Lompat ke isi

Filipos I Filadelfus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Filipos I Filadelfus
Koin logam dan Filipos I dengan rambut keritingnya
Potret Filipos I di bagian depan Tetradrakhma
Raja Seleukia
Berkuasa94–83 atau 75 SM
PendahuluSeleukos VI, Demetrius III, Antiokhos X
PenerusAntiokhos XIII, Kleopatra Selini
KelahiranAntara 124 dan 109 SM
Kematian83 atau 75 SM
KeturunanFilipos II
DinastiSeleukia
AyahAntiokhos VIII
IbuTryphaena

Filipos I Epifanis Filadelfus (bahasa Yunani: Φίλιππος Ἐπιφανής Φιλάδελφος; antara 124 dan 109 SM – 83 atau 75 SM) adalah seorang raja Seleukia periode Helenistik yang memerintah dari 94 hingga 83 atau 75 SM. Ayahnya bernama Antiokhos VIII dan istrinya Tryphaena, ia menghabiskan masa kecilnya dalam periode perang sipil antara ayahnya dengan pamannya Antiokhos IX. Konflik ini berakhir dengan pembunuhan Antiokhos VIII dan terjadinya suksesi yang berlangsung cepat di Ibukota Suriah Antiokhia, dari Antiokhos IX ke Seleukos VI (anak tertua Antiokhos VIII).

Setelah pembunuhan Seleukos VI pada 94 SM, Filipos I menjadi Raja bersama saudara kembarnya Antiokhos XI dan merencakan untuk membalaskan dendam Seleukos VI. Antiokhos XI merebut Antiokhia dari Antiokhos X (putra Antiokhos IX) pada tahun 93 SM. Antiokhos XI kemudian menjadi Raja Senior dan Filipos I tetap di Kilikia. Pada tahun yang sama, Antiokhos X kembali dan membunuh Antiokhos XI. Lalu Filipos I bersekutu dengan adiknya Demetrius III yang berbasis di Damaskus. Antiokhos X diperkirakan terbunuh pada tahun 88 SM. Demetrius III merebut Ibu kota dan menyerbu Filipos I di Berea (Aleppo), tetapi Filipos I berhasil menang dan merebut kembali Antiokhia. Adik bungsu mereka Antiokhos XII kemudian merebut Damaskus.

Filipos I gagal atas usahanya merebut Damaskus untuk dirinya, kemudian ia menghilang dari catatan sejarah, tidak ada informasi tentang kapan dan bagaimana ia meninggal. Kaum Antiokhia ternyata menolak untuk menerima putra kecilnya Filipos II sebagai penerusnya, lalu mengundang Tigranes II dari Armenia mengambil alih kota tersebut. Sementara invasi Tigranes II tersebut diketahui pada 83 SM (para ahli setuju bahwa Filipos I meninggal pada tahun tersebut) dan konflik diperkirakan terjadi pada tahun 74 SM. Bukti-bukti numismatika dan petunjuk dalam literatur kontemporer menunjukkan bahwa Filipos I diperkirakan meninggal tahun 75 SM, membiarkan Kleopatra Selini (mantan istri Antiokhos X) dan anaknya Antiokhos XIII yang menguasai daerah Selatan setelah kematian Antiokhos XII pada tahun 82 SM, setahun penuh merebut seluruh kerajaan. Filipos I mengawali reformasi dan mata uang logamnya masih beredar hingga Republik Romawi menaklukan Suriah pada tahun 64 SM. Otoritas Romawi tetap melanjutkan penerbitan mata uang logam bergambar Filipos I hingga tahun 13 SM.

Latar belakang dan kehidupan awal

[sunting | sunting sumber]
Koin bergambar ayah Filipos I, Antiokhos VIII

Dinasti Seleukia yang memerintah setelah kematian Aleksander Agung, diganggu oleh permusuhan Dinasti selama abad ke-2 SM.[1] Perseteruan ini semakin meruncing dengan campur tangan Kerajaan Ptolemaik dan Republik Romawi.[2] Pernikahan antar Dinasti digunakan untuk mempertahankan perdamaian antara Kerajaan Ptolemaik dan Suriah.[3] Putri Kerajaan Ptolemaik Cleopatra Thea menjadi permaisuri tiga Raja Suriah berturut-turut pada tahun 150, 145 dan 138 SM.[4] Suriah hancur perlahan-lahan karena perang sipil,[5] sebagaimana Raja-raja Seleukia dan keturunannya memperebutkan kekuasaan yang mengakibatkan terjadinya perpecahan di negeri tersebut. Hal ini berlangsung hingga kira-kira tahun 123 SM, ketika Antiokhos VIII menciptakan tingkat stabilitas yang berlangsung hanya satu dekade hingga Antiokhos IX menyatakan dirinya sebagai Raja.[6]

Antiokhos VIII menikah dengan Putri Dinasti Ptolemaik, Tryphaena pada tahun 124 SM,[7] memiliki lima anak,[8] yakni: Seleukos VI sebagai anak tertua,[9] Antiokhos XI dan Filipos I merupakan anak kembar,[cat 1][11], adiknya Demetrius III[12] dan yang paling bungsu Antiokhos XII.[13] Nama Filipos (bahasa Yunani: Φίλιππος; Fílippos) berarti "pecinta kuda".[14] Raja-raja Seleukia umumnya bernama Seleukos dan Antiokhos, "Filipos" digunakan oleh Dinasti Antigonidai sebagai nama dalam Kerajaan dan digunakan oleh Dinasti Seleukia yang diturunkan dari Dinasti Antigonidai melalui Ratu Stratonike yang mungkin diartikan sebagai pewaris dari yang terakhir.[15]. Perang dengan Antiochus IX merenggut nyawa Tryphaena pada tahun 109 SM.[16] Setelah pembunuhan Antiokhos VIII pada tahun 96 SM, istri keduanya yang merupakan adik Tryphaena, Kleopatra Selini menikah dengan Antiokhos IX yang merebut Antiokhia.[17] Kemudian anak-anak Antiokhos VIII tidak ingin tunduk kepada pamannya, lalu Seleukos VI merebut kembali Antiokhia pada tahun 95 SM setelah membunuh Antiokhos IX,[18] sementara Demetrius III merebut dan memerintah Damaskus.[9] Anak Antiokhos IX yakni Antiokhos X lalu menikahi Kleopatra Selini dan mengalahkan Seleukos VI,[19] yang melarikan diri ke Mopsuestia, di mana ia dibunuh oleh pemberontak pada tahun 94 SM.[20]

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]
Koin logam bergambar Antiokhos XI and Filipos I

Filipos I dan Antiokhos XI mungkin tinggal di Kilikia selama pemerintahan Seleukos VI.[21] Tak lama setelah kematian saudara mereka, Filipos I dan Antiochus XI mencetak koin jugate dengan potret mereka pada tahun 94 SM.[11] Sejarawan Alfred Bellinger menyatakan bahwa basis operasi mereka adalah kota pesisir di utara Antiokhia,[22] tetapi menurut ahli numismatika Arthur Houghton, Berea adalah kandidat yang lebih kuat karena penguasa kota adalah sekutunya Filipos I.[23] Semua koin jugate dicetak di Kilikia, dari seri dengan spesimen yang masih ada, paling banyak mungkin diterbitkan di Tarsus, yang menjadikannya sebagai basis operasi.[24] Antiokhos XI digambarkan di depan saudaranya, menunjukkan bahwa dia adalah Raja senior.[cat 2][25] Mereka mendapatkan legitimasi dari Antiokhos VIII dan digambarkan pada koin logam dengan Hidung akuilinus yang mirip dengan Ayah mereka.[26] Raja-raja Helenistik tidak menggunakan nomor regnal[cat 3] yang merupakan kebiasaan modern, sebaliknya mereka menggunakan nama julukan untuk membedakan dirinya dengan orang yang bernama sama dalam lingkungan Kerajaan.[27][28] Pada koin logamnya, Filipos I menggunakan nama julukan Epifanis ("yang agung atau terkemuka") dan Filadelfus ("mencintai saudara").[29] Mereka berdua bermaksud untuk membalaskan dendam Seleukos VI,[cat 4][11] menurut seorang penulis abad ke-4 Eusebius, mereka menghancurkan Mopsuestia.[cat 5][10]

Pemerintahan di Kilikia dan Berea

[sunting | sunting sumber]
Tetradrakhma Filipos I yang dicetak in Kilikia

Sementara Filipos I tetap di Kilikia, Antiokhos XI bergerak maju ke Antiokhia dan mengusir keluar Antiokhos XI dari kota pada awal tahun 93 SM.[24] Filipos I tidak tinggal di kota metropolis Suriah tersebut dan meninggalkan Antiokhos XI sebagai penguasa Ibukota.[cat 6][32] Pada musim gugur tahun 93 SM, Antiokhos X kembali ke Antiokhia dan berhasil mengalahkan Antiochus XI yang tenggelam di sungai Orontes.[11] Sejarawan abad ke-1 Yosefus hanya menyebutkan Antiokhos XI dalam pertermpuran, tetapi Eusebius menulis bahwa Filipos I juga berada di tempat itu. Alfred Bellinger meyakini bahwa pasukan Filipos I turut berpartisasi, tetapi ia tetap di markasnya, karena yang terbunuh hanya Antiokhos XI.[25] Setelah kekalahan tersebut, Filipos I diperkirakan mundur ke Ibukotanya yang mungkin merupakan basis yang sama dari ia dan saudara kembarnya merencanakan untuk membalaskan dendam kakaknya Seleukos VI.[33] Antiokhos X akhirnya menguasai Kilikia,[13] sementara Filipos I mungkin menguasai Berea sebagai markasnya.[34]

Demetrius III mungkin telah bergerak ke arah utara untuk mendukung Antiokhos XI dalam suatu pertempuran pada tahun 93 SM [35] dan ia tentunya mendukung Filipos I dalam perjuangan melawan Antiokhos X.[36] Eusebius menulis bahwa Filipos I mengalahkan Antiokhos XI dan menggantikan kedudukannya di Ibukota pada tahun 92/93 SM. (200 SE (tahun Seleukia)).[cat 7] Bagaimanapun juga, Eusebius tidak mencatat masa pemerintahan Antiokhos XI atau menyebutkan Demetrius III.[10] Catatan tersebut bertentangan dengan bukti-bukti arkeologis yang ditampilkan dalam pengaruh pasar yang dimiliki oleh Antiokhos XI dari tahun 92 SM dan berisi kesalahan-kesalahan faktual.[38] Seorang pendeta dan ahli numismatika Edgar Rogers meyakini bahwa Filipos I memerintah Antiokhia segera setelah Antiokhos XI,[39] tetapi memberi saran bahwa Filipos I mengendalikan Antiokhia sebelum kematian Antiokhos X dan Demetrius III dapat ditolak, karena bertentangan dengan bukti numismatika dan tidak ada sumber kuno yang menyatakan bahwa Demetrius III yang sebenarnya menggantikan Antiokhos X di Antiokhia yang mendorong Filipos I untuk keluar dari kota tersebut.[34]

Bagaimanapun juga, Antiokhos X menghilang dari catatan setelah tahun 92 SM,[38] tetapi tetap dapat memerintah hingga tahun 224 SE (89/88 SM).[34] Ia mungkin gugur dalam pertempuran melawan Partia.[cat 8] Dengan mengambil keuntungan dari gugurnya Antiokhos X, Demetrius III bergegas menuju ke Ibukota dan mendudukinya,[42] hal ini menyebabkan Filipos I memutuskan persekutuan (aliansi) dengan adiknya.[12] Dengan sebagian besar Suriah ditangan Demetrius III, Filipos I mundur kembali ke markasnya.[cat 9][12] Pada tahun 88 SM, Demetrius III bergerak maju ke Berea untuk pertempuran terakhirnya dengan Filipos I.[12] Untuk meningkatkan kekuatan, Straton (aliansi Filipos I) penguasa Berea, memanggil Aziz dari Arab dan Gubernur Partia, Mithridates Sinaces untuk meminta bantuan. Sekutu ini berhasil mengalahkan Demetrius III yang kemudian ditangkap dan ditawan di Partia. Setiap tawanan yang merupakan warga Antiokhia dibebaskan tanpa tebusan, suatu sikap yang memudahkan Filipos I dalam menduduki Antiokhia.[44]

Pemerintahan di Ibukota

[sunting | sunting sumber]
Peta Suriah sekitar 87 SM
Wilayah kekuasaan Filipos I ca 87 BC

Tak lama setelah petempuran, Filipos I memasuki Ibukota Suriah kira-kira pada akhir tahun 88 SM atau awal 87 SM[12] dan Kilikia berada dibawah kekuasannya.[45] Ia dihadapi oleh kebutuhan untuk mengisi kembali perbekalan dan perbendaharaaan yang habis untuk membangun kembali negeri yang hancur setelah perang sipil bertahun-tahun.[46] Faktor-faktor ini dikombinasikan dengan estimasi akan cetakan uang logam tahunan yang rendah, digunakan oleh pendahulu Filipos I di Antiokhia, Antiokhos X (pemerintahan keduanya) dan Demetrius III, dibandingkan dengan estimasi umum cetakan uang logam dari Raja-raka Seleukia. Mendorong seorang ahli numismatika Oliver D. Hoover mengusulkan bahwa Filipos I menciptakan kembali uang logam dari pendahulunya dan mengubah cetakannya.[47] Hal ini menampilkan mata uang yang memuat gambar Filipos I yang beratnya telah berkurang dari berat standar 1.600 g (56 oz) menjadi 15,65 g (0,552 oz). Hal ini menghasilkan keutungan setengah obolos pada setiap koin logam yang dibuat.[48] Namun, tujuan utama Filipos I bukanlah keuntungan, namun lebih memungkinkan bahwa ia ingin membayar pasukannya dengan uang logam yang bergambar citranya sendiri daripada lawannya. Pencetakan kembali uang logam juga diperlukan karena koin Filipos I selain lebih ringan dan dibutuhkan oleh Raja untuk melaksanakan penggunaan mata uangnya dengan menghilangkan mata uang logam lawannya yang lebih berat dari peredaran.[49] Filipos I mungkin telah mengadopsi sistem penanggalan baru era Seleukia yang ditandai dengan kembalinya Antiokhos VIII dari pengasingannya di Aspendos pada 200 SE (113/112 SM) sebagai titik awal. Era baru tahun Seleukia secara umum dimulai pada 1 SE (312/311 SM).[37]

Kedudukan tahta Filipos I tidaklah aman, Kleopatra Selini dan Antiokhos XIII bersembunyi di Suriah, sedangkan putranya Antiokhos X menunggu kesempatan untuk merebut kembali tahtanya, sementara Antiokhos XII menggantikan Demetrius III di Damaskus. Tetapi tidak ada bukti yang dapat ia cari untuk bersaing dengan kakaknya untuk Antiokhia.[47] Menurut Yosefus, Filipos I mengambil keuntungan dari ketidak hadiran Antiokhos XII dalam gerakan melawan Nabatea untuk merebut Damaskus.[35] Gubernur kota bernama Milesius, yang membuka gerbang kota untuk Filipos I tidak diberikan hadiah yang cukup dari majikan barunya, yang membuatnya menunggu hingga Filipos I keluar dari kota, lalu menutup gerbang kota dan mengunci Raja didalam kota serta menunggu hingga Antiokhos XII kembali.[50] Dalam Dinasti Seleukia uang logam yang dibuat dalam gerakan melawan musuh (perebut tahta), menunjukkan gambar Raja dengan janggut.[51] Penampilan Antiokhos XII tidak berjanggut dalam masa dua tahun pertama pemerintahannya. Pada tahun 228 SE (85/84 SM) ia tampil berjanggut, mungkin terdapat kaitan dengan penyerangan Filipos I atas Damaskus. Namun karena Antiokhos XII tidak bergerak ke utara melawan kakaknya, maka hipotesis tentang keterkaitan antara janggut Antiokhos XII dan upaya Filipos I merebut Damaskus, menjadi lemah. Tidak ada koin logam dengan gambar Filipos I dibuat di Damaskus yang menandai bahwa pendudukannya di kota itu hanya sebentar.[35]

Akhir dan suksesi

[sunting | sunting sumber]

Filipos I menghilang dari catatan literatur setelah penyerangan atas Damaskus. Sebagian besar ahli secara umum menerima kematian Filipos I pada 83 SM, walaupun tanpa bukti. Ia mungkin saja di makamkan di Nikatoreion Mausoleum, Seleukia Prieria.[cat 10][52] Umumnya, sebagian besar ahli menganggap bahwa Filipos I digantikan oleh Tigranes II dari Armenia yang diundang oleh orang-orang Antiokhia meskipun ada putra muda Filipos I, yakni Filipos II.[53] Sejarawan abad ke-2, Appianos menetapkan kekuasaan Tigranes II selama empat belas tahun yang berakhir pada tahun 69 SM, namun sebagian besar ahli lebih menerima versi sejarawan kuno, yakni tahun 83 SM.[54] Kematian Filipos I menjadi sumber perdebatan di kalangan akademisi, mengingat tidak ada petunjuk tentang bagaimana, di mana dan kapan hidupnya berakhir.[cat 11][55] Banyak teori yang dikemukakan oleh sejarawan berbeda:

Prasasti Filipos II
  • Lolos ke Kilikia: Sebuah prasasti Filipos II ditemukan di kota kuno Olba, Ibukota kerajaan pendeta Kilikia.[56] Sejarawan Auguste Bouché-Leclercq menyimpulkan bahwa Filipos I tidak akan kembali ke Ibukota, setelah kekalahannya di Damaskus karena penduduk sudah bosan dengan perselisihan Dinasti Seleukia yang tiada akhirnya. Berdasarkan prasasti putranya, Filipos I mungkin melarikan diri ke Kilikia dan gugur dalam kerusuhan yang disebabkan oleh perang Mithridates yang kedua (83-81 SM) antara Mithridates VI dan Romawi. Kemungkinan lainnya bahwa Filipos I sedang mempersiapkan untuk merebut tahtanya kembali setelah kematian Antiokhos XII (w. 82 SM), tetapi tertangkap basah pada saat kedatangan Tigranes II lalu dihukum mati di Kilikia.[57] Sejarawan Theodora Stillwell MacKay mengusulkan bahwa Filipos I melarikan diri ke Olba setelah konfrontasinya dengan Antiokhos XII.[56] Ahli prasasti Josef Keil dan Adolf Wilhelm mengusulkan bahwa Filipos I tinggal dengan pangeran-pendeta kota.[58]
  • Pemerintahan panjang yang damai: Menurut Alfred Bellinger, tidak ada nama Filipos I dalam literatur bisa jadi merupakan indikasi dari pemerintahan damai yang mungkin difasilitasi oleh sekutu Filipos I yakni Partia, hal ini menjelaskan sejumlah besar koin perak yang dibuat oleh Filipos I ditemukan hingga ke Dura-Europos, yang masih di bawah kekuasaan Partia.[59] Catatan sejarawan Appianos terdapat kekurangan (cacat) dan kontradiksi dengan catatan kontemporer, terutama mengenai negarawan Romawi Cicero yang menulis bahwa pada tahun 75 SM, Kleopatra Selini mengirim Antiokhos XIII ke Roma untuk mengajukan banding mengenai haknya atas tahta Mesir. Ia tidak harus mengajukan banding untuk haknya atas Suriah yang menurut kata-kata Cicero, "diwarisi dari leluhurnya".[60] Kleopatra Selini dan putranya mungkin mengambil keuntungan dari kematian Antiokhos XII pada tahun 82 SM untuk mengambil alih wilayah selatan.[61][62] Penyataan Cicero menunjukkan bahwa pada tahun 75 SM, Tigranes II masih belum menguasai Suriah, karena bila memang ia menguasai, maka Antiokhos XIII akan meminta dukungan Senat Romawi untuk merebut kembali Suriah, karena Tigranes II masih menantu musuh Roma yakni Mithridates VI. Demikian pula Filipos I tidak mungkin hidup sejak Antiokhos XIII pergi ke Roma tanpa harus menegaskan haknya terhadap Suriah.[60][49]

Argumentasi untuk invasi Armenia dikuatkan oleh Yosefus, yang menulis bahwa orang Yahudi mendengar tentang invasi Armenia dan rencana Tigranes II untuk menyerang Yudea hanya pada pemerintahan Ratu Aleksandra dari Dinasti Hashmonayim yang dimulai pada tahun 76 SM. Mungkin akan menjadi janggal bila Tigranes II menguasai Suriah pada tahun 83 SM dan orang Yahudi baru mempelajarinya setelah tahun 76 SM.[54] Pandangan lainnya adalah argumen mengenai sejumlah besar koin logam peninggalan Filipos I yang tidak mungkin dibuat jika pemerintahannya berjalan singkat dan berakhir pada tahun 83 SM.[63] dalam hal ini, Oliver D. Hoover mengusulkan 75 SM atau sedikit lebih awal. Hal ini sejalan dengan pernyataan Cicero tentang Antiokhos XIII. Hoover menyarankan pada tahun 74 SM sebagai tanggal invasi Tigranes II, memberi waktu kepada Kleopatra Selini dan putranya untuk mengambil alih seluruh negeri.[cat 12][65]

Peninggalan

[sunting | sunting sumber]
See caption
Koin Romawi bergambar Filipos I

Koin logam Filipos I masih beredar ketika Suriah di aneksasi oleh Romawi pada tahun 64 SM.[66] Koin Romawi pertama yang dibuat di Suriah adalah kopi dari koin logam Filipos I.[67] Rilis pertama pada tahun 57 SM di bawah Gubernur Aulus Gabinius[68] dan seri terakhir dari koin logam anumerta Filipos I dibuat pada tahun 13 SM.[67] Bangsa Romawi mungkin beranggapan bahwa Filipos I adalah Raja Seleukia terakhir yang sah, sebuah teori yang dipegang oleh Kevin Butcher dan para ahli lainnya.[69] Hoover memilih jawaban yang lebih sederhana, koin logam Filipos I adalah koin logam yang paling banyak dan koin-koin Seleukia sebelumnya banyak yang dimusnahkan, sehingga secara ekonomis, hal yang bijaksana bagi Romawi untuk melanjutkan koin logam Filipos I.[70] Koin-koin Filipos I yang tidak wajar, yang tidak sesuai standar tetapi mirip dengan koin Romawi terakhir, menunjukkan bahwa koin tersebut mungkin dibuat di kota otonom Antiokhia antara tahun 64 hingga 58 SM sebelum Gubernur Aulus Gabinius menerbitkan koin Filipean.[71]

Silsilah keluarga Filipos I
Seleukos IV[i]Laodike IV[i][ii]Ptolemaios V[iii]Kleopatra I[iii]
Demetrios I[ii]Laodike V[ii]Ptolemaios VI[iv]Kleopatra II[iv]
Demetrios II[v]Cleopatra Thea[vi]Kleopatra III[vii]Ptolemaios VIII[vii]
Antiokhos VIII[viii]Tryphaena[viii]
Filipos I
Citations:
  1. ^ a b Hoover 2000, hlm. 107
  2. ^ a b c Hoover 2000, hlm. 108
  3. ^ a b Ogden 1999, hlm. 82
  4. ^ a b Ogden 1999, hlm. 83
  5. ^ Wright 2012, hlm. iii
  6. ^ Ogden 1999, hlm. 149
  7. ^ a b Ogden 1999, hlm. 87
  8. ^ a b Houghton 1987, hlm. 79

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Orang tua Filipos I di identifikasi sebagai Antiokhos VIII dan Tryphaena oleh sejarawan abad keempat Eusebius, yang mencatat bahwa Antiokhos XI dan Filipos I adalah saudara kembar (didymi).[10]
  2. ^ Menurut Yosefus, hanya Antiokhus XI yang menjadi raja dan Filipos I menggantikannya; bukti-bukti numismatika menentang pernyataan ini, koin logam paling awal menunjukkan bahwa Filipos I dan Antiokhos XI sebagai penguasa bersama.[25]
  3. ^ Nomor urut yang digunakan untuk membedakan antara orang-orang dengan nama yang sama yang memegang jabatan yang sama. Yang paling penting, nomor ini digunakan untuk membedakan Raja. Sebuah regnal adalah nomor yang ditempatkan setelah nama pemerintahan raja untuk membedakan antara sejumlah raja, ratu atau pangeran yang memerintah wilayah yang sama dengan nama pemerintahan yang sama.
  4. ^ Koin logam paling awal menunjukkan para raja yang berjanggut, kemungkinan tanda berkabung atau balas dendam.[30]
  5. ^ Pernyataan Eusebius diragukan; pada tahun 86 SM, Roma memberikan kultus Isis dan Serapis yang tidak dapat diganggu gugat di Mopsuestia (dibuktikan dengan prasasti bertanggal yang ditemukan), melemahkan kredibilitas catatan Eusebius.[31]
  6. ^ Eusebius tidak mencatat pemerintahan Antiokhus XI di Antiokhia dan pendudukan ibu kota oleh Antiokhos XI pada tahun 93 SM, hanya diketahui melalui koin logam.[25]
  7. ^ Beberapa tanggal dalam artikel diberikan menurut era Seleukia yang ditunjukkan ketika dua tahun dipisahkan oleh garis miring. Setiap tahun Seleukia dimulai pada akhir musim gugur pada Tahun Gregorius, sehingga satu tahun Seleukia tumpang tindih dengan dua tahun Gregorius.[37]
  8. ^ Yosefus menulis, "Kedua saudara ini sangat menentang Antiokhos, tetapi sekarang gugur. Ketika dia datang sebagai pendukung Laodikia, Ratu dari Gilead dan berperang melawan Partia, dia berperang dengan gagah berani dan dia jatuh, sementara Demetrius dan Filipos memerintah Suriah".[40] Orang-orang Partia mungkin saja bersekutu dengan Filipos I.[41]
  9. ^ Koin logam Demetrius III dibuat di Tarsus, Seleukia, Antiokia dan Damaskus.[43]
  10. ^ Raja Antiokhos I menguburkan jasad ayahnya yang dikremasi, pendiri dinasti, Seleukos I, di sebuah mausoleum bernama Nikatoreion di Seleukia Pieria; tidak ada bukti sastra atau arkeologis untuk lokasi pemakaman raja-raja Seleukia lainnya, tetapi ada kemungkinan bahwa mereka dimakamkan di Nikatoreion.[52]
  11. ^ Eusebius dan Hieronimus menyamakan nasib Filipos I dengan putranya Filipos II yang menyatakan bahwa Philip I ditangkap oleh gubernur Romawi di Syria Aulus Gabinius.[54]
  12. ^ Kleopatra Selini dan putranya tidak pernah mengendalikan Antiokhia, tetapi memiliki sebagian wilayah Suriah.[64]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Marciak 2017, hlm. 8.
  2. ^ Goodman 2005, hlm. 37.
  3. ^ Tinsley 2006, hlm. 179.
  4. ^ Whitehorne 1994, hlm. 149, 151, 154.
  5. ^ Kelly 2016, hlm. 82.
  6. ^ Kosmin 2014, hlm. 23.
  7. ^ Otto & Bengtson 1938, hlm. 103, 104.
  8. ^ Chrubasik 2016, hlm. XXIV.
  9. ^ a b Houghton & Müseler 1990, hlm. 61.
  10. ^ a b c Eusebius 1875, hlm. 261.
  11. ^ a b c d Houghton 1987, hlm. 79.
  12. ^ a b c d e Houghton 1987, hlm. 81.
  13. ^ a b Lorber & Iossif 2009, hlm. 103.
  14. ^ Bazarnik 2010, hlm. 123.
  15. ^ Bevan 2014, hlm. 56.
  16. ^ Wright 2012, hlm. 11.
  17. ^ Dumitru 2016, hlm. 260.
  18. ^ Hoover 2007, hlm. 285.
  19. ^ Dumitru 2016, hlm. 263.
  20. ^ Houghton 1998, hlm. 66.
  21. ^ Bevan 1902, hlm. 260.
  22. ^ Bellinger 1949, hlm. 93.
  23. ^ Houghton 1987, hlm. 82.
  24. ^ a b Houghton, Lorber & Hoover 2008, hlm. 573.
  25. ^ a b c d Bellinger 1949, hlm. 74.
  26. ^ Wright 2011, hlm. 46.
  27. ^ McGing 2010, hlm. 247.
  28. ^ Hallo 1996, hlm. 142.
  29. ^ Gillies 1820, hlm. 167.
  30. ^ Hoover, Houghton & Veselý 2008, hlm. 207.
  31. ^ Rigsby 1996, hlm. 466.
  32. ^ Bellinger 1949, hlm. 74, 93.
  33. ^ Bellinger 1949, hlm. 93, 92.
  34. ^ a b c Hoover 2007, hlm. 294.
  35. ^ a b c Hoover, Houghton & Veselý 2008, hlm. 214.
  36. ^ Houghton, Lorber & Hoover 2008, hlm. 581.
  37. ^ a b Biers 1992, hlm. 13.
  38. ^ a b Hoover 2007, hlm. 290.
  39. ^ Rogers 1919, hlm. 32.
  40. ^ Josephus 1833, hlm. 421.
  41. ^ Wright 2012, hlm. 12.
  42. ^ Hoover 2007, hlm. 295.
  43. ^ Dąbrowa 2010, hlm. 177.
  44. ^ Downey 2015, hlm. 134, 135.
  45. ^ Houghton 1998, hlm. 67.
  46. ^ Hoover 2011, hlm. 259.
  47. ^ a b Hoover 2011, hlm. 259, 260.
  48. ^ Hoover 2011, hlm. 260.
  49. ^ a b Houghton, Lorber & Hoover 2008, hlm. 596.
  50. ^ Josephus 1833, hlm. 422.
  51. ^ Lorber & Iossif 2009, hlm. 112.
  52. ^ a b Canepa 2010, hlm. 9.
  53. ^ Bellinger 1949, hlm. 79, 80.
  54. ^ a b c Hoover 2007, hlm. 296.
  55. ^ Bouché-Leclercq 1913, hlm. 426.
  56. ^ a b MacKay 1968, hlm. 91.
  57. ^ Bouché-Leclercq 1913, hlm. 426, 427.
  58. ^ Keil & Wilhelm 1931, hlm. 66.
  59. ^ Bellinger 1949, hlm. 79.
  60. ^ a b Hoover 2007, hlm. 297.
  61. ^ Wright 2012, hlm. 33.
  62. ^ Burgess 2004, hlm. 21.
  63. ^ Hoover 2004, hlm. 31.
  64. ^ Bellinger 1949, hlm. 81.
  65. ^ Hoover 2007, hlm. 297, 298.
  66. ^ Butcher & Ponting 2014, hlm. 541.
  67. ^ a b Butcher & Ponting 2014, hlm. 542.
  68. ^ Crawford 1985, hlm. 203.
  69. ^ Butcher 2003, hlm. 215.
  70. ^ Hoover 2011, hlm. 263.
  71. ^ Hoover 2004, hlm. 34, 35.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Bazarnik, Katarzyna (2010). "Chronotope in Liberature". Dalam Bazarnik, Katarzyna; Kucała, Bożena. James Joyce and After: Writer and Time. Cambridge Scholars Publishing. ISBN 978-1-443-82247-3. 
  • Bellinger, Alfred R. (1949). "The End of the Seleucids". Transactions of the Connecticut Academy of Arts and Sciences. Connecticut Academy of Arts and Sciences. 38. OCLC 4520682. 
  • Bevan, Edwyn Robert (1902). The House of Seleucus. II. London: Edward Arnold. OCLC 499314408. 
  • Bevan, Edwyn (2014) [1927]. A History of Egypt under the Ptolemaic Dynasty. Routledge Revivals. Routledge. ISBN 978-1-317-68225-7. 
  • Biers, William R. (1992). Art, Artefacts and Chronology in Classical Archaeology. Approaching the Ancient World. 2. Routledge. ISBN 978-0-415-06319-7. 
  • Bouché-Leclercq, Auguste (1913). Histoire Des Séleucides (323-64 avant J.-C.) (dalam bahasa Prancis). Ernest Leroux. OCLC 558064110. 
  • Burgess, Michael Roy (2004). "The Moon Is A Harsh Mistress– The Rise and Fall of Cleopatra II Selene, Seleukid Queen of Syria". The Celator. Kerry K. Wetterstrom. 18 (3). ISSN 1048-0986. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-06. Diakses tanggal 2021-01-05. 
  • Butcher, Kevin (2003). Roman Syria and the Near East. The British Museum Press. ISBN 978-0-7141-2235-9. 
  • Butcher, Kevin; Ponting, Matthew (2014). The Metallurgy of Roman Silver Coinage: From the Reform of Nero to the Reform of Trajan. Cambridge University Press. ISBN 978-1-107-02712-1. 
  • Canepa, Matthew P. (2010). "Achaemenid and Seleucid Royal Funerary Practices and Middle Iranian Kingship". Dalam Börm, Henning; Wiesehöfer, Josef. Commutatio et Contentio. Studies in the Late Roman, Sasanian, and Early Islamic Near East: in Memory of Zeev Rubin. Reihe Geschichte. 3. Wellem. ISBN 978-3-941-82003-6. ISSN 2190-0256. 
  • Chrubasik, Boris (2016). Kings and Usurpers in the Seleukid Empire: The Men who Would be King. Oxford University Press. ISBN 978-0-198-78692-4. 
  • Crawford, Michael Hewson (1985). Coinage and Money Under the Roman Republic: Italy and the Mediterranean Economy. University of California Press. ISBN 978-0-520-05506-3. 
  • Dąbrowa, Edward (2010). "Demetrius III in Judea". Electrum. Instytut Historii. Uniwersytet Jagielloński. 18. ISSN 1897-3426. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-25. Diakses tanggal 2021-01-05. 
  • Downey, Robert Emory Glanville (2015) [1961]. A History of Antioch in Syria from Seleucus to the Arab Conquest. Princeton University Pres. ISBN 978-1-400-87773-7. 
  • Dumitru, Adrian (2016). "Kleopatra Selene: A Look at the Moon and Her Bright Side". Dalam Coşkun, Altay; McAuley, Alex. Seleukid Royal Women: Creation, Representation and Distortion of Hellenistic Queenship in the Seleukid Empire. Historia – Einzelschriften. 240. Franz Steiner Verlag. ISBN 978-3-515-11295-6. ISSN 0071-7665. 
  • Eusebius (1875) [c. 325]. Schoene, Alfred, ed. Eusebii Chronicorum Libri Duo (dalam bahasa Latin). 1. Diterjemahkan oleh Petermann, Julius Heinrich. Apud Weidmannos. OCLC 312568526. 
  • Gillies, John (1820) [1786]. The History of Ancient Greece: Its Colonies, and Conquests. Part the Second, Embracing the History of the Ancient World, from the Dominion of Alexander to that of Augustus, with a Survey of Preceding Periods, and a Continuation of the History of Arts and Letters. IV (edisi ke-New: With Corrections and Additions). T. Cadell & W. Davies. OCLC 1001209411. 
  • Goodman, Martin (2005) [2002]. "Jews and Judaism in the Second Temple Period". Dalam Goodman, Martin; Cohen, Jeremy; Sorkin, David Jan. The Oxford Handbook of Jewish Studies. Oxford University Press. ISBN 978-0-199-28032-2. 
  • Hallo, William W. (1996). Origins. The Ancient Near Eastern Background of Some Modern Western Institutions. Studies in the History and Culture of the Ancient Near East. 6. Brill. ISBN 978-90-04-10328-3. ISSN 0169-9024. 
  • Hoover, Oliver D. (2000). "A Dedication to Aphrodite Epekoos for Demetrius I Soter and His Family". Zeitschrift für Papyrologie und Epigraphik. Dr. Rudolf Habelt GmbH. 131. ISSN 0084-5388. 
  • Hoover, Oliver D. (2004). "Anomalous Tetradrachms of Philip I Philadelphus struck by Autonomous Antioch (64-58 BC)". Schweizer Münzblätter. Schweizerische Zeitschrift für Numismatik. 54 (214). ISSN 0016-5565. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 2021-01-05. 
  • Hoover, Oliver D. (2007). "A Revised Chronology for the Late Seleucids at Antioch (121/0-64 BC)". Historia: Zeitschrift für Alte Geschichte. Franz Steiner Verlag. 56 (3). ISSN 0018-2311. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-18. Diakses tanggal 2021-01-05. 
  • Hoover, Oliver D.; Houghton, Arthur; Veselý, Petr (2008). "The Silver Mint of Damascus under Demetrius III and Antiochus XII (97/6 BC-83/2 BC)". American Journal of Numismatics. Second series. American Numismatic Society. 20. ISBN 978-0-89722-305-8. ISSN 1053-8356. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-05-29. Diakses tanggal 2021-01-05. 
  • Hoover, Oliver D. (2011). "A Second Look at Production Quantification and Chronology in the Late Seleucid Period". Dalam de Callataÿ, François. Time is Money? Quantifying Monetary Supplies in Greco-Roman Times. Pragmateiai. 19. Edipuglia. ISBN 978-8-872-28599-2. ISSN 2531-5390. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-10. Diakses tanggal 2021-01-05. 
  • Houghton, Arthur (1987). "The Double Portrait Coins of Antiochus XI and Philip I: a Seleucid Mint at Beroea?". Schweizerische Numismatische Rundschau. Schweizerischen Numismatischen Gesellschaft. 66. ISSN 0035-4163. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-08. Diakses tanggal 2021-01-05. 
  • Houghton, Arthur; Müseler, Wilhelm (1990). "The Reigns of Antiochus VIII and Antiochus IX at Damascus". Schweizer Münzblätter. Schweizerische Zeitschrift für Numismatik. 40 (159). ISSN 0016-5565. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-31. Diakses tanggal 2021-01-05. 
  • Houghton, Arthur (1998). "The Struggle for the Seleucid Succession, 94-92 BC: a New Tetradrachm of Antiochus XI and Philip I of Antioch". Schweizerische Numismatische Rundschau. Schweizerischen Numismatischen Gesellschaft. 77. ISSN 0035-4163. 
  • Houghton, Arthur; Lorber, Catherine; Hoover, Oliver D. (2008). Seleucid Coins, A Comprehensive Guide: Part 2, Seleucus IV through Antiochus XIII. 1. The American Numismatic Society. ISBN 978-0-980-23872-3. OCLC 920225687. 
  • Josephus (1833) [c. 94]. Burder, Samuel, ed. The Genuine Works of Flavius Josephus, the Jewish Historian. Diterjemahkan oleh Whiston, William. Kimber & Sharpless. OCLC 970897884. 
  • Keil, Josef; Wilhelm, Adolf (1931). Denkmäler aus dem Rauhen Kilikien. Monumenta Asiae Minoris Antiqua (dalam bahasa Jerman). III. Manchester: The University Press. OCLC 769301925. 
  • Kelly, Douglas (2016). "Alexander II Zabinas (Reigned 128-122)". Dalam Phang, Sara E.; Spence, Iain; Kelly, Douglas; Londey, Peter. Conflict in Ancient Greece and Rome: The Definitive Political, Social, and Military Encyclopedia (3 Vols.). I. ABC-CLIO. ISBN 978-1-610-69020-1. 
  • Kosmin, Paul J. (2014). The Land of the Elephant Kings: Space, Territory, and Ideology in the Seleucid Empire. Harvard University Press. ISBN 978-0-674-72882-0. 
  • Lorber, Catharine C.; Iossif, Panagiotis (2009). "Seleucid Campaign Beards". L'Antiquité Classique. l’asbl L’Antiquité Classique. 78. ISSN 0770-2817. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-05-29. Diakses tanggal 2021-01-05. 
  • MacKay, Theodora Stillwell (1968). Olba in Rough Cilicia. Bryn Mawr College. OCLC 14582261. 
  • Marciak, Michał (2017). Sophene, Gordyene, and Adiabene. Three Regna Minora of Northern Mesopotamia Between East and West. Impact of Empire. 26. Brill. ISBN 978-9-004-35070-0. ISSN 1572-0500. 
  • McGing, Brian C. (2010). Polybius' Histories. Oxford University Press. ISBN 978-0-199-71867-2. 
  • Ogden, Daniel (1999). Polygamy, Prostitutes and Death: The Hellenistic Dynasties. Duckworth with the Classical Press of Wales. ISBN 978-0-715-62930-7. 
  • Otto, Walter Gustav Albrecht; Bengtson, Hermann (1938). Zur Geschichte des Niederganges des Ptolemäerreiches: ein Beitrag zur Regierungszeit des 8. und des 9. Ptolemäers. Abhandlungen (Bayerische Akademie der Wissenschaften. Philosophisch-Historische Klasse) (dalam bahasa Jerman). 17. Verlag der Bayerischen Akademie der Wissenschaften. OCLC 470076298. 
  • Rigsby, Kent J. (1996). Asylia: Territorial Inviolability in the Hellenistic World. Hellenistic Culture and Society. 22. University of California Press. ISBN 978-0-520-20098-2. 
  • Rogers, Edgar (1919). "Three Rare Seleucid Coins and their Problems". The Numismatic Chronicle and Journal of the Royal Numismatic Society. fourth. Royal Numismatic Society. 19. ISSN 2054-9199. 
  • Tinsley, Barbara Sher (2006). Reconstructing Western Civilization: Irreverent Essays on Antiquity. Susquehanna University Press. ISBN 978-1-575-91095-6. 
  • Whitehorne, John (1994). Cleopatras. Routledge. ISBN 978-0-415-05806-3. 
  • Wright, Nicholas L. (2011). "The Iconography of Succession Under the Late Seleukids". Dalam Wright, Nicholas L. Coins from Asia Minor and the East: Selections from the Colin E. Pitchfork Collection. The Numismatic Association of Australia. ISBN 978-0-646-55051-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-08. Diakses tanggal 2021-01-05. 
  • Wright, Nicholas L. (2012). Divine Kings and Sacred Spaces: Power and Religion in Hellenistic Syria (301-64 BC). British Archaeological Reports (BAR) International Series. 2450. Archaeopress. ISBN 978-1-407-31054-1. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Filipos I Filadelfus
Lahir: Tidak diketahui Meninggal: 83 atau 75 SM
Didahului oleh:
Seleukos VI
Demetrius III
Antiokhos X
Raja Suriah
94–83 atau 75 SM
bersama dengan Demetrius III (94-87 SM)
Antiokhos X (94–92 or 88 SM)
Antiokhos XI (94–93 SM)
Antiokhos XII (87–82 SM)
Antiokhos XIII (82–75 SM)
Kleopatra Selini (82–75 SM)
Diteruskan oleh:
Antiokhos XIII
Kleopatra Selini