Decakan kontur tekanan paru-paru atau pulmonis, juga sering disebut konsonan lidah-pulmonis sekuensial, merupakan konsonan yang bertransisi dari decakan menjadi suara tekanan paru-paru (pulmonis, atau lebih tepatnya, memiliki jeda antar keduanya yang terdengar antara pelepasan depan dan belakang dari decakan. Semua tipe decakan (decak rongga-gigiǃ, gigiǀ, sisiǁ, langit-langitǂ, tarik-belakang‼, dan dwibibirʘ) memiliki varian lidah-pulmonis (linguo-pulnonis) yang terjadi sebagai hentian maupun gesekan, dan ditemukan dalam empat tope fonasi: halus, bersuara, teraspirasikan dan gumaman (suara hembusan). Terdapat juga fonasi nirsuara dari konsonan lidah-pulmonis yang ditemukan dalam semua bahasa-bahasa Khoisan yang dituturkan di Afrika bagian (rumpun bahasa Khoe, Tuu, dan Kxʼa), juga (dilaporkan) terdapat di bahasa Bantu Yeyi di daerah yang sama, tetapi konsonan tersebut tidak terjadi pada bahasa yang sama di daerah yang lain.
Sebelumnya decakan kontur dipercaya sebagai konsonan tekak pada artikulasi belakangnya, sedangkan decakan non-kontur diyakini sebagai konsonan langit-langit belakang. Akan tetapi, pada saat ini diketahui bahwa semua decakkan merupakan konsonan tekak, setidaknya pada bahasa yang telah diteliti, dan artikulasi pada decakan ini lebih kompleks dari apa yang ada pada bahasa lain, tetapi tidak terdapat pada daerah lainnya. Miller (2011) menganalisa konsonan tersebut sebagai kontur decak (dimana konsonan ini berfungsi sebagai transisi satu jenis suara ke suara lainnnya pada satu konsonan saja), sedangkan Nakagawa (2006)[1] menganalisa konsonan tersebut sebagai rentetan decakan yang diikuti oleh konsonan tekak (dimana berperan sebagai gugus konsonan). Dampak positif adanya analisa gugus konsonan tersebut menyebabkan turunnya jumlah kotak konsonan secara drastis dari suatu bahasa. Sebagai contoh, Taa memiliki 164 konsonan yang diketahui, termasuk 111 (dan potensial sebesar 115) decakan, dan juga bahasa Ubykh yang memiliki kotak konsonan non-decak yang sangat besar, sekitar 80 (84 jika ditambahkan dengan kata pinjam) konsonan. Dengan adanya analisa gugus konsonan, decakan yang ada pada bahasa Taa turun menjadi 43, dan hanya ada 87 konsonan pada Ubykh yang justru membuatnya bertambah.[2][a] Akan tetapi, terdapat beberapa kelemahan dari analisa gugus konsonan: Walaupun himpunan decakan dan himpunan nirdecak sering dijajarkan, dalam beberapa bahasa disana yang memiliki konsonan yang dianggap sebagai gugusan tidak pernah terjadi sendiri-sendiri, sehingga tidak menyebabkannya terjadi dengan konsonan jenis lain. Juga, semua bahasa lain di dunia yang memperbolehkan munculnya himpunan obstruen (seperti s dan t pada steep, dan gugus decak dapat ditemukan dalam bentuk serupa) juga memperbolehkan terjadinya gugus konsonan dengan sonoran didalamnya (seperti r dalam kreteg dalam bahasa Jawa). Walaupun begitu, tidak ada bahasa rumpun Khoisan yang memperbolehkan terjadinya gugus dalam konsonan manapun, decak maupun tidak, dengan sonoran seperti l, r, y atau w. Miller menyimpulkan bahwa jumlah konsonan yang sangat besar dalam bahasa-bahasa ini merupakan konsonan nyata, sebagai konsekuensi dari jumlah permutasi decakan yang lebih besar, di mana ada dua tempat artikulasi yang dapat dimanipulasi secara independen.[b]
Secara fonetis, konsonan lidah-pulmonis merupakan sebuah decakan yang artikulasi depan dan belakang dilepaskan secara sendiri-sendiri. Artikulasi depan dibuat dengan lidah depan ataupun bibir dan dilepaskan dengan aliran udara lingual seperti layaknya decakan manapun. Akan tetapi, artikulasi belakang ditahan lebih lama dan menghasilkan aliran udara paru-paru saat dilepaskan (konsonan lidah-sembur hampir sama dengannya, kecuali jika pelepasan kedua adalah konsonan sembur). Konsonan seperti itu memiliki hentakan pelepasan ganda, satu merupakan ingresif (udara ditarik oleh lidah) dan yang lainnya egresif (udara didorong oleh paru-paru). Artikulasi belakang muncul sebagai keduanya: hal ini membantu dalam membuat hisapan yang kuat pada awalnya dan kemudian dengan sendirinya dilepaskan untuk fase kedua. Karena lidah bagian belakang berfungsi di artikulator dan bagian tekak ataupun faringal dari mulut untuk membuat hentakan dan kedua hentian hampir dilepaskan secara bersamaan dalam satu waktu, dan pelepasan kedua dari konsonan juga merupakan konsonan tekak.
^Dalam analisa Naumann, tidak hanya decakan kontur yang dinilai sebagai gugus konsonan, tetapi juga 20 fonem lainnya dianalisa sebagai hal yang sama.
^Terdapat juga konsonan yang lebih kompleks, seperti konsonan langit-langit belakang dwibibir[k͡p], [ɡ͡b], dan [ŋ͡m], tetapi dalam kasus seperti ini, kedua daerah artikulasi tidak dilepaskan secara sendiri-sendiri.
Dalam satu sel tabel, simbol-simbol di sebelah kanan adalah bersuara, di sebelah kiri adalah tidak bersuara atau nirsuara. Petak-petak yang digelapkan menandakan penyebutan yang dianggap mustahil.