadap orang-orang Asiria atau Kristen Suryani di Anatolia tenggara dan Provinsi Azerbaijan di Persia oleh Kesultanan Utsmaniyah dan beberapa suku Kurdi selama Perang Dunia I. Orang-orang Asiria tinggal di daerah pegunungan dan terpencil serta terbagi ke dalam beberapa denominasi gereja yang saling berlawanan satu sama lain. Pembunuhan massal terhadap penduduk sipil Asiria dimulai selama pendudukan Utsmaniyah di Azerbaijan dari Januari hingga Mei 1915, saat pembantaian tersebut dilakukan oleh pasukan Utsmaniyah dan Kurdi pro-Utsmaniyah. Orang Asiria Utsmaniyah yang tinggal lebih jauh ke selatan yang saat ini dikenal menjadi bagian wilayah Irak dan Suriah tidak menjadi sasaran genosida. Sayfo terjadi bersamaan dengan dan berkaitan erat dengan genosida Armenia, meskipun Sayfo dianggap tidak sesistematis dibandingkan genosida Armenia. Motif pembantaian mencakup kurangnya kesetiaan yang dirasakan di antara beberapa komunitas Asyur terhadap Kesultanan Utsmaniyah dan adanya keinginan sejumlah orang Asiria untuk mengambil alih tanah air mereka. Pada Konferensi Perdamaian Paris 1919, delegasi Asiria-Kasdim mengatakan bahwa korban jiwa yang ditimbulkan berkisar 250.000 orang (sekitar setengah dari populasi sebelum perang). (Selengkapnya...)