Aghlabiyyah
Aghlabiyyah adalah sebuah dinasti Arab penguasa Ifriqiyyah (saat itu mencakup Tunisia, Aljazair timur, dan Tripolitania) dan Sisilia, yang berkuasa antara 800-909 Masehi.[1] Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim bin Al-Aghlab, seorang panglima militer setempat yang mengakui kekuasaan dinasti Abbasiyah dan pada tahun 800 mengambil kekuasaan atas wilayah Ifriqiyyah di Tunisia.[2]
Masa awal
[sunting | sunting sumber]Ibrahim bin Al-Aghlab adalah keturunan seorang pejabat militer Khurasan yang mengabdi pada dinasti Abbasiyah.[2] Ibrahim juga berkarier di bidang militer, dan ia meminta pada Khalifah Harun Al-Rasyid untuk menjadi penguasa Ifriqiyyah pada tahun 800, dengan kewajiban mengumpulkan pajak tahunan sebesar 40.000 dinar dan hak-hak otonomi dalam pengelolaan wilayah tersebut.[1][2] Penguasaannya atas wilayah tersebut tidak terlalu dicampuri oleh khalifah, karena jarak yang begitu jauh antara Baghdad dengan Afrika utara.[1] Ibrahim berhasil menekan pemberontakan Berber Kharijiyah serta para fuqaha (hakim) Maliki di Qayrawan pada masa pemerintahannya.[2]
Penaklukkan Sisilia
[sunting | sunting sumber]Penguasa ketiga Aghlabiyyah, Ziyadatullah I, memulai penyerangan terhadap Sisilia pada tahun 827 dalam upaya untuk merebutnya dari tangan Bizantium. Suatu armada kapal perampas dikerahkan untuk menyerang kapai-kapal dagang musuh dan pantai-pantai Italia selatan, Sardinia, Korsika, dan Alpen maritim, sehingga mampu Aghlabiyyah mampu melemahkan penguasaan Bizantium atas laut Mediterrania.[2] Pada tahun 868, Malta berhasil ditaklukkan; dan akhirnya Sisilia juga ditaklukkan sepuluh tahun kemudian pada tahun 878.[1] Sisilia tetap berada dalam kekuasaan penguasa Muslim sampai dengan penaklukkan Normandia pada abad ke-11, dan merupakan salah satu pusat penyebaran pengaruh peradaban Islam di Eropa.[2]
Kemunduran
[sunting | sunting sumber]Menjelang akhir abad ke-9, kekuasaan Aghlabiyyah mulai mengalami kemunduran.[1] Pemberontakan terjadi di Ifriqiyyah yang dilancarkan oleh suku Berber Ketama yang mendukung penyebaran ajaran Syi’ah oleh Abu Abdullah, seorang utusan Al-Mahdi Ubaidillah sang perintis dinasti Fathimiyah.[2] Upaya Aghlabiyyah untuk mengatasi pemberontakan tersebut maupun permintaan bantuan dari Abbasiyah tidak berhasil, dan penguasa terakhir Ziyadatullah III terusir ke Mesir pada tahun 909.[1] Kekuasaan Aghlabiyyah selanjutnya digantikan oleh dinasti Fathimiyah.[1][2]
Pembangunan
[sunting | sunting sumber]Dinasti Aghlabiyyah melakukan pembangunan di berbagai wilayah yang dikuasainya.[2] Ziyadatullah I memugar kembali Masjid Agung Qayrawan, Ahmad juga memugar Masjid Agung Tunis, sementara para penguasa lainnya juga membangun pertanian dan saluran irigasi di wilayah Ifriqiyyah selatan yang sebelumnya tidak terlalu subur.[2]
Daftar penguasa
[sunting | sunting sumber]Para penguasa Aghlabiyyah adalah sebagai berikut:[2]
- Ibrahim I bin Al-Aghlab (800-812)
- Abdullah I bin Ibrahim (812-817)
- Ziyadatullah I bin Ibrahim (817-838)
- Abu Iqal Al-Aghlab bin Ibrahim (838-841)
- Muhammad I bin Abi Affan (841-856)
- Ahmad bin Muhammad (856-863)
- Ziyadatullah II bin Abil Abbas (863)
- Abul Gharaniq Muhammad II bin Ahmad (863-875)
- Ibrahim II bin Ahmad (875-902)
- Abdullah II bin Ibrahim (902-903)
- Ziyadatullah III bin Abdullah (903-909)
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g Jamil M. Abun-Nasr (1987). A History of the Maghrib in the Islamic Period (edisi ke-berilustrasi, cetak ulang). Cambridge University Press. hlm. 53-59. ISBN 978-0-521-33767-0, 0521337674. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2015-05-18.
- ^ a b c d e f g h i j k C.E. Bosworth (1993). Rachmat Taufiq Hidayat, ed. Dinasti-Dinasti Islam. Penerjemah Ilyas Hasan. Penerbit Mizan. hlm. 45-47.