Garis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Garis adalah bentuk geometri yang dilukiskan oleh sebuah titik yang bergerak. Dimensi yang dimiliki oleh garis hanya satu, yaitu panjang. Jenis garis antara lain garis lurus, garis lengkung datar dan garis lengkung ruang. Garis digunakan dalam teknik mengggambar, melukis dan ilusi mata. Aliran seni rupa yang memanfaatkan garis ialah neoplastisisme, futurisme dan kubisme. Keindahan dari garis dapat tampak pada perpaduan warna hitam dan putih.

Unsur dan konsep[sunting | sunting sumber]

Garis terbentuk dari sambungan titik-titik.[1] Pangkal dan ujung dari sepotong garis sepenuhnya terdiri dari kumpulan titik. Garis bagi kumpulan titik adalah sebuah jalur yang dilalui oleh tiitk-titik tersebut. Garis termasuk salah satu jenis unsur rancang yang berbentuk konsep. Garis memiliki panjang namun tidak memiliki lebar. Sifat lain yang dimiliki oleh garis adalah posisi dan arah. Garis hanya memiliki dua ujung yang berupa titik dan menjadi pembatas dari sebuah bidang.[2]

Jenis[sunting | sunting sumber]

Ada 3 jenis garis yaitu:

  1. garis lurus, garis penghubung terpendek antara dua titik yang tidak bertepatan.
  2. garis lengkung datar, garis yang sama sekali tidak mempunyai bagian lurus atau menyiku dan semua titik-titiknya terletak pada sebuah bidang datar.
  3. garis lengkung ruang, garis lengkung yang terletak dalam ruang.

Fungsi[sunting | sunting sumber]

Teknik menggambar dan melukis[sunting | sunting sumber]

Pembuatan garis-garis yang sederhana menghasilkan sketsa.[3] Sedangkan penggoresan garis-garis merupakan pembentuk utama bagi gambar.[4] Garis merupakan salah satu media yang digunakan dalam seni rupa.[5] Garis juga menjadi acuan utama dalam metode arsir. Penggoresan garis-garis secara sejajar atau penyilangannya digunakan sebagai bagian dari metode arsir untuk menetapkan area gelap dan terang.[6]

Ilusi mata[sunting | sunting sumber]

Garis dapat memberikan ilusi pada mata dengan perpaduan bentuk tertentu. Ilusi yang dihasilkan adalah efek gerak. Ilusi mata ini merupakan bagian dari seni optik.[7] Garis juga dapat menjadi salah satu pengarah bagi mata untuk mengamati bagian lukisan atau gambar yang menjadi pusat perhatian.[8]

Penerapan dalam aliran seni rupa[sunting | sunting sumber]

Garis merupakan salah satu nilai keindahan dalam seni rupa.[9] Garis juga menjadi salah satu elemen visual yang dimanfaatkan untuk penghayatan karya seni rupa.[10] Analisis terhadap garis merupakan bagian dari analisis formal. Analisis formal merupakan salah satu cara dalam menganalisis karya seni rupa.[11]

Neoplastisisme[sunting | sunting sumber]

Perintis aliran neoplastisisme adalah Piet Mondrian. Ia adalah seorang pelukis berkebangsaan Belanda. Dalam neoplastisisme, dibuat ketetapan bahwa garis dan warna harus terbebas dari peniruan alam.[12]

Futurisme dan kubisme[sunting | sunting sumber]

Penggunaan garis-garis yang dinamik dilakukan oleh seniman pengikut aliran futurisme dan kubisme. Dalam futurisme, pemakainya adalah pelukis dan pematung. Sedangkan dalam kubisme, pemakainya adalah perupa.[13]

Formalisme[sunting | sunting sumber]

Garis merupakan salah satu elemen rupa yang digunakan dalam formalisme. Dalam formalisme, penyusunan elemen rupa dapat menghasilkan suatu karya seni rupa dengan mengikuti aturan formal yang ketat.[4] Dalam formalisem, garis dipadukan dengan elemen formal lain, utamanya bentuk dan warna. Perpaduan ini kemudian menghasilkan gaya dan efek secara menyeluruh.[14]

Keindahan[sunting | sunting sumber]

Hitam-putih[sunting | sunting sumber]

Penghayatan tentang garis dalam seni rupa merupakan salah satu cara untuk menilai karya seni rupa.[10] Unsur keindahan dari garis dapat tercapai dengan perpaduan titik yang dikreasi dengan pertimbangan tertentu. Kandungan keindahan pada garis dan titik terdapat pada warna hitam dan putih yang kontras. Tinta dan pensil dapat digunakan untuk menghasilkan warna hitam. Sementara warna putih dapat diperoleh salah satunya dari permukaan kertas. Keindahan hitam dan putih melalui garis dapat ditampilkan dalam bentuk gabungan antara arsiran dan pointilis. Gabungan kedua teknik ini menghasilkan piktorial.[15] Garis dapat diterapkan dengan warna hitam dan putih pada seni lukis.[16]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kurniawan dan Hidayatullah 2016, hlm. 10.
  2. ^ Wong, Wucius (1995). Beberapa Asas Merancang Dwimatra. Bandung: Penerbit ITB. hlm. 3. ISBN 979-8001-09-5. 
  3. ^ Salam, dkk. 2020, hlm. 153.
  4. ^ a b Salam, dkk. 2020, hlm. 147.
  5. ^ Salam, dkk. 2020, hlm. 78.
  6. ^ Salam, dkk. 2020, hlm. 144.
  7. ^ Salam, dkk. 2020, hlm. 102.
  8. ^ Salam, dkk. 2020, hlm. 146.
  9. ^ Kurniawan dan Hidayatullah 2016, hlm. 13.
  10. ^ a b Salam, dkk. 2020, hlm. 115.
  11. ^ Salam, dkk. 2020, hlm. 119.
  12. ^ Salam, dkk. 2020, hlm. 96.
  13. ^ Salam, dkk. 2020, hlm. 97.
  14. ^ Kurniawan dan Hidayatullah 2016, hlm. 66.
  15. ^ Priyatno 2021, hlm. iii.
  16. ^ Priyatno 2021, hlm. x.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]