Bactrocera

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bactrocera
Taksonomi
KerajaanAnimalia
FilumArthropoda
KelasInsecta
OrdoDiptera
FamiliTephritidae
GenusBactrocera
Macquart, 1835
Diversitas
464 spesies
Tata nama
Sinonim takson
  • Aglaodacus Munro, 1984
  • Apodacus Perkins, 1939
  • Chaetodacus Bezzi, 1913
  • Dasyneura Saunders, 1842
  • Hemigymnodacus Hardy, 1973
  • Marquesadacus Malloch, 1932
  • Mauritidacus Munro, 1984
  • Strumeta Walker, 1856
Spesies
B. correcta

B. dorsalis
B. oleae
B. tryoni
B. zonata
B. divenderi

Hundreds more

Lalat buah (Bactrocera sp.) adalah hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran, termasuk tanaman cabai.[1] Serangan lalat buah diperkirakan mencapai 4.790 ha dengan kerugian Rp21,99 miliar.[2] Lalat buah merupakan salah satu hama penyebab gagalnya panen buah.[3]

Morfologi[sunting | sunting sumber]

Lalat buah dewasa ukurannya sedang dan berwarna kuning dan sayapnya datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak cokelat kekuningan.[4] Abdomennya ada pita-pita hitam, sedangkan toraksnya ada bercak-bercak kekuningan.[4] Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras.[4]

Daur Hidup[sunting | sunting sumber]

Dengan ovipositornya, lalat ini menusuk kulit buah.[4] Jumlah telur sekitar 100–120 butir.[4] Setelah 2–3 hari, telur akan menetas dan menjadi berenga.[4] Bernga tersebut akan membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 2 minggu.[4] Bernga yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat terowongan 2–5 cm dan menjadi pupa.[4] Lama masa pupa 7–8 hari.[4]Total daur hidupnya antara 23–34 hari, tergantung keadaan udara. Dalam satu tahun lalat ini kira-kira menghasilkan 8–10 generasi.[4]

Serangan[sunting | sunting sumber]

Lalat buah merupakan hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran.[butuh rujukan]

Gejala serangan[sunting | sunting sumber]

Lalat betina dengan ovipositornya menusuk buah dan meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis.[4] Pada waktu menetas, larvanya akan memakan daging buah hingga warna buah menjadi jelek dan tidak dapat dimakan.[butuh rujukan] Biasanya serangan lalat ini diikuti hama lain.[butuh rujukan] Telur kadang diletakkan tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan batang.[4] Batang yang terserang akan menjadi bisul.[4] Sementara itu buahnya akan menjadi kecil dan berwarna kuning.[4]

Akibat serangan[sunting | sunting sumber]

Misalnya pada tanaman cabai, ciri dari cabai yang terkena serangan hama lalat buah[5] adalah warna kulitnya menjadi hitam mengeras, busuk sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas hasil produksinya, dan menyebabkan cabai akan gugur sebelum waktunya.[6]

Pengendalian[sunting | sunting sumber]

Selama ini, Bractocera dorsalis pada tanaman dapat dikendalikan dengan beberapa cara, di antaranya yaitu insektisida.[7], pemanfaatan musuh alami, pemanfaatan flavonoid dari kulit jeruk manis, dan bioinsektisida.[8]

Insektisida[sunting | sunting sumber]

Tetapi pengendalian dengan insektisida dapat menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan.[7] Seperti resistensi hama terhadap insektisida, resusgensi, matinya organisme bukan sasaran, dan residu insektsida yang membahayakan apabila dikonsumsi oleh manusia.[7]

Bioinsektisida[sunting | sunting sumber]

Bioinsektida adalah mikroorganisme pengendali serangga.[8] Selain penyakit, kendala utama dalam budi daya tanaman adalah serangan hama.[8] Pada awal infeksi bakteri, serangga akan menunjukkan penurunan aktivitas makan dan cenderung mencari perlindungan di tempat tersembunyi (di bawah daun).[8] Sementara larva serangga akan mengalami diare, mengeluarkan cairan dari mulutnya, dan mengalami kelumpuhan pada saluran makanan.[8] Sebuah penelitian melaporkan bahwa ekstrak tanaman Citrus hystrix (jeruk purut) dan Tephrosia vogelii (kacang babi) dapat menghambat proses peneluruan dari Bactrocera sp. pada pertanaman cabai merah.[9]


Pemanfaatan Musuh Alami[sunting | sunting sumber]

Pengelolaan hama Lalat buah (Bactrocera dorsalis) dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati dalam agroekosistem.[7] Seperti pengendalian Bractocera dorsalis yang sudah dilakukan adalah dengan pemanfaatan musuh alami sebagai agen pengendali.[7] Di mana dalam aplikasinya perlu ditunjang oleh beberapa hal, yaitu teknik perbanyakan inangnya yaitu B. dorsalis dengan menggunakan pakan buatan; eksplorasi, identifikasi musuh alami, yakni parasitopid B. dorsalis serta peranannya dalam pengelolaan hama lalat buah; dan manipulasi musuh alami melalui praktik agronomis agar efektif sebagai agen pengendali hayati.[7]Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) di Bogor telah melakukan serangkaian penelitian pengendalian hama tersebut.[7] Pengendalian yang dipilih menggunakan minyak cemara hantu (Melaleuca braceata) dan minyak selasih (Ocimum sanctum) yang berpeluang menjadi atraktan karena mengandung metil eugenol yang cukup tinggi. Sifatnya sebagai atraktan dapat menarik lalat buah. Akan tetapi tidak membunuhnya.[7] Tanaman selasih ungu (Ocimum sanctum Linn) juga dapat dimanfaatkan sebagai atraktan lalat buah pada tanaman jambu biji (Psidium guajava).[10] Pemanfaatan atraktan dapat pula dilakukan dengan kombinasi metil eugenol, protein hidrolisat, dan lem beraroma dengan menggunakan perangkap bola berwarna dalam menangkap lalat buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 spesies lalat buah yang tertangkap oleh bola perangkap. Kombinasi bola perangkap berwarna menggunakan atraktan metil eugenol dan lem beraroma dapat menangkap lalat buah lebih banyak. Sedangkan bola perangkap protein hidrolisat relatif sedikit, namun banyak lalat buah betina yang tertangkap dalam perangkap protein hidrolisat dibandingkan metil eugenol dan lem beraroma. Tangkapan lalat buah pada bola perangkap dipengaruhi oleh curah hujan.[11]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Hlmn:22. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve
  2. ^ Media Bisnis Indonesia 2003
  3. ^ Perhimpunan Etomologi Indonesia. Cabang Bogor. 1999. Prosiding, Perhimpunan Etomologi Indonesia. Bogor:Perhimpunan Entomologi Indonesia, Cabang Bogor
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n Pracaya.1999. Hama penyakit tanaman. Hlmn: 275-274. ISBN 979-489-098-7. Bogor: Niaga Swadaya
  5. ^ Sari, Dewi Wulan (2017, Juni). "Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) Dan Preferensi Peletakan Telur Pada Tingkat Kematangan Buah Belimbing di Desa Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu Sumatera Utara". Agrotekma. 1 (2): 102–110. doi:10.31289/agr.v1i2.1128. 
  6. ^ Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press
  7. ^ a b c d e f g h Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York: Lewis Publisher
  8. ^ a b c d e Agrios. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Hlmn: 20-23. ISBN 979-006-279-6. Jakarta: Agromedia Pustaka
  9. ^ http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56345 Evaluasi Lima Ekstrak Tanaman sebagai Penolak Lalat Buah Bactrocera sp. (Diptera: Tephritidae) pada Cabai Merah.
  10. ^ http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/4111 Pemanfaatan Tanaman Selasih Ungu (Ocimum sanctum Linn) Sebagai Atraktan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis) Pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava) Dalam Rangka Pengembangan Pestisida Nabati Ramah Lingkungan
  11. ^ http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46796 Keefektifan tiga atraktan menggunakan bola berwarna dalam menangkap imago lalat buah pada jambu biji di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor