Don Bosco Selamun
Artikel ini kemungkinan ditulis dari sudut pandang penggemar, alih-alih sudut pandang netral. |
Don Bosco Selamun | |
---|---|
Lahir | Selamun Yoanes Bosco 21 April 1958 Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Indonesia |
Pekerjaan | Pemimpin redaksi, wartawan |
Situs web | http://www.donboscoselamun.com |
Don Bosco Selamun atau Selamun Yoanes Bosco atau biasa dikenal dengan DBS sesuai inisial namanya (lahir 21 April 1958) adalah Jurnalis senior Indonesia yang membesarkan Metro TV dan mendirikan BeritaSatu TV. Setelah 5 tahun membesarkan BeritaSatu TV, tepat 25 November 2016, atau di HUT ke-16 Metro TV, Don Bosco Selamun kembali ke Metro TV dan menggantikan Putra Nababan sebagai Direktur Pemberitaan sekaligus Pemimpin Redaksi Metro TV.[1] Pada 9 September 2019 saat Arief Suditomo masuk sebagai pemimpin redaksi MetroTV, Don hanya berposisi sebagai Direktur Pemberitaan....
Kisah Masa Kecil
[sunting | sunting sumber]DBS terlahir sebagai anak kampung. Jauh, di sebuah kampung yang berhawa sejuk, Bonda, di Manggarai Flores, Nusa Tenggara Timur. Sebagai anak petani di pelosok. Sebagai anak kampung, DBS terbiasa dengan keadaan yang serba jauh dari kecukupan, jauh dari akses sekolah, tempat ibadah, apalagi tempat belanja dan hiburan. Jangankan mall, untuk pergi ke pasar saja, DBS sebagaimana orang-orang di kampung, harus berjalan kaki sejauh 9 km. Ayahnya punya usaha kecil-kecilan. Ibunya memilih mengabdikan seluruh hidupnya sebagai ibu rumah tangga. Merawat, membesarkan, dan mendidiknya bersama 3 adik-adiknya yang lain, yang kebetulan semuanya putri. Keluarga yang hidup bahagia dalam kesederhanaan. Sederhana dalam kebahagiaan. Mungkin karena tak ada pilihan lain baginya dan keluarga, kecuali sederhana dan membahagiakan diri sebisanya. Sewaktu keluarganya memutuskan dirinya harus melanjutkan pendidikan di SMP Seminari Pius XII Kisol, Manggarai yang berjarak sekitar 120 km dari kampungnya di Bonda, DBS girang bukan kepalang. Tapi jangan membayangkan hal yang serba mudah tentang masa-masa sekolah bagi anak-anak di kampungnya. Perjalanan 12 km pergi dan pulang, harus dia capai dengan berjalan kaki. Menaiki dan menuruni satu bukit dengan bukit berikutnya. Bahkan harus mencopot sepatu dan baju karena harus berenang menyeberangi satu sungai. Kalau kisah ini diceritakannya ke anak-anaknya di rumah, mereka semua tak percaya, bahwa untuk bisa sampai ke sekolah, anak-anak sepertinya saat itu harus berjuang demikian panjang.[2]
Karier
[sunting | sunting sumber]DBS memulai karier jurnalistiknya puluhan tahun silam dari media cetak. Karier ini ditekuninya dengan tekun meskipun berbagai media mengujinya sebagai wartawan ulung. Don Bosco Selamun merupakan jurnalis yang sudah malang melintang di dunia pertelevisian. Dia cukup lama di SCTV dan pernah menjabat Wakil Pemimpin Redaksi SCTV. Namun, kemudian dia pindah ke Metro TV dan didapuk menjadi Pemimpin Redaksi pada tahun 2003.[3] Pada 2007, Don Bosco keluar dari Metro TV, karena terpilih sebagai anggota KPI periode 2007-2010. Ia mundur dari KPI tahun 2009, lalu kembali ke SCTV dan didapuk sebagai Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV, dan pada tahun 2011 diminta James Riady membidani kelahiran BeritaSatu TV di bawah Lippo Group. 5 tahun DBS membesarkan BeritaSatu TV menjadi salah satu stasiun televisi berita yang diakui dan percaya diri.
24 November 2016, Don Bosco Selamun, salah satu tokoh utama yang membangun industri televisi berita di Indonesia, akhirnya harus mengucapkan selamat berpisah kepada Beritasatu News Channel, yang selama lima tahun mendapat polesan sang maestro dan tumbuh menjadi salah satu sumber berita video yang disegani di tanah air.
Dan lagi-lagi, yang dia wariskan adalah sebuah stasiun televisi yang mampu mengemas berita secara bermartabat, mendahulukan kepentingan masyarakat daripada kontroversi, menempatkan fakta di depan opini, memancing kecerdasan pemirsa bukan amarah mereka, dan mengesampingkan yang negatif kalau ada sisi positif sebuah berita.
DBS yang telah melanglang buana di stasiun-stasiun televisi lainnya, di mana pun dia berada, ketertarikannya hanya satu: pemberitaan atau news reporting. DBS adalah wartawan yang sangat fokus.
Dia mengimbangi fokusnya dengan dedikasi. Ketika mulai merintis Beritasatu TV sebagai pemimpin redaksi praktis dari nol, dia menanggalkan nama besar sebelumnya bersama stasiun televisi lain, ke mana-mana membawa kartu nama dan memperkenalkan diri dengan mantap: "Saya Don Bosco, dari Beritasatu TV".
Teladan ini menular kepada semua jajaran di bawahnya, sehingga reporter dan kameramen bertugas dengan bangga dan tanpa ragu meskipun brand yang mereka wakili ketika itu belum dikenal luas oleh masyarakat dan narasumber.
Selain itu, Don Bosco punya keluwesan bersikap yang membuatnya tetap difungsikan sebagai pewarta berita di luar tugasnya sebagai pemimpin redaksi. Dia tidak segan mengamati dan memberi saran bagi mereka yang baru pertama kali tampil di depan kamera. Namun dia juga menempatkan diri sebagai news anchor papan atas yang disegani sehingga dari menteri, pimpinan KPK sampai presiden bisa lebih dari sekali tampil di program yang membawa inisial namanya: "DBS to the Point".[1]
DBS kembali ke Metro TV, kembali ke rumah lamanya sebagai Pemimpin Redaksi setelah terakhir meninggalkan jabatan itu satu dekade lalu. Membidani lagi tugasnya, dimana ia pernah menjadi pemimpin televisi itu saat melewati peliputan bencana tsunami dan penyanderaan Meutya Hafid dan Budiyanto di Irak: memori yang tak akan hilang dari kenangan pemirsa terhadap Metro TV yang kini besar itu. Saat ini, ia membawakan acara mingguan "Metro TV Newsroom" bersama dengan wakil pemimpin redaksi MetroTV, Kania Sutisnawinata.