Kampala, Sinjai Timur, Sinjai
Kampala | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sulawesi Selatan | ||||
Kabupaten | Sinjai | ||||
Kecamatan | Sinjai Timur | ||||
Kode pos | 92671 | ||||
Kode Kemendagri | 73.07.03.2006 | ||||
Luas | 6,09 km² | ||||
Jumlah penduduk | 2.565 jiwa (2010) | ||||
Kepadatan | 421 jiwa/km² (2010) | ||||
|
Kampala adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, Indonesia. WIlayahnya berada di dataran tinggi seluas 14,61 km2. Sebelum tahun 2005, Desa Kampala terbagi menjadi 6 dusun, namun kemudian dimekarkan sehingga luas wilayahnya menjadi 6,09 km2. Jumlah penduduk Desa Kampala sebelum pemekaran sebanyak 4.657 orang. Pada dasawarsa kedua abad ke-21, jumlah penduduknya rata-rata padakisaran 2,6 ribu jiwa. Lahan di Desa Kampala dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Komoditas utamanya adalah padi, jagung dan kacang tanah.
Pemekaran wilayah
[sunting | sunting sumber]Desa Kampala berada di dataran tinggi.[1] Wilayah Desa Kampala berada di ketinggian 700 mdpl di Kecamatan Sinjai Timur.[1] Desa Kampala pada awalnya memiliki 6 dusun, yaitu Dusun Kampala, Dusun Salohe, Dusun Kolasa, Dusun Pao, Dusun Bongki, dan Dusun Lengkese. Dusun ini masih termasuk wilayah Desa Kampala pada tahun 2005 sebelum pemekaran wilayah. Luas wilayah Desa Kampala sebelum pemekaran adalah 14,61 km2.[2] Pusat pemerintahannya sebelum pemekaran berada di Dusun Kampala.[3]
Sebelum pemekaran wilayah, Desa Kampala berbatasan dengan Desa Saukang dan Desa Lamatti Riaja di bagian utara. Di bagian selatan, Desa Kampala berbatasan dengan Desa Bulu Kamase dan Desa Palae. Di bagian sebelah barat, Desa Kampala berbatasan dengan Desa Samaenre dan Desa Mattunreng Tellue. Sedangkan di sebelah timur, Desa Kampala berbatasan dengan Desa Kaloling.[2]
Wilayah Desa Kampala kemudian dimekarkan pada tahun 2005 dengan dua desa baru sebagai hasil pemekarannya. Kedua desa tersebut adalah Desa Salohe dan Desa Bongki Lengkese.[4] Desa Salohe dibentuk dari wilayah Dusun Salohe, Dusun Pakkita, dan Dusun Pattiro.[4] Sementara Desa Bongki Lengkese dibentuk dari Dusun Bongki, Dusun Lengkese, dan Dusun Palae.[5] Setelah dimekarkan, luas wilayah Desa Kampala berkurang menjadi 6,09 km2. Sementara pusat pemerintahannya tetap berada di Dusun Kampala.[3] Luas Desa Kampala ini sama dengan 8,47% dari luas Kecamatan Sinjai Timur secara keseluruhan.[6]
Penduduk
[sunting | sunting sumber]Sebelum pemekaran wilayah Desa Kampala pada tahun 2005, jumlah penduduknya adalah 4.657 orang. Jumlah kepala keluarga di Desa Kampala sebelum pemekaran sebanyak 1.011 kepala keluarga.[2] Setelah pemekaran wilayah, jumlah penduduk Desa Kampala pada tahun 2005 sebanyak 1.680 orang yang terbagi ke dalam 365 kepala keluarga.[3] Pada tahun 2016, jumlah penduduk di Desa Kampala adalah 2.616 orang. Kemudian pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 1.205 orang. Lalu pada tahun 2018, 2019 dan 2020, jumlahnya meningkat menjadi 2.644 orang, 2.657 orang dan 2.699 orang.[7]
Pemanfaatan lahan
[sunting | sunting sumber]Lahan di Desa Kampala dibedakan menjadi dua, yaitu lahan basah dan lahan kering. Lahan basah digunakan sebagai sawah. Pada tahun 2020,, luas lahan sawah di Desa Kampala adalah 268 Ha. Sementara lahan kering digunakan untuk perkebunan dan fungsi lain selain pertanian. Lahan perkebunan seluas 307 Ha. Sementara lahan non-pertanian seluas 34 Ha.[8]
Komoditas
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2016, Desa Kampala memproduksi padi sebanyak 1.376,92 ton. Jumlah produksinya meningkat pada tahun 2017 dan 2018 menjadi 1.437,33 ton dan 1.558, 14 ton. Namun pada tahun 2019 dan 2020, jumlah produksinya menurun menjadi 1.400,08 ton dan 1. 133,92 ton.[9] Pada tahun 2016, Desa Kampala juga memproduksi jagung seberat 251,76 ton. Jumlahnya meningkat pada tahun 2017 menjadi 253,48 ton. Namun, pada tahun 2018 jumlahnya menurun menjadi 108,48 ton. Lalu, pada tahun 2019 meningkat lagi menjadi 316,29 ton. Kemudian pada tahun 2020 jumlahnya kembali menurun menjadi 277,94 ton.[10]
Desa Kampala juga memproduksi kacang tanah. Pada tahun 2016, hasil produksinya sebanyak 1,15 ton. Jumlah produksi kacang tanah meningkat pesat pada tahun 2017, 2018 dan 2019 menjadi 7,35 ton, 13,51 ton, dan 46,30 ton. Namun pada tahun 2020 jumlahnya berkurang drastis menjadi 12,39 ton.[11]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Anshar, dkk. 2022, hlm. 121.
- ^ a b c Pemerintah Kabupaten Sinjai 2005, hlm. 7.
- ^ a b c Pemerintah Kabupaten Sinjai 2005, hlm. 8.
- ^ a b Pemerintah Kabupaten Sinjai 2005, hlm. 9.
- ^ Pemerintah Kabupaten Sinjai 2005, hlm. 10.
- ^ Anshar, dkk. 2022, hlm. 119.
- ^ Anshar, dkk. 2022, hlm. 122.
- ^ Anshar, dkk. 2022, hlm. 102.
- ^ Anshar, dkk. 2022, hlm. 103.
- ^ Anshar, dkk. 2022, hlm. 103-104.
- ^ Anshar, dkk. 2022, hlm. 104.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Anshar, M., Siradjuddin, I., dan Ramadhani, N. (2022). Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditi Unggulan (PDF). Depok: Rajawali Pers. ISBN 978-623-372-508-8.
- Pemerintah Kabupaten Sinjai (2005). "Peraturan Daerah Kabupaten Sinjai Nomro 14 Tahun 2005 tentang Pemekaran Desa Kampala dan Pembentukan Desa Salohe dan Desa Bongki Lengkese Kecamatan Sinjai Timur" (PDF). Direktorat Jenderal Peraturan & Perundang-undangan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Tempat wisata
[sunting | sunting sumber]- Wae Pellae (Mata Air Panas) Tondong