Hinduisme di Asia Tenggara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Artikel ini merupakan bagian dari seri
Agama Hindu menurut negara

Agama Hindu di Asia Tenggara memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan budaya kawasan dan sejarahnya. Ketika aksara india diperkenalkan dari India, masyarakat Asia Tenggara memasuki zaman sejarah dengan membuat prasasti paling awal mereka sekitar abad ke-1 sampai ke-5 Masehi.[1]

Peradaban Hindu juga mengubah dan membentuk konsep sosial dan status kenegaraan pemerintahan regional Asia Tenggara. Melalui pembentukan kerajaan-kerajaan bercorak India, pemerintahan pribumi kecil yang dipimpin oleh kepala suku kecil ditransformasikan menjadi kerajaan besar dan kekaisaran yang dipimpin oleh seorang maharaja dengan konsep keahlian negarawan mirip dengan yang ada di India. Agama ini melahirkan peradaban bekas Champa di bagian selatan Vietnam Tengah, Funan di Kamboja, Kekaisaran Khmer di Indochina, Kerajaan Langkasuka dan Kedah Lama di Semenanjung Malaya, Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, Kerajaan Medang, Singhasari, dan Majapahit yang berpusat di Jawa, Bali, dan bagian-bagian dari Kepulauan Filipina. Peradaban India mempengaruhi bahasa, aksara, tradisi tertulis, kesusastraan, kalender, sistem kepercayaan, dan aspek artistik dari rakyat dan negara-negara ini.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Zaman kuno[sunting | sunting sumber]

Ekspansi agama Hindu di Asia Tenggara

Cendekiawan India menulis mengenai Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di Jawa dan Sumatra sekitar tahun 200 SM. "Yawadvipa" disebutkan dalam epos paling awal India, Ramayana. Sugriwa, panglima tentara Rama mengirim anak buahnya ke Yawadvipa, Pulau Jawa, untuk mencari Sita.[3] Oleh karena itu, Jawa disebut di India dengan bahasa Sanskerta "yāvaka dvīpa" (dvīpa = pulau). Asia Tenggara sering dikunjungi oleh para pedagang dari India bagian timur, khususnya Kalingga, serta dari kerajaan-kerajaan di India Selatan.

Kerajaan Tarumanagara yang bercorak India didirikan di Jawa Barat sekitar tahun 400-an, membuat prasasti-prasasti di antara yang paling awal dalam sejarah Indonesia. Ada pengaruh agama Buddha yang jelas mulai sekitar tahun 425 di wilayah ini. Sekitar abad ke-6, kerajaan bercorak India Kalingga didirikan di pantai utara Jawa Tengah. Nama kerajaan ini berasal dari Kalingga, pantai timur India.[4] Orang-orang pelaut Asia Tenggara ini terlibat dalam perdagangan yang luas dengan India dan Tiongkok. Yang menarik perhatian orang Mongol, Tiongkok, dan Jepang, serta para pedagang Islam, yang tiba di daerah Aceh Sumatra pada abad ke-12.

Beberapa ilmuwan telah menunjukkan bahwa legenda Ikswaku dan Sumati mungkin berasal dari mitos Asia Tenggara tentang kelahiran manusia dari labu pahit. Legenda Sumati, istri Raja Sagar, menceritakan bahwa dia menghasilkan keturunan dengan bantuan labu pahit.[5]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Cœdès, George (1968). Walter F. Vella, ed. The Indianized States of Southeast Asia. trans.Susan Brown Cowing. University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-0368-1. 
  • Lokesh, Chandra, & International Academy of Indian Culture. (2000). Society and culture of Southeast Asia: Continuities and changes. New Delhi: International Academy of Indian Culture and Aditya Prakashan.
  • R. C. Majumdar, Study of Sanskrit in South-East Asia
  • R. C. Majumdar, India and South-East Asia, I.S.P.Q.S. History and Archaeology Series Vol. 6, 1979, ISBN 81-7018-046-5.
  • R. C. Majumdar, Champa, Ancient Indian Colonies in the Far East, Vol.I, Lahore, 1927. ISBN 0-8364-2802-1
  • R. C. Majumdar, Suvarnadvipa, Ancient Indian Colonies in the Far East, Vol.II, Calcutta,
  • R. C. Majumdar, Kambuja Desa Or An Ancient Hindu Colony In Cambodia, Madras, 1944
  • R. C. Majumdar, Hindu Colonies in the Far East, Calcutta, 1944, ISBN 99910-0-001-1 Ancient Indian colonisation in South-East Asia.
  • R. C. Majumdar, History of the Hindu Colonization and Hindu Culture in South-East Asia
  • Daigorō Chihara (1996). Hindu-Buddhist Architecture in Southeast Asia. BRILL. ISBN 90-04-10512-3. 

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Guy, John (2014). Lost Kingdoms: Hindu-Buddhist Sculpture of Early Southeast Asia, Metropolitan museum, New York: exhibition catalogues. Metropolitan Museum of Art. ISBN 9781588395245. 
  2. ^ "The spread of Hinduism in Southeast Asia and the Pacific". Britannica. 
  3. ^ History of Ancient India Kapur, Kamlesh
  4. ^ Coedès, George (1968). Walter F. Vella, ed. The Indianized States of Southeast Asia. trans.Susan Brown Cowing. University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-0368-1. 
  5. ^ Elst, Koenraad (1999). Update on the Aryan Invasion Debate. Aditya Prakashan. ISBN 81-86471-77-4. ; Sergent, Bernard: Genèse de l'Inde, 1997.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]