Lompat ke isi

Lily van Java

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lily van Java
Adegan yang menampilkan keluarga utama dalam film ini
SutradaraJoshua dan Othniel Wong
Produser
  • Liem Goan Lian
  • Tjan Tjoen Lian
Ditulis olehJoshua dan Othniel Wong
Perusahaan
produksi
  • South Sea Film
  • Halimoen Film
Tanggal rilis
  • 1928 (1928) (Hindia Belanda)
NegaraHindia Belanda
BahasaBisu

Lily van Java, juga dikenal dengan judul Melatie van Java,[1] adalah film Hindia Belanda tahun 1928 yang disutradarai Nelson Wong. Film ini rencananya diproduksi South Sea Film dan direkam oleh sutradara berkebangsaan Amerika Serikat, tetapi akhirnya diproduksi oleh Halimoen Film milik Wong Bersaudara. Alur film ini menceritakan seorang wanita yang dipaksa menikahi pria yang tidak dicintainya. Rincian pemeran dan kualitas peran mereka tidak jelas, tetapi film ini diakui sebagai film pertama dari serangkaian film yang diproduksi Tionghoa Hindia Belanda.[2] Film ini bisa jadi hilang dari peredaran.

Film ini berkisah tentang putri seorang juragan kaya. Sang putri sudah memiliki seorang kekasih, tetapi ia malah dipaksa oleh ayahnya untuk menikah dengan orang lain yang tidak ia cintai.[3]

Dua film pertama yang diproduksi di Hindia Belanda, Loetoeng Kasaroeng (1926) dan Eulis Atjih (1927), masing-masing diproduksi oleh sineas Belanda L. Heuveldorp dan G. Kruger.[4] Pebisnis Tionghoa Hindia Belanda yang memodali kesuksesan film-film produksi Shanghai di China mendirikan dua rumah produksi di Hindia Belanda, satu di Batavia (sekarang Jakarta) dan satu di Surabaya.[5] South Sea Film, rumah produksi di Batavia yang didirikan Liem Goan Lian dan Tjan Tjoen Lian, yang dipasarkan sebagai koperasi pembuatan film Tionghoa pertama di Hindia Belanda. Skenario pertama mereka adalah Lily van Java[3][6] dan harus diperiksa Film Commissie (badan sensor film Hindia Belanda kala itu) terlebih dahulu agar tidak menyalahi nilai-nilai tradisional setempat.[7]

Menurut Katalog Film Indonesia karya JB Kristanto, seorang warga negara Amerika Serikat bernama Len Ross awalnya dikontrak untuk menyutradarai film ini.[3] Ross kabarnya berada di Hindia Belanda untuk merekam film berjudul Java untuk Metro-Goldwyn-Mayer dan sempat merekam beberapa adegan pada pertengahan 1928.[8] Para pemerannya beretnis Tionghoa. Pemeran wanitanya – Lie Lian Hwa dan Lie Bo Tan – kabarnya merupakan putri preman Surabaya Lie Bauw Kie dan menguasai silat.[9] Pemeran lainnya meliputi Kwee Tiang An dan Yah Kwee Pang. Sayangnya, setelah Ross keluar, skenario tersebut tertunda.[3]

Nelson Wong, yang sebelumnya dikontrak saudaranya, Joshua dan Othniel, untuk merekam film untuk Tio Tek Djin,[10] meminta bantuan dana dari David Wong (tidak ada hubungan keluarga), karyawan senior di General Motors Batavia. Dengan bantuannya, Halimoen Film milik Wong Bersaudara dapat menyelesaikan film ini.[3][9][11] Sejumlah sumber menyebutkan pemerannya sama,[3][9] sementara sumber lainnya menyebutkan peran utama diperankan seorang pelajar asal Shanghai bernama Lily Oey.[1][12][13]

Film bisu ini direkam menggunakan kamera hitam putih;[3] antarjudulnya berdwibahasa, bahasa Melayu dan Tionghoa.[9] Sejarawan film Amerika Serikat Richard Abel menulis bahwa kualitas teknis film ini, layaknya semua film produksi Hindia Belanda waktu itu, sangat buruk dan tidak dapat bersaing dengan film-film impor.[14] Sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran menulis bahwa rekamannya dianggap masih buram pada saat itu.[15]

Rilis dan tanggapan

[sunting | sunting sumber]

Lily van Java dirilis pada tahun 1928.[3] Kesuksesannya di pasaran masih dipertanyakan. Wartawan Leopold Gan menulis bahwa film ini sangat sukses sampai-sampai beberapa salinannya luntur karena terlalu sering diputar selama sekian tahun.[9] Akan tetapi, Joshua Wong dalam sebuah wawancara mengaku film ini gagal di pasaran; David Wong kabarnya tidak mau lagi mendanai film apapun setelah Lily van Java.[16] Karena tidak ada sumber dana, Wong Bersaudara berhenti sejenak dari dunia perfilman.[15]

Lily van Java terus disebut sebagai film produksi Tionghoa pertama di Hindia Belanda.[11] Meski Wong Bersaudara berhenti sejenak, banyak etnis Tionghoa yang kemudian memasuki ranah industri perfilman. Beberapa perusahaan rintisan milik etnis Tionghoa di Hindia Belanda mulai berdiri sejak 1929 sampai seterusnya, termasuk Nancing Film yang memproduksi Resia Boroboedoer (1928) dan Tan's Film yang memproduksi Njai Dasima (1929).[4] Pada awal 1930-an, bisnis milik etnis Tionghoa sangat mendominasi industri perfilman Hindia Belanda.[17]

Film ini bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang diproduksi sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.[18] Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.[19]

  1. ^ a b Said 1982, hlm. 17.
  2. ^ Biran 2009, hlm. 379–381.
  3. ^ a b c d e f g h Filmindonesia.or.id, Lily van Java.
  4. ^ a b Biran 2009, hlm. 379.
  5. ^ Biran 2009, hlm. 77.
  6. ^ Biran 2009, hlm. 79.
  7. ^ PaEni 2010, Mozaik Film Nasional.
  8. ^ Biran 2009, hlm. 80.
  9. ^ a b c d e Biran 2009, hlm. 82.
  10. ^ Biran 2009, hlm. 81.
  11. ^ a b JCG, Lily van Java.
  12. ^ van der Heide 2002, hlm. 128.
  13. ^ Biran, Ramadhan K.H. & Labrousse 1973, hlm. 165.
  14. ^ Abel 2005, hlm. 462.
  15. ^ a b Biran 2009, hlm. 86.
  16. ^ Biran 2009, hlm. 84.
  17. ^ Biran 2009, hlm. 380–381.
  18. ^ Heider 1991, hlm. 14.
  19. ^ Biran 2009, hlm. 351.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]