Kadipaten, Majalengka
Kadipaten | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Majalengka | ||||
Populasi | |||||
• Total | - jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 32.10.13 | ||||
Kode BPS | 3210170 | ||||
Desa/kelurahan | - | ||||
|
Kadipaten adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Indonesia.
Kecamatan ini memiliki pasar yang lebih ramai dibanding pasar di kota Majalengka karena Kadipaten terletak lebih strategis dengan jalan antar provinsi yang melaluinya. Selain itu, terdapat pasar hewan yang menjadi sentra perdagangan ternak di kabupaten Majalengka. Produk industri yang sempat terkenal hingga ke luar negeri ialah bola sepak dengan merk Triple-S. Bola buatan pabrik yang terletak di desa Liangjulang inilah yang disepak para pemain pada Piala Dunia 1998 dan 2002.
Kantor kecamatannya justru tidak terletak di desa Kadipaten-nya tetapi di desa Heuleut. Letaknya juga tidak seperti umumnya kantor kecamatan yang lazimnya terletak di Alun-alun berdekatan dengan Masjid. Sedangkan masjid rayanya yaitu Masjid Nurul Islam terletak dekat jembatan setelah pintu masuk perbatasan dengan kabupaten Sumedang.
Pada masa lalu pernah dikenal dengan kualitas tebu Markonah yang menghasilkan gula terbaik produksi Pabrik gula Kadipaten. Selain itu, pernah memiliki stasiun kereta api untuk jalur yang menghubungkan Kadipaten-Cirebon. Stasiun itu terletak di perempatan Kadipaten kini. Perempatan inilah yang sekarang tetap menjadi jalur strategis karena dilalui jalan lintas provinsi.
Pabrik gula Kadipaten
[sunting | sunting sumber]Cerobong asap pabrik ini didirikan pada tahun 1896 sedangkan gedung pabriknya rampung pada 1904, sebagaimana tertulis pada dinding bangunannya. Bangunanya terlihat kokoh meski berusia lebih dari satu abad. Di bagian depan pabrik terdapat pohon beringin yang sangat besar hingga puncaknya menutupi badan jalan. Pasokan tebu berasal dari berbagai desa di Majalengka. Tebu diangkut menggunakan kereta melalui jalur rel dari berbagai pelosok lahan pertanian tebu. Di sela-sela waktu pengangkutan, rel yang sama juga digunakan sebagai jalur transportasi kendaraan tradisional Gotrok yang ditarik oleh kuda. Pada masa jayanya, lori-lori itu ditarik menggunakan 6 buah loko uap milik PG Kadipaten secara bergantian selama musim giling.
Namun sekarang, rel-rel itu sudah diangkat seiring tidak beroperasinya lagi PG Kadipaten akhir tahun 1990-an. Semua lokomotifnya pun sudah dirucat. Bahkan, bangunan pabrik dan cerobong asapnya pun sudah diruntuhkan.
Kelurahan/desa
[sunting | sunting sumber]