Yusuf I dari Granada: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
HaEr48 (bicara | kontrib)
Baris 21: Baris 21:
|}}
|}}
'''Abul Hajjaj Yusuf bin Ismail''' ({{Lang-ar|أبو الحجاج يوسف بن إسماعيل‎}}), dikenal sebagai '''Yusuf I''', ({{lahirmati||29|6|1318||19|10|1354}}) adalah penguasa [[Kesultanan Granada]] di [[Semenanjung Iberia]] dari tahun 1333 sampai 1354 M. Ia adalah sultan ketujuh dari [[Banu Nashri|dinasti Nashri]].<ref>https://historica.fandom.com/wiki/Yusuf_I_of_Granada diakses 20 Agustus 2020</ref> <ref>https://www.biografiasyvidas.com/biografia/y/yusuf_i.htm diakses 20 Agustus 2020</ref>
'''Abul Hajjaj Yusuf bin Ismail''' ({{Lang-ar|أبو الحجاج يوسف بن إسماعيل‎}}), dikenal sebagai '''Yusuf I''', ({{lahirmati||29|6|1318||19|10|1354}}) adalah penguasa [[Kesultanan Granada]] di [[Semenanjung Iberia]] dari tahun 1333 sampai 1354 M. Ia adalah sultan ketujuh dari [[Banu Nashri|dinasti Nashri]].<ref>https://historica.fandom.com/wiki/Yusuf_I_of_Granada diakses 20 Agustus 2020</ref> <ref>https://www.biografiasyvidas.com/biografia/y/yusuf_i.htm diakses 20 Agustus 2020</ref>

== Masa muda ==
Yusuf bin Ismail lahir pada 29 Juni 1318 (28 Rabiul Akhir 718 AH) di [[Alhambra]], yaitu kompleks benteng istana tempat tinggal dinasti [[Banu Nashri]] yang memerintah [[Kesultanan Granada]]. Ia adalah putra ketiga dari Sultan [[Ismail I dari Granada]] yang sedang berkuasa, salah satu kakaknya kelak menjadi Sultan [[Muhammad IV dari Granada|Muhammad IV]].{{sfn|Vidal Castro: Yusuf I}} Sultan Ismail memiliki empat putra dan dua putri, tetapi Yusuf adalah satu-satunya yang terlahir dari ibunya, seorang {{transl|ar|umm walad}} (budak-selir) yang bernama Bahar. Bahar berasal dari negeri Kristen dan disebut sebagai wanita yang "mulia dalam kebaikan, memelihara diri, dan kesabaran" ({{transl|ar|ṭirf fī 'l-jīr wa 'l-ṣawn wa 'l-rajaḥah}}) oleh [[Ibnu al-Khatib]], sejarawan yang kelak menjadi menteri Yusuf.{{sfn|Vidal Castro: Yusuf I}}{{sfn|Boloix Gallardo|2013|p=72}} Saat Ismail terbunuh pada tahun 1325, Muhammad yang masih berusia 10 tahun menjadi sultan, hingga ia pun dibunuh pada 25 Agustus 1333. Pembunuhan Muhammad IV dalam perjalanan pulang dari perang, saat pasukan Granada bersama [[Kesultanan Mariniyah]] dari [[Maroko|Negeri Maghrib]] berhasil menggagalkan [[Pengepungan Keempat Gibraltar|pengepungan terhadap Gibraltar]] (Jabal Thariq) oleh [[Takhta Kastilia|Kerajaan Kristen Kastilia]].{{sfn|Fernández-Puertas|1997|p=7}} Ibnu al-Khatib menggambarkan Yusuf pada masa mudanya: "berkulit putih, kuat, baik rupanya, dan baik pula budinya," dengan mata yang lebar, rambut hitam lurus dan jenggot yang tebal. Ibnu al-Khatib juga menulis bahwa Yusuf suka berpakaian menawan, dan tertarik dengan seni, arsitektur, suka mengoleksi senjata, dan cukup terampil.{{sfn|Fernández-Puertas|1997|p=8}} Sebelum menjadi sultan, Yusuf tinggal di rumah ibunya.{{sfn|Boloix Gallardo|2013|p=73}}

== Latar belakang sejarah ==
[[Kesultanan Granada]] (Gharnatah) didirikan oleh [[Muhammad I dari Granada|Muhammad I]] dan merupakan kerajaan Muslim terakhir di [[Semenanjung Iberia]], yang disebut [[Al-Andalus]] dalam bahasa Arab.{{sfn|Harvey|1992|pp=9, 40}} Berkat siasat diplomasi dan militernya, kesultanan ini berhasil menjaga kedaulatannya, sekalipun diapit oleh dua kerajaan yang lebih besar: Kastilia yang beragama Kristen di sebelah utaranya, dan Kesultanan Mariniyah yang beragama Islam yang terletak di seberang laut yaitu di Afrika Utara (tepatnya di Maroko sekarang).{{sfn|Harvey|1992|pp=160, 165}} Kesultanan Granada acap kali bersekutu atau berperang dengan kedua kerajaan ini, atau memicu perang antara keduanya, demi mencegah jatuhnya Granada ke tangan salah satu tetangganya itu. Terkadang para sultan Granada juga menyatakan sumpah setia kepada para raja Kastilia, dan membayar [[upeti]] yang merupakan sumber pendapatan penting di kerajaan tersebut.{{sfn|O'Callaghan|2013|p=456}} Dari sudut pandang Kastilia, Granada tak lain adalah sebuah kerajaan [[vasal]]<nowiki/>nya, sedangkan sumber-sumber Muslim tidak menganggap hubungan mereka seperti ini. Sebagai contoh, Muhammad I beberapa kali juga menyatakan sumpah setia kepada raja-raja Muslim lainnya.{{sfn|Harvey|1992|pp=26–28}}

Sultan sebelum Yusuf, yaitu kakaknya Muhammad IV, meminta bantuan Kesultanan Mariniyah untuk mengatasi ancaman dari Kastilia yang bersekutu dengan salah satu panglima Granada, [[Utsman bin Abi al-Ula]], yang mendukung sultan tandingan dalam sebuah perang saudara di Granada. Sebagai imbalan untuk bantuan Mariniyah, Muhammad harus melepas wilayah [[Ronda]] (Rundah), [[Marbella]] (Marbilah), dan [[Algeciras]] (al-Jazirah al-Khadra) kepada Sultan Mariniyah [[Abu al-Hasan Ali bin Utsman|Abu al-Hasan Ali]]. Selanjutnya, pasukan Granada–Mariniyah merebut Gibraltar dari tangan Kastilia dan menggagalkan upaya Kastilia untuk merebutnya kembali, sebelum akhirnya Sultan Granada dan Mariniyah menandatangani perjanjian damai dengan [[Alfonso XI dari Kastilia]] pada 24 Agustus 1333.{{sfn|Vidal Castro: Muhammad IV}} Pembunuhan Muhammad IV terjadi sehari setelah perdamaian tersebut, yaitu pada 25 Agustus (13 Zulhijjah 733 H). Ia ditikam seorang budak yang bernama Zayyan, tetapi dalangnya adalah Abu Tsabit bin Utsman dan Ibrahim bin Utsman, yang merupakan panglima sang sultan. Keduanya adalah putra dari Utsman bin Abi al-Ula yang meninggal pada tahun 1330, dan Abu Tsabit adalah penggantinya sebagai panglima tertinggi [[al-Ghuzat al-Mujahidin]], pasukan Afrika Utara yang membantu militer Granada.{{sfn|Vidal Castro: Muhammad IV}}{{sfn|Fernández-Puertas|1997|p=7}}{{Sfn|Latham|Fernández-Puertas|1993|p=1023}} Menurut sejarawan [[Ibnu Khaldun]], kedua tokoh tersebut membunuh Muhammad karena kedekatannya dengan Sultan Mariniyah yang merupakan musuh politik mereka, sedangkan menurut tawarikh Kastilia, pembunuhan tersebut dilakukan karena Muhammad terlalu akrab dengan Alfonso setelah tercapainya perdamaian.{{sfn|Vidal Castro: Muhammad IV}}{{sfn|Harvey|1992|p=188}}

Dengan direbutnya Gibraltar dan diserahkannya sebagian wilayah Kesultanan Granada kepada Abu al-Hasan, Kesultanan Mariniyah mengusai wilayah yang cukup luas dan pasukan yang cukup besar di Al-Andalus, yang biasanya merupakan wilayah Granada. Wilayah ini termasuk dua kota pelabuhan yang menghadap [[Selat Gibraltar]] yang memisahkan Eropa dan Afrika, yaitu Gibraltar dan Algeciras, sehingga memudahkan mereka menggerakkan pasukan antara Afrika Utara dan Semenanjung Iberia jika diperlukan. Kendali atas perairan Selat Gibraltar dan pelabuhan-pelabuhannya juga merupakan tujuan penting bagi Alfonso, yang ingin menghentikan keterlibatan Muslim dari Afrika Utara di Semenanjung Iberia.{{sfn|Vidal Castro: Yusuf I}}

== Naik takhta ==
Banu Nashri tidak memiliki aturan pewarisan kekuasaan yang rinci, dan sumber-sumber sejarah tidak menyebutkan kenapa Yusuf (yang merupakan putra ketiga Ismail) diangkat sebagai sultan alih-alih kakaknya Faraj (putra kedua Ismail) yang setahun lebih tua.{{sfn|Fernández-Puertas|1997|p=7}}{{sfn|Vidal Castro: Yusuf I}} Terdapat beberapa riwayat mengenai penobatan Yusuf. Menurut sejarawan Brian Catlos, [[hajib]] (semacam mahapatih) [[Abu Nu'aym Ridwan]], yang menyaksikan pembunuhan Muhammad IV, memacu kudanya ke ibu kota, tiba di hari yang sama, bermusyawarah dengan nenek sang sultan [[Fathimah binti al-Ahmar]] dan keduanya lalu mengatur dinobatkannya Yusuf sebagai Sultan.{{sfn|Catlos|2018|p=345–346}} Riwayat ini juga dikutip oleh sejarawan [[L. P. Harvey]] dan Francisco Vidal Castro, yang menyebutnya berasal dari tawarikh-tawarikh Kastilia.{{sfn|Harvey|1992|pp=188–189}}{{sfn|Vidal Castro: Yusuf I}} Vidal Castro lebih mendukung riwayat lain yang menyebut bahwa penobatan Yusuf terjadi di kemah tentara Muslim dekat Gibraltar dan bukan di ibu kota, dan yang menobatkannya adalah dalang pembunuhan Muhammad, Abu Tsabit dan Ibrahim. Vidal Castro juga menyebut bahwa upacara penobatan Yusuf terjadi pada tanggal 26 Agustus (14 Zulhijjah 733 H).{{sfn|Vidal Castro: Yusuf I}}

Karena baru berusia 15 tahun, awalnya Yusuf dianggap belum dewasa dan menurut Ibnu al-Khatib, kekuasaannya hanya terbatas "memilih makanan yang ia makan di meja".{{sfn|Fernández-Puertas|1997|pp=8–9}} Neneknya Fathimah dan Ridwan yang tetap menjadi hajib bertindak sebagai pengasuhnya dan mengendalikan pemerintahan bersama menteri-menteri lainnya. Saat naik takhta, Yusuf menggelari dirinya dengan [[lakab]] ({{transl|ar|laqab}}, gelar kehormatan) al-Mu'ayyad Billah ("Yang Didukung Allah"). Pendiri dinasti Banu Nashri, Muhammad I, juga memiliki gelar lakab (Al-Ghalib Billah, "Pemenang Karena Allah"), tetapi sultan-sultan berikutnya tidak melakukan hal yang sama. Setelah Yusuf memulai kembali praktik ini, hampir semua sultan setelahnya juga memiliki lakab.{{sfn|Vidal Castro: Yusuf I}} Menurut tawarikh Kastilia, Yusuf langsung meminta Abu al-Hasan, sekutu mendiang kakaknya, untuk melindungi kerajaannya.{{sfn|Harvey|1992|p=191}}



== Peristiwa politik dan militer ==
== Peristiwa politik dan militer ==

Revisi per 4 Oktober 2020 19.51

Abul Hajjaj Yusuf bin Ismail
Dinar di masa Yusuf I
Sultan Granada
Berkuasa1333 – 1354 M
Pendahulu Muhammad IV
Penerus Muhammad V
Informasi pribadi
Kelahiran29 June 1318
Alhambra
Kematian19 October 1354
Alhambra
DinastiNashri
AyahIsmail I dari Granada
AgamaIslam

Abul Hajjaj Yusuf bin Ismail (Arab: أبو الحجاج يوسف بن إسماعيل‎), dikenal sebagai Yusuf I, (29 Juni 1318 – 19 Oktober 1354) adalah penguasa Kesultanan Granada di Semenanjung Iberia dari tahun 1333 sampai 1354 M. Ia adalah sultan ketujuh dari dinasti Nashri.[1] [2]

Masa muda

Yusuf bin Ismail lahir pada 29 Juni 1318 (28 Rabiul Akhir 718 AH) di Alhambra, yaitu kompleks benteng istana tempat tinggal dinasti Banu Nashri yang memerintah Kesultanan Granada. Ia adalah putra ketiga dari Sultan Ismail I dari Granada yang sedang berkuasa, salah satu kakaknya kelak menjadi Sultan Muhammad IV.[3] Sultan Ismail memiliki empat putra dan dua putri, tetapi Yusuf adalah satu-satunya yang terlahir dari ibunya, seorang umm walad (budak-selir) yang bernama Bahar. Bahar berasal dari negeri Kristen dan disebut sebagai wanita yang "mulia dalam kebaikan, memelihara diri, dan kesabaran" (ṭirf fī 'l-jīr wa 'l-ṣawn wa 'l-rajaḥah) oleh Ibnu al-Khatib, sejarawan yang kelak menjadi menteri Yusuf.[3][4] Saat Ismail terbunuh pada tahun 1325, Muhammad yang masih berusia 10 tahun menjadi sultan, hingga ia pun dibunuh pada 25 Agustus 1333. Pembunuhan Muhammad IV dalam perjalanan pulang dari perang, saat pasukan Granada bersama Kesultanan Mariniyah dari Negeri Maghrib berhasil menggagalkan pengepungan terhadap Gibraltar (Jabal Thariq) oleh Kerajaan Kristen Kastilia.[5] Ibnu al-Khatib menggambarkan Yusuf pada masa mudanya: "berkulit putih, kuat, baik rupanya, dan baik pula budinya," dengan mata yang lebar, rambut hitam lurus dan jenggot yang tebal. Ibnu al-Khatib juga menulis bahwa Yusuf suka berpakaian menawan, dan tertarik dengan seni, arsitektur, suka mengoleksi senjata, dan cukup terampil.[6] Sebelum menjadi sultan, Yusuf tinggal di rumah ibunya.[7]

Latar belakang sejarah

Kesultanan Granada (Gharnatah) didirikan oleh Muhammad I dan merupakan kerajaan Muslim terakhir di Semenanjung Iberia, yang disebut Al-Andalus dalam bahasa Arab.[8] Berkat siasat diplomasi dan militernya, kesultanan ini berhasil menjaga kedaulatannya, sekalipun diapit oleh dua kerajaan yang lebih besar: Kastilia yang beragama Kristen di sebelah utaranya, dan Kesultanan Mariniyah yang beragama Islam yang terletak di seberang laut yaitu di Afrika Utara (tepatnya di Maroko sekarang).[9] Kesultanan Granada acap kali bersekutu atau berperang dengan kedua kerajaan ini, atau memicu perang antara keduanya, demi mencegah jatuhnya Granada ke tangan salah satu tetangganya itu. Terkadang para sultan Granada juga menyatakan sumpah setia kepada para raja Kastilia, dan membayar upeti yang merupakan sumber pendapatan penting di kerajaan tersebut.[10] Dari sudut pandang Kastilia, Granada tak lain adalah sebuah kerajaan vasalnya, sedangkan sumber-sumber Muslim tidak menganggap hubungan mereka seperti ini. Sebagai contoh, Muhammad I beberapa kali juga menyatakan sumpah setia kepada raja-raja Muslim lainnya.[11]

Sultan sebelum Yusuf, yaitu kakaknya Muhammad IV, meminta bantuan Kesultanan Mariniyah untuk mengatasi ancaman dari Kastilia yang bersekutu dengan salah satu panglima Granada, Utsman bin Abi al-Ula, yang mendukung sultan tandingan dalam sebuah perang saudara di Granada. Sebagai imbalan untuk bantuan Mariniyah, Muhammad harus melepas wilayah Ronda (Rundah), Marbella (Marbilah), dan Algeciras (al-Jazirah al-Khadra) kepada Sultan Mariniyah Abu al-Hasan Ali. Selanjutnya, pasukan Granada–Mariniyah merebut Gibraltar dari tangan Kastilia dan menggagalkan upaya Kastilia untuk merebutnya kembali, sebelum akhirnya Sultan Granada dan Mariniyah menandatangani perjanjian damai dengan Alfonso XI dari Kastilia pada 24 Agustus 1333.[12] Pembunuhan Muhammad IV terjadi sehari setelah perdamaian tersebut, yaitu pada 25 Agustus (13 Zulhijjah 733 H). Ia ditikam seorang budak yang bernama Zayyan, tetapi dalangnya adalah Abu Tsabit bin Utsman dan Ibrahim bin Utsman, yang merupakan panglima sang sultan. Keduanya adalah putra dari Utsman bin Abi al-Ula yang meninggal pada tahun 1330, dan Abu Tsabit adalah penggantinya sebagai panglima tertinggi al-Ghuzat al-Mujahidin, pasukan Afrika Utara yang membantu militer Granada.[12][5][13] Menurut sejarawan Ibnu Khaldun, kedua tokoh tersebut membunuh Muhammad karena kedekatannya dengan Sultan Mariniyah yang merupakan musuh politik mereka, sedangkan menurut tawarikh Kastilia, pembunuhan tersebut dilakukan karena Muhammad terlalu akrab dengan Alfonso setelah tercapainya perdamaian.[12][14]

Dengan direbutnya Gibraltar dan diserahkannya sebagian wilayah Kesultanan Granada kepada Abu al-Hasan, Kesultanan Mariniyah mengusai wilayah yang cukup luas dan pasukan yang cukup besar di Al-Andalus, yang biasanya merupakan wilayah Granada. Wilayah ini termasuk dua kota pelabuhan yang menghadap Selat Gibraltar yang memisahkan Eropa dan Afrika, yaitu Gibraltar dan Algeciras, sehingga memudahkan mereka menggerakkan pasukan antara Afrika Utara dan Semenanjung Iberia jika diperlukan. Kendali atas perairan Selat Gibraltar dan pelabuhan-pelabuhannya juga merupakan tujuan penting bagi Alfonso, yang ingin menghentikan keterlibatan Muslim dari Afrika Utara di Semenanjung Iberia.[3]

Naik takhta

Banu Nashri tidak memiliki aturan pewarisan kekuasaan yang rinci, dan sumber-sumber sejarah tidak menyebutkan kenapa Yusuf (yang merupakan putra ketiga Ismail) diangkat sebagai sultan alih-alih kakaknya Faraj (putra kedua Ismail) yang setahun lebih tua.[5][3] Terdapat beberapa riwayat mengenai penobatan Yusuf. Menurut sejarawan Brian Catlos, hajib (semacam mahapatih) Abu Nu'aym Ridwan, yang menyaksikan pembunuhan Muhammad IV, memacu kudanya ke ibu kota, tiba di hari yang sama, bermusyawarah dengan nenek sang sultan Fathimah binti al-Ahmar dan keduanya lalu mengatur dinobatkannya Yusuf sebagai Sultan.[15] Riwayat ini juga dikutip oleh sejarawan L. P. Harvey dan Francisco Vidal Castro, yang menyebutnya berasal dari tawarikh-tawarikh Kastilia.[16][3] Vidal Castro lebih mendukung riwayat lain yang menyebut bahwa penobatan Yusuf terjadi di kemah tentara Muslim dekat Gibraltar dan bukan di ibu kota, dan yang menobatkannya adalah dalang pembunuhan Muhammad, Abu Tsabit dan Ibrahim. Vidal Castro juga menyebut bahwa upacara penobatan Yusuf terjadi pada tanggal 26 Agustus (14 Zulhijjah 733 H).[3]

Karena baru berusia 15 tahun, awalnya Yusuf dianggap belum dewasa dan menurut Ibnu al-Khatib, kekuasaannya hanya terbatas "memilih makanan yang ia makan di meja".[17] Neneknya Fathimah dan Ridwan yang tetap menjadi hajib bertindak sebagai pengasuhnya dan mengendalikan pemerintahan bersama menteri-menteri lainnya. Saat naik takhta, Yusuf menggelari dirinya dengan lakab (laqab, gelar kehormatan) al-Mu'ayyad Billah ("Yang Didukung Allah"). Pendiri dinasti Banu Nashri, Muhammad I, juga memiliki gelar lakab (Al-Ghalib Billah, "Pemenang Karena Allah"), tetapi sultan-sultan berikutnya tidak melakukan hal yang sama. Setelah Yusuf memulai kembali praktik ini, hampir semua sultan setelahnya juga memiliki lakab.[3] Menurut tawarikh Kastilia, Yusuf langsung meminta Abu al-Hasan, sekutu mendiang kakaknya, untuk melindungi kerajaannya.[18]


Peristiwa politik dan militer

Pada musim semi tahun 1339, setelah berakhirnya perjanjian yang sebelumnya ditandatangani pada tahun 1334, pertengkaran dimulai kembali dengan serangan Marinid ke pedesaan Kastilia. Komandan Marinid di semenanjung, Abu Malik Abd al-Wahid, putra Abu al-Hasan, tewas dalam pertempuran dengan Kastilia pada tanggal 20 Oktober 1339, tetapi pasukan Marinid terus menghancurkan perbatasan Kastilia sampai mereka dikalahkan di Jerez.[19]

Catatan

  1. ^ https://historica.fandom.com/wiki/Yusuf_I_of_Granada diakses 20 Agustus 2020
  2. ^ https://www.biografiasyvidas.com/biografia/y/yusuf_i.htm diakses 20 Agustus 2020
  3. ^ a b c d e f g Vidal Castro: Yusuf I.
  4. ^ Boloix Gallardo 2013, hlm. 72.
  5. ^ a b c Fernández-Puertas 1997, hlm. 7.
  6. ^ Fernández-Puertas 1997, hlm. 8.
  7. ^ Boloix Gallardo 2013, hlm. 73.
  8. ^ Harvey 1992, hlm. 9, 40.
  9. ^ Harvey 1992, hlm. 160, 165.
  10. ^ O'Callaghan 2013, hlm. 456.
  11. ^ Harvey 1992, hlm. 26–28.
  12. ^ a b c Vidal Castro: Muhammad IV.
  13. ^ Latham & Fernández-Puertas 1993, hlm. 1023.
  14. ^ Harvey 1992, hlm. 188.
  15. ^ Catlos 2018, hlm. 345–346.
  16. ^ Harvey 1992, hlm. 188–189.
  17. ^ Fernández-Puertas 1997, hlm. 8–9.
  18. ^ Harvey 1992, hlm. 191.
  19. ^ O'Callaghan 2011, hlm. 169–170.

Sumber

Yusuf I dari Granada
Cabang kadet Banu Khazraj
Lahir: 1318 Meninggal: 1354
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Muhammad IV
Sultan Granada
1333–1354
Diteruskan oleh:
Muhammad V