Lompat ke isi

Kalender Rowot Sasak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kalender Rowot Sasak adalah sistem penanggalan tradisional yang berasal dari Suku Sasak di Pulau Lombok, provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan acuan kemunculan rasi bintang Rowot atau dikenal sebagai gugus bintang Lintang Kartika di ufuk timur pada waktu Subuh. Rasi bintang Rowot umumnya muncul disebelah timur dari bulan Agustus sampai bulan Desember yang ditandai dengan banyaknya ikan yang muncul di permukaan air laut. Kombinasi antara pengamatan langsung kemunculan rasi bintang Rowot dengan konsep perhitungan (hisab) pada Kalender Hijriyah dan Kalender Jawa dalam perhitungan kalender Rowot diduga kuat juga merupakan salah satu bukti akulturasi antara budaya Islam, budaya Jawa, dan budaya Sasak pada zaman dulu.[1]

Perayaan tahun baru pada Kalender Rowot Sasak dikenal oleh Suku Sasak sebagai Rowah Ngandang Rowot yang ditandai dengan penyajian jajanan tradisional berupa kue Cerorot, yaitu kue tradisional khas Suku Sasak berbentuk terompet mini yang terbuat dari santan kelapa, gula merah, dan tepung beras dibalut dengan daun kelapa.[2] Selain itu, ritual Rowah Ngandang Rowot juga diisi dengan serangkai kegiatan lainnya seperti pagelaran Wayang, menyajikan nasi kuning, berzikir masal, dan atraksi olahraga tradisional Suku Sasak yang disebut Presean berupa pertarungan antara 2 (dua) orang pemuda dengan tongkat dan perisai berbahan Rotan.[3]

Saat ini lembaga yang bertanggung jawab dalam perhitungan serta pencetakan Kalender Rowot Sasak adalah lembaga RONTAL (Rowot Nusantara Lombok)[4] dan perhitungannya dilakukan oleh para Lokaq (penguasa kosmos di Lombok Utara) dan para Kyai (penguasa kosmos di Lombok Selatan).[5]

Asal Mula Kalender Rowot Sasak

[sunting | sunting sumber]

Asal mula penamaan bintang Rowot karena susunan bintangnya terlihat mirip seperti Rowot yang menurut Suku Sasak artinya daun asam yang masih muda.[6] Nama Rowot juga berarti Padi Rowot yaitu padi lokal berumur panjang dari Suku Sasak yang hanya akan berbunga tepat dengan kemunculan rasi bintang Rowot.[7] Perhitungan Kalender Rowot Sasak selain menggunakan rasi bintang Rowot juga dibantu dengan acuan Bulan (Lunar) yang dikenal sebagai Tahun Hijriyah dan Matahari (Solar) yang dikenal sebagai Tahun Gregorian dengan pola 5-15-25 secara repetitif.[8]

Maksud dari pola 5-15-25 adalah ketika rasi bintang Rowot muncul pada tanggal 5 (lima) pada Bulan Hijriyah tertentu, maka dipastikan pada Tahun Hijriyah kedua akan mundur 10 (sepuluh) hari menjadi tanggal 15 (lima belas) pada Bulan Hijriyah yang sama. Pada tahun ketiga akan mundur lagi sebanyak 10 (sepuluh) hari menjadi tanggal 25 (dua puluh lima) pada Bulan Hijriyah yang sama. Barulah pada tahun keempat akan kembali lagi menjadi tanggal 5 (lima) pada Bulan Hijriyah berikutnya. Walaupun berbeda-beda dalam Kalender Hijriyah, nyatanya awal tahun Kalender Rowot Sasak selalu jatuh pada bulan Mei pada Tahun Masehi.[9]

Adapun pengamatan langsung terhadap kemunculan rasi bintang Rowot ini diamati ketika rasi bintang Rowot muncul setelah fase Ngarem atau Tilem. Ngarem atau Tilem itu sendiri adalah kemunculan rasi bintang Rowot secara tidak jelas selama 1 (satu) bulan dikarenakan terhalang oleh sinar Matahari setelah kemunculan rasi bintang Tenggale. Dikarenakan kemunculan rasi bintang Tenggale dengan rasi bintang Rowot tidak pernah bersamaan, maka olehh Suku Sasak menyebut kedua rasi bintang tersebut Saling Bermeriq yang artinya tidak menyukai satu sama lain.[10] Awal tahun Kalender Rowot Sasak ditandai dengan munculnya rasi bintang Rowot ketika dipantau saat masa Ngarem atau Tilem berlangsung. Aksi pengamatan kemunculan rasi bintang Rowot tersebut oleh Suku Sasak disebut Penandoq.[11]

Rasi Bintang Lainnya

[sunting | sunting sumber]

Penggunaan rasi bintang selain digunakan untuk perhitungan waktu juga digunakan sebagai penunjuk arah dan penentu waktu melaut. Selain rasi bintang Rowot, terdapat 2 (dua) bintang lainnya yang digunakan oleh Suku Sasak yaitu rasi bintang Tenggale dan rasi bintang Tegedoq Bute. Rasi bintang Tenggale atau Orion yang menurut Suku Sasak artinya alat pembajak sawah yang terbuat dari kayu tersebut muncul disebelah barat dari bulan Agustus sampai bulan Desember. Dikarenakan rasi bintang Rowot selalu muncul setelah rasi bintang Tenggale, maka kemunculan rasi bintang tersebut menandakan penghujung tahun penanggalan Kalender Rowot Sasak.[8] Rasi bintang lainnya adalah rasi bintang Tegedoq Bute yang sebenarnya terdiri dari dua rasi bintang berbeda yaitu rasi bintang Tegedoq dan rasi bintang Bute. Karena kedua rasi bintang tersebut letaknya berdekatan dan muncul bersamaan maka kedua rasi bintang tersebut disebut rasi bintang Tegedoq Bute. Rasi bintang Tegedoq Bute umunya muncul disebelah selatan dari bulan Januari sampai bulan Juli.[6]

Papan Wariga atau dikenal sebagai Warige atau Urige merupakan papan Almanak yang berfungsi sebagai alat untuk sinkronisasi antara pengamatan rasi bintang Rowot secara langsung terhadap hisab pada penganggalan Kalender Rowot Sasak. Papan Wariga atau Warige merupakan papan yang berisi berbagai simbol tertentu yang mewakili benda-benda langit beserta pengaruhnya terhadap gejala alam. Berbeda dengan papan Wariga khas Suku Sasak, Wariga khas Bali terbuat dari daun Lontar yang juga banyak macamnya dan memiliki fungsinya masing-masing.[12] Dalam kebudayaan Suku Sasak memiliki 4 (empat) jenis papan Wariga yang saling berkaitan tetapi memiliki fungsi yang berbeda-beda. Papan Wariga Suku Sasak tersebut terdiri dari Tike Lime, Tike Pituq, Wong-Wong, dan Eder Nage.[13][14]

Tike Lime

[sunting | sunting sumber]

Wariga Tike Lime merupakan Wariga yang paling mendominasi. Papan artifak tersebut terdiri dari 8 (delapan) baris dengan 30 (tiga puluh) kolom sehingga memiliki jumlah sebanyak 240 (dua ratus empat puluh) kotak. Pada baris pertama menunjukkan Wuku atau nama sistem mingguan dan 7 (tujuh) baris sisanya menunjukkan 7 (hari) dalam seminggu. Dalam kolom yang berada di baris 7 (tujuh) hari tersebut, terdapat 210 (dua ratus sepuluh) tanda yang memiliki petunjuk dan makna. Penggunaan papan Wariga Tike Lime lebih menampilkan perjalanan waktu dari hari ke hari.[15]

Tike Pituq

[sunting | sunting sumber]

Fisik papan artifak Wariga Tike Pituq mirip dengan papan Wariga Tike Lime akan tetapi memiliki jumlah baris dan kolom yang berbeda. Pada papan artifak Wariga Tike Pituq terdiri dari 7 (tujuh) baris dengan 5 (lima) kolom sehingga memiliki jumlah sebanyak 35 (tiga puluh lima) kotak. Seluruh baris yang berjumlah 7 (tujuh) tersebut menunjukkan 7 (hari) dalam seminggu. Kelima kolom mewakili waktu dalam setengah hari atau 12 (dua belas) jam. Dalam penggunaannya, 1 (satu) baris tersebut digunakan secara bolak balik untuk menggenapkan 10 (sepuluh) sesi waktu dalam sehari. Sesi waktu terdiri dari Rejeki yang artinya keberuntungan, Kali yang artinya ramai, Kale Luang yang artinya banyak halangan, Kosong yang artinya sepi, dan Kalé Telikut yang artinya tidak mempunyai titik temu. Penggunaan papan Wariga Tike Pituq digunakan sebagai petunjuk sebelum memulai kegiatan atau memulai suatu perjalanan.[15]

Wong-Wong

[sunting | sunting sumber]

Fisik papan artifak Wariga Wong-Wong berbeda dengan papan Wariga Tike Lime maupun papan Wariga Tike Pituq karena berbentuk kotak panjang. Pada papan artifak Wariga Wong-Wong terdiri dari 30 (tiga puluh) kotak dengan 2 (dua) baris yang saling berhadapan. Pada baris pertama mewakili posisi pemilik rumah atau kampung sementara posisi kedua mewakili penjahat. Sementara jumlah 30 (tiga puluh) kotak tersebut mewakili jumlah hari dalam sebulan yang masing-masing terdiri dari gambar manusia dengan kelapa, manusia tanpa kepala, serta tanpa gambar apapun. Penggunaan papan Wariga Wong-Wong digunakan sebagai keamanan dalam sebuah tempat tinggal Suku Sasak dari pihak penjahat.[16]

Edér Nagé

[sunting | sunting sumber]

Fisik papan artifak Wariga Edér Nagé berbentuk lingkaran yang berisi lingkaran disertai 8 (delapan) arah mata angin. Istilah Nagé merujuk pada mitologi Suku Sasak berupa ular besar terbang yang digunakan oleh Dewi Anjani sebagai ratu penguasa Gunung Rinjani di pulau Lombok. Cara perhitungannya menggunakan hisab menurut Suku Sasak atau menurut hisab Hijriyah yang mengelilingi 8 (delapan) arah mata angin. Dalam penentuannya, sebaiknya perhitungan tersebut tidak berhadapan langsung terhadap kepala Nagé. Penggunaan papan Wariga Edér Nagé biasanya digunakan sebagai petunjuk sebelum beraktivitas terutama dalam negosiasi maupun perayaan syukuran.[16]

Nama-Nama Waktu Dalam Sehari

[sunting | sunting sumber]

Dalam sehari atau 24 (dua puluh empat) jam, terdapat 8 (delapan) jenis pembagian waktu dalam Kalender Rowot Sasak. Adapun akhir dari hisab harian pada Kalender Rowot Sasak berakhir pada periode Sandikala yang jatuh setelah Ashar menjelang Maghrib. Ketika berada di masa Sandikala, semua orang terutama Suku Sasak menganggap sebagai waktu rawan yang diwajibkan untuk menghentikan seluruh ativitas dan harus berada di dalam rumah. Berikut ini adalah daftar periode waktu dalam sehari menurut Kalender Rowot Sasak:[17]

No Kalender Rowot Sasak Keterangan
1 Kelema' Waktu Subuh sampai pukul 09.00
2 Panas Lapar Pukul 09.00 sampai pukul 10.00
3 Tengari Pukul 10.00 sampai pukul 15.00
4 Tengari Galeng Pukul 12.00 tepat
5 Ele' Ele' Pukul 15.00 sampai pukul 17.30
6 Sandikala Pukul 17.30 sampai pukul 18.00
7 Kekelem Pukul 18.00 sampai pukul 00.00 tengah malam
8 Dingari Pukul 00.00 tengah malam sampai waktu Subuh

Nama-Nama Musim (Mangse) Terhadap Masehi

[sunting | sunting sumber]

Perbandingan atau sinkronisasi antara Kalender Rowot Sasak terhadap Mangse atau musim merupakan sikap Titen atau awas dari Suku Sasak terhadap gejala alam yang terjadi disekitarnya. Dalam hal ini penggunaan Masehi sebagai pembanding bukan sebagai rujukan dalam hisab Kalender Rowot Sasak. Adapun 12 (dua belas) nama Mangse tersebut disertai dengan gejala alamnya masing-masing terdiri dari:[18][1]

No Mangse Gejala Alam Penjelasan
1 Sekeq Rowot Kemunculan rasi bintang Rowot sebagai awal tahun
2 Due Kembang Komaq Tumbuhnya Kembang Komang yang merupakan tanaman lokal sejenis Kapri
3 Telu Adel Minyaq Munculnya embun yang membahayakan tanaman
4 Empat Kembang Randu Tumbuhnya kembang pohon Kapuk randu sebagai penghasil kapas, tumbuhnya tanaman lokalBoroq disertai dengan Guntur yang oleh Suku Sasak disebut Guntur Kapat. Guntur tersebut sebagai penanda peristiwa Lawang Taun atau pintu tahun yang menandakan bahwa dilarang bertani pada bulan ini.
5 Lime Romot Loam Tumbuhnya tanaman lokal bernama Loam.
6 Enem Romot Bageq Tumbuhnya daun muda pohon Asam diiringi dengan bergesernya Matahari kearah garis Khatulistiwa. Di sebelah utara terdapat Guntur diiringi hujan selama 3 (tiga) hari yang disebut Hujan Pengelomang Jami. Selain terjadinya Hujan Pengelomang Jami, terdapat peristiwa berupa Bao Daya yaitu awan mendung yang mengelilingi Gunung Rinjani. Pada tanggal 6 (enam), 16 (enam belas), dan 26 (dua puluh enam) pada bulan ini akan terjadi peristiwa hilangnya bayangan pada benda karena posisi matahari tepat berada tegak lurus diatas disebut dengan Tumbuq.
7 Pituq Ngempok Waras Munculnya burung jenis lokal oleh Suku Sasak disebut Tembeoq disertai pasangnya air laut yang disebut Jelo Padaq dan hembusan angin lemah. Pada bulan ini suhu udara tinggi mengakibatkan terbelahnya pohon Bambu. Bulan ini merupakan bulan pantangan untuk menikah bagi Suku Sasak karena bulan ini penuh dengan bala bencana. Bagi yang melanggar maka rumah pengantin tersebut akan ditancapkan dengan pohon Bambu sebagai penanda. Masyarakat Suku Sasak juga meyakini bahwa anak yang lahir pada bulan ini nantinya akan mengalami sakit-sakitan sehingga perlu diasingkan untuk semetara. Saat ini sudah tidak berlaku lagi aturan tersebut[3]
8 Baluq Hujan permulaan dan gugurnya daun Terjadinya hujan dengan curah rendah disertai dedaunan pohon yang berguguran.
9 Siwaq Curah hujan yang tinggi dan Tengkong atau jamur Munculnya Tengkong atau jamur yang merupakan makanan musiman Suku Sasak diiringin dengan curah hujan yang tinggi.
10 Sepulu Nyale atau cacing laut dan kembang Kukun Munculnya Nyale atau cacing laut disertai tumbuhnya tanaman lokal bernama Kukun. Pada bulan inilah diadakan festival untuk menangkap Nyale yang disebut Bau Nyale.
11 Solas Nyael Poto dan Tereseq yaitu jamur kayu Nyale Poto artinya di penghujung waktu bagi Nyale untuk keluar dari permukaan yang jatuh pada tanggal 20 (dua puluh) bulan ini. Selain itu tumbuhnya jamur kayu, ikan Lele yang oleh Suku Sasak disebut Ikan Betoq.
12 Duesolas Tenggale Munculnya rasi bintang Tenggale sebagai penanda di penghujung tahun Kalender Rowot Sasak.

Nama-Nama Bulan Terhadap Hijriyah

[sunting | sunting sumber]

Penamaan bulan pada Kalender Rowot Sasak terhadap pada sistem Kalender Hijriyah didasari peristiwa yang terjadi pada bulan Hijriyah tersebut. Adapun 12 (dua belas) bulan tersebut disertai dengan peristiwanya masing-masing terdiri dari:[19]

No Kalender Hijriyah Kalender Rowot Sasak Umur Bulan Peristiwa
1 Muharram Bubur Puteq 30 Hari Terdapat ritual
2 Shafar Bubur Beaq 29 Hari Terdapat ritual merah
3 Rabiul awal Mulud atau Mulut 30 Hari Terdapat ritual Maulid Nabi Muhammad
4 Rabiul akhir Suwung Pertame atau Suwung Penembeq 29 hari Tidak terdapat ritual
5 Jumadil awal Suwung Penengaq 30 hari Tidak terdapat ritual
6 Jumadil akhir Suwung Penutuq 29 Hari Tidak terdapat ritual
7 Rajab Mikrat 30 Hari Terdapat ritual Isra Mikraj
8 Sya'ban Rowah 29 Hari Terdapat ritual bulan syukuran
9 Ramadhan Puase 30 Hari Terdapat ritual bulan puasa
10 Syawwal Lebaran Nine 29 hari Terdapat ritual Idul Fitri
11 Dzulkaidah Lalang 30 hari Terdapat ritual antara 2 (dua) bulan
12 Dzulhijjah Lebaran Mame 29/30 Hari Terdapat ritual Idul Adha

Nama-Nama Hari

[sunting | sunting sumber]

Kalender Rowot Sasak terdiri dari 7 (tujuh) hari menggunakan Bahasa Sanskerta yang mirip seperti Kalender Jawa yaitu:[20]

No Kalender Gregorius Kalender Hijriyah Kalender Rowot Sasak Kalender Jawa
1 Minggu/Ahad al-Ahad Radite Radite
2 Senin al-Itsnayn Some Soma
3 Selasa ats-Tsalaatsa' Anggare Hanggara
4 Rabu al-Arbaa'a/ar-Raabi' Bude Budha
5 Kamis al-Khamsah Wrespati Respati
6 Jumat aj-Jumu'ah Sukre Sukra
7 Sabtu as-Sabt Saniscare Tumpak

Nama-Nama Tahun

[sunting | sunting sumber]

Adapun Kalender Rowot Sasak tidak mengenal serial tahun tetapi menganut pola siklus Windon 8 tahun atau dikenal sebagai Windu seperti halnya dalam Kalender Jawa. Dikarenakan pola Windu tersebut, maka Kalender Rowot Sasak hingga saar ini belum dapat ditentukan ditelusuri tahun awal kapan Kalender Rowot Sasak digunakan.[21] Dalam sistem Windu tersebut, Kalender Rowot Sasak mengacu pada sistem Lunar yaitu Kalender Hijriyah berdasarkan hisab Urfi yang dipopulerkan oleh Umar bin Khattab pada tahun 17 (tujuh belas) Hijriyah.

Sesuai dengan hisab Urfi tersebut, dalam Kalender Hijriyah pada bulan ganjil memiliki jumlah 30 (tiga puluh hari) sementara bulan genap memiliki jumlah 29 (dua puluh sembilan hari). Kecuali pada tahun kabisat, bulan ke-12 (dua belas) memiliki jumlah 30 (tiga puluh) hari. Adapun siklus daur tahun hisab Urfi adalah 30 (tiga puluh) tahun dengan komposisi 11 (sebelas) tahun kabisat dan 19 (sembilan belas) tahun Basithah atau tahun biasa. Adapun urutan tahun yang merupakan tahun kabisat adalah 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29. Jika Kalender Hijriyah tersebut dihisab sesuai dengan siklus 8 (delapan) tahun (Windu), maka tahun kabisat akan jatuh pada tahun Ehe pada urutan tahun kedua, Dal pada urutan tahun kelima, dan Wau pada urutan tahun ketujuh.[22] Berikut ini adalah nama-nama tahun pada Kalender Rowot Sasak:

No Kalender Rowot Sasak Kalender Jawa
1 Alip Alip
2 Ehe Ehe
3 Jimawal Jimawal
4 Ze Ze
5 Dal Dal
6 Be Be
7 Wau Wawu
8 Jimahir Jimakir

Kalender Rowot Sasak saat ini sudah dimodifikasi tanpa mengubah sistem penanggalan tradisional yang sudah digunakan sejak masa prasejarah dulu. Berkat usaha dari lembaga RONTAL (Rowot Nusantara Lombok) bekerja sama dengan pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat dan Majelis Adat Sasak (MAS) secara resmi merilis Kalender Rowot Sasak versi cetak dengan logo bintang Rowot itu sendiri. Logo tersebut terdiri dari bulatan hitam dengan bulan sabit berwarna merah yang ditengahnya berupa rasi bintang Rowot yang terdiri dari 2 (dua) bintang berwarna putih dengan sisa 5 (lima) bintang lainnya berwarna kuning.[23] Kalender Rot Sasak yang sudah dimodifikasi ini terdiri dari:

  • Terdapat hari, bulan, dan tahun pada Kalender Masehi yang tergabung dalam satu Kalender Rowot Sasak. Dalam penggabungan kalender tersebut terdapat daftar hari libur internasional pada Kalender Masehi.
  • Terdapat hari, bulan, dan tahun pada Kalender Hijriyah yang tergabung dalam satu Kalender Rowot Sasak. Dalam penggabungan kalender tersebut terdapat daftar hari besar Islam beserta Aran Nage (naga hari dalam penanggalan Kalender Hijriyah) dalam menentukan upacara tradisional Suku Sasak pada Kalender Hijriyah tersebut.
  • Terdapat Jelo atau hari, bulan, serta tahun siklus Windu yang terdapat pada penanggalan Kalender Rowot Sasak.
  • Terdapat 10 (sepuluh) tingkat hari berdasarkan papan Wariga Suku Sasak.
  • Terdapat daftar pembagian Mangse atau musim berdasarkan hisab Kalender Rowot Sasak terhadap Kalender Masehi.[3]

Adapun kegunaan dari Kalender Rowot Sasak bagi Suku Sasak adalah sebagai berikut:

  • Menentukan waktu Gawe Beteletan atau musim untu bercocok tanam dengan tepat berdasarkan hisab Kalender Rowot Sasak terhadap Mangse atau musim tanam terhadap Masehi agar menghasilkan panen yang baik[5]
  • Menentukan waktu munculnya rasi bintang Rowot untuk menyelenggarakan Rowah Ngandang Rowot sebagai upacara ritual awal tahun.
  • Menentukan waktu pelaksanaan upacara tahunan rutin yaitu Bau Nyale atau menangkap cacing laut yang nantinya digunakan petani untuk meningkatkan kualitas tanah.[24]
  • Menentukan hari baik untuk melaksanakan upacara pernikahan bagi adat Suku Sasak.[3]
  • Petunjuk sebagai penanda waktu dalam melakukan berbagai aktivitas. Salah satu contoh yang unik adalah ketidakhadiran dalam pendaftaran bakal calon gubernur dan bupati di Lombok, Nusa Tenggara Barat di KPUD Nusa Tenggara Barat karena jatuh pada hari buruk menurut Kalender Rowot Sasak.[25]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Hananto, Akhyari. "Inilah Konsep Waktu yang Unik, Khas Suku Sasak". Good News From Indonesia. Diakses tanggal 2019-04-21. 
  2. ^ "Ngandang Rowot, Ajang Tradisi Budaya di Lombok". Republika Online. 2018-05-08. Diakses tanggal 2019-04-21. 
  3. ^ a b c d "Almanak Desa 2016". Issuu. Diakses tanggal 2019-04-21. 
  4. ^ Post, Redaksi Lombok (2018-03-07). "Hisab dan Rukyat Nyale". Lombok Post. Diakses tanggal 2019-04-21. 
  5. ^ a b Awaludin, Muhammad. "Menilik Akar Sejarah Astronomi Sasak Tradisi; Periodisasi Kalender Rowot Sasak". Berajah Aksara (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-11. Diakses tanggal 2019-04-21. 
  6. ^ a b Husain, Fadly (2011). "Sistem Budaya Bahari Komunitas Nelayan Lungkak Desa Tanjung Luar, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat" (PDF). JURNAL KOMUNITAS UNNES. 3 (1): 45 sampai 46. 
  7. ^ Kohar 2017, hlm. 69.
  8. ^ a b Kohar, Abdul (2017). "Penanggalan Rowot Sasak dalam perspektif astronomi : penentuan awal tahun kalender Rowot Sasak berdasarkan kemunculan bintang Pleiades". Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo: hlm. 2. 
  9. ^ Kohar 2017, hlm. 18.
  10. ^ Kohar 2017, hlm. 104.
  11. ^ Kohar 2017, hlm. 5.
  12. ^ Siswanto. "Daun Lontar Berusia 400 Tahun di Bali Masih Bisa Dibaca". Suara.com. Diakses tanggal 2019-04-21. 
  13. ^ Kohar 2017, hlm. 71.
  14. ^ "Menjaga Wariga Sasak, Menjaga Harmoni - Alif.ID". alif id. Diakses tanggal 2019-04-21. 
  15. ^ a b Kohar 2017, hlm. 72.
  16. ^ a b Kohar 2017, hlm. 75.
  17. ^ Amin, Ahmad (1977). Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. hlm. 132. Waktu sepanjang 24 jam dibagi dalam waktu kelema' yaitu dari waktu subuhsampai jam 09.00 pagi. Panas lapar dari jam 09.00 sampai 10.00 siang. Tengari, ialah dari jam 10.00 sampai jam 15.00. Jam 12.00 tepat disebut tengari galeng. Dari jam 15.00 hingga jam 17.30 disebut ele’ ele’. Menjelang jam 18.00 disebut sandikala. Jam 18.00 hingga jam 24.00 tengah malam disebut kekelem. Waktu setelah jam 24.00 hingga subuh disebut dingari. 
  18. ^ Kohar 2017, hlm. 84.
  19. ^ Kohar 2017, hlm. 81.
  20. ^ Kohar 2017, hlm. 114.
  21. ^ Kohar 2017, hlm. 80.
  22. ^ Kohar 2017, hlm. 90.
  23. ^ "Kalender Rowot, Warisan Budaya Sasak". kampung-media.com | Portal Jurnalisme Warga NTB | Indonesia Best Citizen Journalism (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-05. Diakses tanggal 2019-04-21. 
  24. ^ Kohar 2017, hlm. 6.
  25. ^ Rachmawati, Fitri. Damanik, Caroline, ed. "Kenapa Tak Ada Pasangan Calon yang Daftar ke KPU NTB pada Hari Selasa?". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-04-21.