Natrium hipoklorit

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Natrium hipoklorit
Natrium hipoklorit
Kation natrium
Kation natrium
Kation natrium
Model ruang terisi anion hipoklorit
Model ruang terisi anion hipoklorit
Anion hipoklorit
Nama
Nama IUPAC
Natrium hipoklorit
Nama lain
  • Antiformin
  • Pemutih
  • Klorida dari soda
Dalam larutan encer:
  • Larutan Carrel-Dakin
  • Larutan Dakin modifikasi
  • Larutan soda klorinasi untuk bedah
Penanda
Model 3D (JSmol)
3DMet {{{3DMet}}}
ChEBI
ChemSpider
Nomor EC
KEGG
Nomor RTECS {{{value}}}
UNII
Nomor UN 1791
  • InChI=1S/ClO.Na/c1-2;/q-1;+1 YaY
    Key: SUKJFIGYRHOWBL-UHFFFAOYSA-N YaY
  • InChI=1/ClO.Na/c1-2;/q-1;+1
    Key: SUKJFIGYRHOWBL-UHFFFAOYAD
  • [Na+].[O-]Cl
Sifat
NaOCl
Massa molar 74,44(2) g/mol
Penampilan padatan kuning kehijauan (pentahidrat)
Bau seperti klorin dan agak manis
Densitas 1,11 g/cm3
Titik lebur 18 °C (64 °F; 291 K) pentahidrat
Titik didih 101 °C (214 °F; 374 K) (terdekomposisi)
29,3 g/100mL (0 °C)[2]
Keasaman (pKa) 7,5185
Kebasaan (pKb) 6,4815
Termokimia
Entalpi pembentukan standarfHo) -347,1 kJ/mol
Farmakologi
Kode ATC D08AX07
Bahaya
Lembar data keselamatan ICSC 1119 (solution, >10% active chlorine)
ICSC 0482 (solution, <10% active chlorine)
Corrosive (C)
Dangerous for the environment (N)
Frasa-R R31, R34, R50
Frasa-S (S1/2), S28, S45, S50, S61
Senyawa terkait
Anion lain
Natrium klorida
Natrium klorit
Natrium klorat
Natrium perklorat
Kation lainnya
Litium hipoklorit
Kalsium hipoklorit
Kalium hipoklorit
Senyawa terkait
Asam hipoklorit
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada suhu dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa).
N verifikasi (apa ini YaYN ?)
Referensi

Natrium hipoklorit adalah senyawa kimia dengan rumus kimia NaOCl atau NaClO, tersusun dari kation natrium (Na+) dan anion hipoklorit (OCl atau ClO). Ia juga dapat dianggap sebagai garam natrium dari asam hipoklorit. Bentuk anhidratnya tidak stabil dan dapat terurai disertai ledakan.[3][4] NaOCl dapat dikristalkan sebagai pentahidratnya NaOCl • 5H2O, suatu padatan pucat berwarna kuning kehijauan yang tidak mudah meledak dan stabil jika disimpan dalam kondisi dingin.[5][6]

Natrium hipoklorit paling sering dijumpai sebagai larutan encer berwarna kuning kehijauan yang dikenal sebagai cairan pemutih atau biasa disebut pemutih saja, suatu bahan kimia rumah tangga yang banyak digunakan (sejak abad ke-18) sebagai disinfektan atau pemutih. Senyawa dalam larutan bersifat tidak stabil dan mudah terdekomposisi, membebaskan klorin, yang merupakan zat aktif produk ini. Memang, natrium hipoklorit adalah pemutih berbasis klorin tertua dan masih yang paling penting.[7][8]

Sifatnya yang korosif, ketersediaannya yang mudah, dan produk reaksinya membuat natrium hipoklorit memiliki risiko yang signifikan. Terutama, jika mencampur cairan pemutih dengan produk pembersih lain, seperti asam atau amonia, yang dapat mengeluarkan asap beracun.[9]

Kimia[sunting | sunting sumber]

Kestabilan padatan[sunting | sunting sumber]

Natrium hipoklorit anhidrat dapat dibuat, namun, seperti hipoklorit pada umumnya, ia sangat tak stabil dan terdekomposisi disertai ledakan jika dipanaskan atau tergesek.[3] Dekomposisi dipercepat oleh karbon dioksida pada level atmosfer.[4][9] Ia berupa padatan putih dengan struktur kristal ortorombik.[1]

Natrium hipoklorit dapat pula diperoleh sebagai kristal pentahidratnya, NaOCl • 5H2O, yang tidak meledak dan jauh lebih stabil daripada spesies anhidratnya.[4][5] Kristal ortorombik berwarna kuning kehijauan transparan[10][11] mengandung 44%(b/b) NaOCl dan melebur pada suhu 25–27 °C. Senyawa ini terdekomposisi cepat pada suhu ruang, sehingga harus disimpan dalam lemari pendingin. Pada suhu yang lebih rendah, ia cukup stabil: dilaporkan hanya 1% yang terdekomposisi setelah penyimpanan selama 360 hari pada suhu 7 °C.[6][12]

Paten A.S. 1966 mengklaim bahwa padatan stabil natrium hipoklorit dihidrat, NaOCl • 2H2O, dapat diperoleh dengan cara mengeluarkan ion klorida (Cl) secara hati-hati, yang ada pada hasil proses manufakturing pada umumnya dan disebutkan untuk mengkatalisis dekomposisi hipoklorit menjadi klorat (ClO3) dan klorida. Dalam satu pengujian, dihidratnya diklaim menunjukkan hanya mengalami dekomposisi 6% setelah penyimpanan selama 13,5 bulan pada suhu −25 °C. Paten tersebut juga mengklaim bahwa dihidrat dapat direduksi menjadi bentuk anhidratnya melalui pengeringan vakum pada suhu sekitar 50 °C, menghasilkan padatan yang tidak mengalami dekomposisi setelah 64 jam pada suhu −25 °C.[13]

Kesetimbangan dan kestabilan larutan[sunting | sunting sumber]

Pada suhu ambien, natrium hipoklorit lebih stabil dalam larutan encer yang mengandung ion Na+ dan OCl yang tersolvasi. Massa jenis larutan sekitar 1,09(3) g/mL pada konsentrasi 5%,[14] dan 1,21 g/mL pada konsentrasi 14%, suhu 20 °C.[15] Larutan stoikiometris bersifat alkalis, dengan pH 11 atau lebih,[6] karena asam hipoklorit adalah asam lemah:

Kesetimbangan dan spesies berikut ada dalam larutan NaOCl:[16]

Persamaan kesetimbangan kedua di atas akan bergeser ke kanan jika klor Cl2 dibiarkan lepas sebagai gas. Perbandingan Cl2, HOCl, dan OCl dalam larutan juga tergantung pH. Pada pH di bawah 2, sebagian besar klorin dalam larutan berada dalam bentuk unsur terlarut Cl2. Pada pH lebih besar dari 7,4, sebagian besar dalam bentuk hipoklorit ClO.[7] Kesetimbangan dapat digeser dengan menambahkan asam (seperti asam klorida) atau basa (seperti natrium hidroksida) ke dalam larutan:

Pada pH sekitar 4, yang dapat diperoleh dengan penambahan asam kuat seperti asam klorida, jumlah HOCl yang tak terdisosiasi (tidak terionisasi) adalah yang tertinggi. Reaksi dapat ditulis sebagai berikut:

Larutan natrium hipoklorit bereaksi dengan asam membebaskan gas klorin, paling kuat pada pH < 2, sesuai reaksi:

Pada pH > 8, klorin secara praktis semuanya dalam bentuk anion hipoklorit (OCl). Larutannya cukup stabil pada pH 11–12. Meski begitu, satu laporan mengklaim bahwa larutan pereaksi konvensional 13,6% NaOCl kehilangan 17% kekuatannya setelah disimpan selama 360 hari pada 7 °C.[6] Untuk alasan ini, dalam beberapa aplikasi dapat digunakan senyawa pembebas klorin yang lebih stabil, seperti kalsium hipoklorit Ca(ClO)2 atau asam trikloroisosianurat (CNClO)3.

Dekomposisi menjadi klorat atau oksigen[sunting | sunting sumber]

Dalam kondisi tertentu, anion hipoklorit dalam larutan juga dapat mengalami disproporsionasi (autooksidasi) menjadi klorida dan klorat:[17]

Secara khusus, reaksi ini terjadi dalam larutan natrium hipoklorit pada suhu tinggi, membentuk natrium klorat dan natrium klorida:[17][18]

Reaksi ini digunakan dalam produksi natrium klorat berskala industri.

Sebagai gantinya, dekomposisi alternatif hipoklorit menghasilkan oksigen:

Dalam larutan natrium hipoklorit panas, reaksi ini bersaing dengan pembentukan klorat, menghasilkan natrium klorida dan gas oksigen:[17]

Dua reaksi dekomposisi larutan NaOCl ini dimaksimalkan pada pH sekitar 6. Reaksi penghasil klorat mendominasi pada pH di atas 6, sedangkan oksigen menjadi signifikan di bawah itu. Misalnya, pada 80 °C, dengan konsentrasi NaOCl dan NaCl 80 mM, dan pH 6–6,5, klorat diproduksi dengan efisiensi ∼95%. Jalur oksigen mendominasi pada pH 10.[17] Dekomposisi ini dipengaruhi oleh cahaya[18] dan katalis ion logam seperti tembaga, nikel, kobalt,[17] dan iridium.[19] Katalis seperti natrium dikromat Na2Cr2O7 dan natrium molibdat Na2MoO4 dapat ditambahkan secara industri untuk mengurangi jalur oksigen, tetapi sebuah laporan mengklaim bahwa hanya natrium molibdat yang efektif.[17]

Titrasi[sunting | sunting sumber]

Titrasi larutan hipoklorit sering dilakukan dengan menambahkan sampel terukur ke dalam larutan kalium iodida (KI) berlebih dalam suasana asam, dan kemudian iodin (I2) yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat atau fenil arsin oksida, menggunakan pati sebagai indikator, hingga warna biru menghilang.[11]

Menurut satu paten AS, kestabilan kandungan padatan atau larutan natrium hipoklorit dapat ditentukan dengan memantau penyerapan inframerah oleh ikatan O–Cl. Panjang gelombang karakteristik yang diberikan adalah 140,25 μm untuk larutan air, 140,05 untuk padatan dihidrat NaOCl • 2H2O, dan 139,08 μm untuk campuran garam anhidrat Na2(OCl)(OH).[13]

Oksidasi senyawa organik[sunting | sunting sumber]

Oksidasi amilum dengan natrium hipoklorit, yang menambahkan gugus karbonil dan karboksil, sesuai untuk membuat produk-produk kanji modifikasi.[20]

Alkohol dioksidasi menjadi senyawa karbonil (aldehida atau keton) yang sesuai, dengan adanya katalis transfer fase.[6][21] Natrium hipoklorit dapat pula mengoksidasi sulfida organik menjadi sulfoksida atau sulfon, disulfida atau tiol menjadi sulfonil klorida atau bromida, imina menjadi oksaziridina.[6] Ia juga dapat menghilangkan sifat aromatis fenol.[6]

Oksidasi logam dan senyawa kompleks[sunting | sunting sumber]

Reaksi heterogen natrium hipoklorit dan logam seperti seng berlangsung lambat dan menghasilkan oksida atau hidroksida logam:

Reaksi homogen dengan senyawa kompleks logam berlangsung lebih cepat. Hal ini telah digunakan dalam epoksidasi Jacobsen.

Reaksi lainnya[sunting | sunting sumber]

Natrium hipoklorit bereaksi dengan sebagian besar senyawa nitrogen membentuk senyawa-senyawa volatil monokloramina, dikloramina dan nitrogen triklorida.

Netralisasi[sunting | sunting sumber]

Natrium tiosulfat adalah penetral klorin yang efektif. Mencuci tangan menggunakan natrium tiosulfat 5 mg/L dilanjutkan dengan sabun dan air, akan menghilangkan bau klorin.[22]

Produksi[sunting | sunting sumber]

Klorinasi soda[sunting | sunting sumber]

Kalium hipoklorit dibuat pertama kali pada tahun 1789 oleh Claude Louis Berthollet di laboratoriumnya di Quai de Javel, Paris, Perancis. Ia melewatkan gas klorin melalui larutan kalium hidroksida. Cairan yang dihasilkan, dikenal sebagai "Eau de Javel" ("air Javel"), adalah larutan lemah kalium hipoklorit. Antoine Labarraque mengganti kalium hidroksida dengan natrium hidroksida yang lebih murah, sehingga diperoleh natrium hipoklorit (Eau de Labarraque).[23][24]

Oleh karena klorin secara simultan tereduksi dan teroksidasi, proses ini dikenal sebagai disproporsionasi.

Proses ini juga digunakan untuk membuat pentahidrat NaOCl • 5H2O untuk penggunaan industri dan laboratorium. Dalam proses yang khas, gas klorin ditambahkan ke dalam larutan NaOH 45–48%. Beberapa natrium klorida mengendap dan dipisahkan dengan penyaringan, dan pentahidratnya diperoleh dengan mendinginkan filtrat pada suhu 12 °C .[6]

Dari kalsium hipoklorit[sunting | sunting sumber]

Metode lain melibatkan reaksi natrium karbonat dengan serbuk pemutih, suatu campuran kalsium hipoklorit Ca(OCl)2, kalsium klorida CaCl2, dan kalsium hidroksida Ca(OH)2:

Metode ini banyak digunakan untuk membuat larutan hipoklorit yang digunakan sebagai antiseptik rumah sakit, dan diperdagangkan setelah Perang Dunia I dengan merek "Eusol", singkatan dari Edinburgh University Solution Of (chlorinated) Lime – merujuk ke Departemen Patologi Universitas Edinburgh, tempat larutan ini dikembangkan.[25]

Elektrolisis air garam[sunting | sunting sumber]

Menjelang akhir abad ke-19, E. S. Smith mematenkan proses kloroalkali: metode pembuatan natrium hipoklorit yang melibatkan elektrolisis air garam untuk menghasilkan natrium hidroksida dan gas klor, yang kemudian dicampur untuk membentuk natrium hipoklorit.[24][26][27] Reaksi utamanya adalah:

Tenaga listrik dan larutan air garam murah pada waktu itu, dan berbagai pemasar giat mengambil keuntungan dari situasi ini untuk memenuhi permintaan pasar akan natrium hipoklorit. Larutan natrium hipoklorit dalam botol dijual dengan berbagai nama dagang.

Hari ini, penyempurnaan metode ini, yang dikenal sebagai proses Hooker (merujuk ke Hooker Chemicals, yang diakuisisi oleh Occidental Petroleum), adalah satu-satunya metode produksi natrium hipoklorit berskala industri besar. Dalam proses tersebut, natrium hipoklorit (NaOCl) dan natrium klorida (NaCl) terbentuk ketika klorin dilewatkan ke dalam larutan natrium hidroksida encer dingin. Klorin dibuat secara industri melalui elektrolisis dengan pemisahan minimal antara anode dan katode. Larutan harus dijaga di bawah 40 °C (menggunakan koil pendingin) untuk mencegah pembentukan natrium klorat yang tidak diinginkan.

Larutan komersial selalu mengandung sejumlah besar natrium klorida (garam biasa) sebagai produk sampingan utama, seperti terlihat pada persamaan di atas.

Dari asam hipoklorit dan soda[sunting | sunting sumber]

Paten tahun 1966 menjelaskan produksi dihidrat stabil NaOCl • 2H2O dengan mereaksikan larutan asam hipoklorit HOCl bebas-klorida (dibuat dari klorin monoksida ClO dan air), dengan larutan natrium hidroksida pekat. Dalam sediaan yang khas, 255 mL larutan HOCl dengan konsentrasi 118 g/L ditambahkan secara perlahan sambil diaduk ke dalam larutan 40 g NaOH dalam air bersuhu 0 °C. Beberapa natrium klorida mengendap dan dipisahkan dengan cara fitrasi. Larutannya diuapkan vakum pada 40–50 °C dan tekanan 1–2 mmHg sampai dihidrat mengkristal. Kristal dikeringkan secara vakum untuk menghasilkan bubuk kristal yang dapat mengalir bebas.[13]

Prinsip yang sama digunakan dalam paten 1991 lainnya untuk menghasilkan bubur pekat pentahidratnya NaOCl • 5H2O. Biasanya, larutan 35% (berat) HOCl direaksikan dengan natrium hidroksida pada suhu sekitar 25 °C atau kurang. Bubur yang dihasilkan mengandung sekitar 35% NaOCl, dan relatif stabil karena konsentrasi klorida yang rendah.[28]

Dari ozon dan garam[sunting | sunting sumber]

Natrium hipoklorit mudah dibuat untuk keperluan penelitian dengan mereaksikan ozon dan garam.

Reaksi ini terjadi pada suhu ruang dan dapat membantu oksidasi alkohol.

Kemasan dan penjualan[sunting | sunting sumber]

Pemutih rumah tangga Eau de Javel mengandung 2,6% natrium hipoklorit

Pemutih rumah tangga yang diperdagangkan untuk mencuci pakaian adalah larutan 3–8% natrium hipoklorit pada saat keluar dari pabrik. Kekuatannya bervariasi antara satu formula dengan formula lainnya, dan semakin lama disimpan kekuatannya akan menurun. Sedikit natrium hidroksida biasanya ditambahkan ke dalam pemutih rumah tangga untuk memperlambat dekomposisi NaOCl.[7]

Larutan 10–25% natrium hipoklorit, sesuai lembar keselamatan Univar, diperdagangkan dengan merek dagang Hypo, Everchlor, Chloros, Hispec, Bridos, Bleacol, atau Vo-redox 9110.[29]

Larutan 12% banyak digunakan dalam saluran air untuk klorinasi air, dan larutan 15% lebih umum[30] digunakan untuk disinfeksi air limbah di instalasi pengolahan air limbah. Natrium hipoklorit juga dapat digunakan untuk disinfeksi air minum.[31]

Larutan encernya (50 ppm hingga 1,5%) ditemukan dalam semprotan disinfektan dan lap yang digunakan pada permukaan keras.[32][33]

Penggunaan[sunting | sunting sumber]

Pemutih[sunting | sunting sumber]

Cairan pemutih untuk penggunaan di dapur

Pemutih rumah tangga, secara umum, merupakan larutan yang mengandung 3–8%(b/b) natrium hipoklorit dan 0,01–0,05% natrium hidroksida; natrium hidroksida digunakan untuk memperlambat dekomposisi natrium hipoklorit menjadi natrium klorida dan natrium klorat.[34]

Pembersih[sunting | sunting sumber]

Sodium hipoklorit memiliki sifat merusak.[35] Di antara aplikasi lain, dapat digunakan untuk menghilangkan noda jamur, noda gigi yang disebabkan oleh fluorosis,[36] dan noda pada pecah-belah, terutama yang disebabkan oleh tanin dalam teh. NaOCl juga telah digunakan dalam deterjen dan sebagai pembersih permukaan.

Efek pemutihan, pembersihan, penghilang bau dan kaustiknya disebabkan oleh oksidasi dan hidrolisis (saponifikasi). Kotoran organik yang terpapar hipoklorit menjadi larut dalam air dan tidak mudah menguap, yang mengurangi baunya dan memudahkan pembuangannya.

Disinfeksi[sunting | sunting sumber]

Natrium hipoklorit dalam larutan menunjukkan aktivitas anti-mikrob dalam spektrum luas dan banyak digunakan di fasilitas perawatan kesehatan.[37] Ia biasanya diencerkan dalam air tergantung pada penggunaannya. "Larutan klorin kuat" adalah larutan 0,5% hipoklorit (mengandung klorin bebas sekitar 5000 ppm) yang digunakan untuk mendisinfeksi area yang terkontaminasi cairan tubuh, termasuk tumpahan darah yang besar (area tersebut pertama-tama dibersihkan dengan deterjen sebelum didisinfeksi).[37][38] Larutan ini dapat dibuat dengan mengencerkan pemutih rumah tangga yang sesuai (biasanya 1 bagian pemutih dengan 9 bagian air).[39] Larutan tersebut telah dicoba untuk menonaktifkan C. difficile[37] dan HPV.[40] "Larutan klorin lemah" adalah larutan 0,05% hipoklorit yang digunakan untuk mencuci tangan, tetapi biasanya dibuat dengan butiran kalsium hipoklorit.[38]

"Larutan Dakin" adalah larutan disinfektan yang mengandung natrium hipoklorit konsentrasi rendah dan sedikit asam borat atau natrium bikarbonat untuk menstabilkan pH. Telah terbukti efektif dengan konsentrasi NaOCl serendah 0,025%.[41]

Peraturan pemerintah AS memungkinkan peralatan pengolah makanan dan permukaan kontak makanan dibersihkan dengan larutan yang mengandung pemutih, asalkan larutan tersebut dibuang secara memadai sebelum kontak dengan makanan, dan bahwa larutan tersebut tidak melebihi 200 bagian per juta (ppm) klorin yang tersedia (misalnya, satu sendok makan pemutih rumah tangga biasa mengandung 5,25% natrium hipoklorit, per galon air).[42] Jika digunakan konsentrasi yang lebih tinggi, permukaan harus dibilas dengan air minum setelah sanitasi.

Konsentrasi pemutih yang serupa dalam air hangat digunakan untuk membersihkan permukaan sebelum membuat bir atau anggur. Permukaan harus dibilas dengan air yang disterilkan (dididihkan) untuk menghindari perubahan rasa minuman; produk sampingan terklorinasi dari permukaan yang disanitasi juga berbahaya. Cara kerja disinfektan natrium hipoklorit mirip dengan asam hipoklorit.

Larutan yang mengandung lebih dari 500 ppm klorin tersedia bersifat korosif terhadap beberapa logam, paduan, dan banyak termoplastik (seperti resin asetal). Oleh karena itu perlu dihilangkan secara menyeluruh setelahnya, sehingga disinfeksi menggunakan pemutih kadang-kadang diikuti dengan disinfeksi menggunakan etanol. Cairan yang mengandung natrium hipoklorit sebagai komponen aktif utama juga digunakan untuk pembersihan dan disinfeksi rumah tangga, misalnya pembersih toilet.[43] Beberapa pembersih diformulasikan agar kental sehingga tidak cepat mengalir dari permukaan vertikal, seperti bagian dalam mangkuk toilet.

Asam hipoklorit yang tidak terdisosiasi (tidak terionisasi) diyakini bereaksi dengan dan menonaktifkan enzim bakteri dan virus.

Neutrofil dari sistem kekebalan tubuh manusia menghasilkan sejumlah kecil hipoklorit di dalam fagosom, yang mencerna bakteri dan virus.

Penghilang bau badan[sunting | sunting sumber]

Natrium hipoklorit memiliki sifat penghilang bau, yang sejalan dengan sifat pembersihnya.[35]

Pengolahan air limbah[sunting | sunting sumber]

Larutan natrium hipoklorit telah digunakan untuk mengolah limbah sianida encer, seperti limbah elektroplating. Dalam operasi pengolahan kelompok, natrium hipoklorit telah digunakan untuk mengolah limbah sianida yang lebih pekat, seperti larutan perak sianida pelapis. Sianida beracun dioksidasi menjadi sianat (OCN) yang tidak beracun, sesuai reaksi berikut:

Natrium hipoklorit umumnya digunakan sebagai biosida dalam aplikasi industri untuk mengontrol pembentukan lendir dan bakteri dalam sistem air yang digunakan di pembangkit listrik, pabrik pulp dan kertas, dll., dalam larutan yang biasanya 10–15%(b/b).

Endodontik[sunting | sunting sumber]

natrium hipoklorit adalah obat pilihan karena kemanjurannya melawan organisme patogen dan pencernaan pulpa dalam terapi endodontik. Konsentrasi yang digunakan bervariasi dari 0,5% hingga 5,25%. Pada konsentrasi rendah ia melarutkan jaringan nekrotik; pada konsentrasi yang lebih tinggi ia juga melarutkan jaringan vital dan spesies bakteri tambahan. Satu studi menunjukkan bahwa Enterococcus faecalis masih ada di dalam dentin setelah 40 menit terpapar natrium hipoklorit 1,3% dan 2,5%, sedangkan 40 menit pada konsentrasi 5,25% efektif menghilangkan E. faecalis.[44] Selain konsentrasi natrium hipoklorit yang lebih tinggi, paparan waktu yang lebih lama dan pemanasan larutan (60 °C) juga meningkatkan efektivitasnya dalam menghilangkan jaringan lunak dan bakteri di dalam ruang saluran akar.[44] Konsentrasi 2% adalah konsentrasi umum karena risiko kejadian hipoklorit iatrogenik lebih sedikit.[45] Insiden hipoklorit merupakan reaksi langsung dari rasa sakit yang hebat, diikuti oleh edema, hematoma, dan ekimosis sebagai konsekuensi akibat keluarnya larutan dari batas-batas gigi dan memasuki ruang periapikal. Ini mungkin disebabkan oleh pengikatan atau tekanan berlebihan pada jarum suntik, atau itu dapat terjadi jika gigi memiliki foramen apikal yang sangat besar.[46]

Mengurangi kerusakan kulit[sunting | sunting sumber]

Rendaman natrium hipoklorit encer telah digunakan selama beberapa dekade untuk mengobati eksim sedang hingga parah pada manusia,[47][48] tetapi belum jelas cara kerjanya. Menurut penelitian yang diterbitkan oleh para peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford pada November 2013, larutan natrium hipoklorit sangat encer dalam air (0,005%) berhasil mengobati kerusakan kulit (inflamasi) yang disebabkan oleh terapi radiasi, paparan sinar matahari berlebih, atau penuaan, pada tikus laboratorium. Tikus dengan dermatitis radiasi yang direndam selama 30 menit setiap hari dalam larutan pemutih menunjukkan kerusakan kulit yang kurang parah dan penyembuhan serta pertumbuhan kembali rambut yang lebih baik daripada hewan yang direndam dalam air. Sebuah molekul yang disebut faktor nuklir kappaB (NF-κB) diketahui memainkan peran penting dalam peradangan, penuaan, dan respons terhadap radiasi. Para peneliti menemukan bahwa jika aktivitas NF-κB diblokir pada tikus tua dengan memandikan mereka dalam larutan pemutih, kulit hewan mulai terlihat lebih muda, berubah dari tua dan rapuh ke lebih tebal, dengan peningkatan proliferasi sel. Efeknya berkurang setelah mandi dihentikan, menunjukkan bahwa paparan teratur diperlukan untuk menjaga ketebalan kulit.[47][49]

Keselamatan[sunting | sunting sumber]

Diperkirakan ada sekitar 3.300 kecelakaan yang memerlukan perawatan di rumah sakit yang disebabkan oleh larutan natrium hipoklorit setiap tahun di Inggris (RoSPA, 2002).

Oksidasi dan korosi[sunting | sunting sumber]

Natrium hipoklorit adalah oksidator kuat. Reaksi oksidasi bersifat korosif. Larutannya membakar kulit dan menyebabkan kerusakan mata, terutama dalam bentuk pekatnya. Namun, sesuai arahan dari NFPA, hanya larutan yang mengandung lebih dari 40%(b/b) natrium hipoklorit yang dianggap sebagai oksidator berbahaya. Larutan dengan konsentrasi kurang dari 40%(b/b) diklasifikasikan sebagai bahaya oksidasi sedang (NFPA 430, 2000).

Pemutih rumah tangga dan kaporit kolam renang biasanya distabilkan menggunakan kaustik soda (NaOH) dengan konsentrasi yang signifikan sebagai bagian dari reaksi pabrikasi. Bahan tambahan ini dengan sendirinya menyebabkan iritasi atau sensasi terbakar akibat defatting dan saponifikasi minyak kulit dan kehancuran jaringan. Sensasi licin pemutih pada kulit merupakan akibat dari proses ini.

Bahaya penyimpanan[sunting | sunting sumber]

Kontak larutan natrium hipoklorit dengan logam dapat membebaskan gas hidrogen yang mudah terbakar. Wadah dapat meledak ketika dipanaskan karena pembebasan gas klorin.[9]

Larutan hipoklorit bersifat korosift terhadap bahan wadah yang umum seperti baja nirkarat[6] dan aluminium. Beberapa logam yang kompatibel antara lain titanium (yang sayangnya tidak kompatibel dengan klorin kering) dan tantalum.[7] Wadah kaca adalah wadah yang aman.[6] Beberapa plastik dan karet juga terpengaruh, pilihan aman antara lain polietilena (PE), polietilena berdensitas tinggi (high-density polyethylene, HDPE), polipropilena (PP),[6] beberapa polimer terklorinasi dan terfluorinasi seperti polivinil klorida (PVC), politetrafluoroetilena (PTFE), dan polivinilidena fluorida (PVDF); serta karet etilena propilena dan Viton.[7]

Wadah harus memiliki ventilasi oksigen yang dihasilkan dari dekomposisi selama penyimpanan, jika tidak maka wadah akan pecah.[3]

Reaksi dengan produk umum lainnya[sunting | sunting sumber]

Berbahaya mencampur pemutih dengan beberapa pembersih rumah tangga.

Larutan natrium hipoklorit, sebagai cairan pemutih, dapt melepaskan gas klorin yang beracun ketika dipanaskan di atas suhu 35 °C[9] atau jika dicampur dengan asam, seperti asam klorida atau cuka.

Sebuah studi tahun 2008 mengindikasikan bahwa natrium hipoklorit dan bahan kimia organik (misalnya, surfaktan, pewangi) yang terkandung dalam beberapa produk pembersih rumah tangga dapat bereaksi menghasilkan senyawa organik volatil (VOC) terklorinasi.[50] Senyawa terklorinasi ini dilepaskan saat digunakan, beberapa bersifat toksik dan kemungkinan karsinogen pada manusia. Studi tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi dalam ruangan meningkat tajam (8–52 kali untuk kloroform dan 1–1170 kali untuk karbon tetraklorida, di atas ambang batasnya) selama penggunaan produk yang mengandung pemutih. Peningkatan konsentrasi senyawa organik volatil terklorinasi adalah yang terendah untuk pemutih biasa dan tertinggi untuk produk dalam bentuk "cairan kental dan gel." Peningkatan konsentrasi signifikan yang teramati pada udara dalam ruangan dari beberapa VOC terklorinasi (terutama karbon tetraklorida dan kloroform) menunjukkan bahwa penggunaan pemutih mungkin merupakan sumber yang bisa menjadi penting dalam hal paparan inhalasi terhadap senyawa-senyawa ini. Para penulis menyatakan bahwa penggunaan produk pembersih ini dapat secara signifikan meningkatkan risiko kanker.[50]

Secara khusus, mencampur pemutih hipoklorit dengan amina (misalnya, produk pembersih yang mengandung atau membebaskan amonia, garam amonium, urea, atau senyawa terkait dan bahan biologis seperti urin) menghasilkan kloramina.[9][51] Produk gas ini dapat menyebabkan cedera paru akut. Paparan kronis, misalnya, dari udara di kolam renang di mana klorin digunakan sebagai disinfektan, dapat memicu asma atopik.[52]

Pemutih dapat bereaksi hebat dengan hidrogen peroksida dan menghasilkan gas oksigen:

Reaksi eksplosif atau produk sampingan dapat terjadi di tingkat industri atau laboratorium ketika sodium hipoklorit dicampur dengan senyawa organik.[9]

Keterbatasan dalam perawatan kesehatan[sunting | sunting sumber]

National Institute for Health and Care Excellence Inggris pada Oktober 2008 merekomendasikan bahwa larutan Dakin tidak boleh digunakan sebagai perawatan luka secara rutin.[53]

Dampak lingkungan[sunting | sunting sumber]

Terlepas dari aksi biosidal yang kuat, natrium hipoklorit per se memiliki dampak lingkungan yang terbatas, karena ion hipoklorit cepat terdegradasi sebelum dapat diserap oleh makhluk hidup.[54]

Namun, satu kekhawatiran utama yang timbul dari penggunaan natrium hipoklorit adalah bahwa ia cenderung membentuk senyawa organik terklorinasi yang bertahan lama, di antaranya diketahui sebagai karsinogen, yang dapat diserap oleh organisme dan memasuki rantai makanan. Senyawa ini dapat terbentuk selama penyimpanan dan penggunaan rumah tangga serta selama penggunaan industri.[34] Misalnya, ketika pemutih rumah tangga dan air limbah dicampur, 1–2% dari klorin yang ada, teramati membentuk senyawa organik.[34] Pada tahun 1994, tidak semua produk sampingan telah diidentifikasi, tetapi senyawa yang diidentifikasi termasuk kloroform dan karbon tetraklorida.[34] Perkiraan paparan bahan kimia ini diperkirakan berada dalam batas paparan kerja.[34]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Carl L. Yaws (2015): The Yaws Handbook of Physical Properties for Hydrocarbons and Chemicals, 2nd edition, p. 734. Gulf Professional Publishing. ISBN 0128011467, 9780128011461.
  2. ^ BS. udavari editor (1996): The Merck Index, p. 1478. Published by Merck Inc.
  3. ^ a b c Peter Urben, editor (2006), Bretherick's Handbook of Reactive Chemical Hazards. 4th edition, p. 984; 7th Edition; vol. 1, pg 1433. ISBN 9780123725639, 9780080523408
  4. ^ a b c Arihiro Hamano (1997): "The formation and decomposition of sodium hypochlorite anhydrous salt and its pentahydrate". Science and Technology of Energetic Materials, volume 58, issue 4, pp. 152–155.
  5. ^ a b Malcolm Percival Applebey (1919): "Sodium hypochlorite". Journal of the Chemical Society, Transactions, volume 115, article XCVI, pp. 1106–1109. DOI:10.1039/CT9191501106
  6. ^ a b c d e f g h i j k Masayuki Kirihara, Tomohide Okada, Yukihiro Sugiyama, Miyako Akiyoshi, Takehiro Matsunaga, and Yoshikazu Kimura (2017): "Sodium Hypochlorite Pentahydrate Crystals (NaOCl·5H2O): A Convenient and Environmentally Benign Oxidant for Organic Synthesis". Organochemistry Process Research and Development, volume 21, pp. 1925–1937. DOI:10.1021/acs.oprd.7b00288
  7. ^ a b c d e "OxyChem Sodium Hypochlorite Handbook" (PDF). oxy.com. OxyChem. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-04-18. Diakses tanggal 2017-07-12. 
  8. ^ "Pamphlet 96, The Sodium Hypochorite Manual". www.chlorineinstitute.org. The Chlorine Institute. 
  9. ^ a b c d e f (2013): "Sodium Hypochlorite" Stanford Linear Accelerator Laboratory Safe Handling Guideline, chapter 53, product 202. Accessed on 2018-06-12
  10. ^ "Sodium Hypochlorite Pentahydrate, NaOCl·5H2O". MatWeb Material Property Data website. Accessed on 2018-07-12.
  11. ^ a b "Sodium Hypochlorite". Web page at StudFiles, accessed on 2018-06-14.
  12. ^ Tomohide Okada, Tomotake Asawa, Yukihiro Sugiyama, Toshiaki Iwai, Masayuki Kirihara, Yoshikazu Kimura (2016): "Sodium hypochlorite pentahydrate (NaOCl·5H2O) crystals; An effective re-oxidant for TEMPO oxidation". Tetrahedron, volume 72, issue 22, pp. 2818–2827. DOI:10.1016/j.tet.2016.03.064
  13. ^ a b c Robert H Walsh, Albert Dietz (1966): "Process for preparing stable sodium hypochlorites". US Patent US3498924A.
  14. ^ USCG (1999). Cited by PubChem.
  15. ^ Environment Canada (1985): "Tech Info for Problem Spills: Sodium Hypochlorite (Draft)".
  16. ^ L. Wang; et al. (2007), "Hypochlorous Acid as a Potential Wound Care Agent", Journal of Burns and Wounds, 6: e5, PMC 1853323alt=Dapat diakses gratis, PMID 17492050 
  17. ^ a b c d e f Staffan Sandin, Rasmus K. B. Karlsson, and Ann Cornell (2015): "Catalyzed and Uncatalyzed Decomposition of Hypochlorite in Dilute Solutions". Industrial Engineering Chemical Research, volume 54, issue 15, pp. 3767–3774. DOI:10.1021/ie504890a
  18. ^ a b Arihiro Hamano and Akie Ikeda (1995): "The pH effect on the photodecomposition of sodium hypochlorite solution". Science and Technology of Energetic Materials, volume 56, issue 2, pp. 59–63.
  19. ^ Gilbert H. Ayres and Max H. Booth (1955): "Catalytic Decomposition of Hypochlorite Solution by Iridium Compounds. I. The pH-Time Relationship". Journal of the American Chemical Society, volume 77, issue 4, pp. 825–827. DOI:10.1021/ja01609a001
  20. ^ ASC – PT Asahimas Chemical (2009): "Sodium hypochlorite". Online product description. Accessed on 2018-06-14.
  21. ^ G. A. Mirafzal; A. M. Lozeva (1998). "Phase transfer catalyzed oxidation of alcohols with sodium hypochlorite". Tetrahedron Letters. 39 (40): 7263–7266. doi:10.1016/S0040-4039(98)01584-6. 
  22. ^ "Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater" (PDF). www.umass.edu. American Public Health Association, American Water Works Association, Water Environment Federation. Diakses tanggal 26 January 2017. 
  23. ^ Helmut Vogt; Jan Balej; John E. Bennett; Peter Wintzer; Saeed Akhbar Sheikh; Patrizio Gallone (2007), "Chlorine Oxides and Chlorine Oxygen Acids", Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry (edisi ke-7th), Wiley, hlm. 2 
  24. ^ a b "Sodium hypochlorite as a disinfectant". Lenntech.com. Diakses tanggal 2011-08-07. 
  25. ^ "eusol". Oxford English Dictionary. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-27. Diakses tanggal 3 July 2014. 
  26. ^ Paul May. "Bleach (Sodium Hypochlorite)". University of Bristol. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 December 2016. Diakses tanggal 13 December 2016. 
  27. ^ "How Products Are Made Volume 2". May 2011. 
  28. ^ Budd L. Duncan and Richard C. Ness (1991): "Process for the production of highly pure concentrated slurries of sodium hypochlorite". US Patent US5194238A.
  29. ^ "SAFETY DATA SHEET Sodium Hypochlorite" (PDF). Univar. 9 August 2007. 
  30. ^ Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, & Reuse (edisi ke-3rd). Metcalf & Eddy, Inc. 1991. hlm. 497. 
  31. ^ Daniele S. Lantagne (2008). "Sodium hypochlorite dosage for household and emergency water treatment". e-Journal AWWA. 100 (8). 
  32. ^ Vieira, Ernest R. (1999). Elementary Food Science. Springer. hlm. 381–382. ISBN 978-0-8342-1657-0. 
  33. ^ Marotz, Lynn R. (2011). Health, Safety, and Nutrition for the Young Child. Cengage Learning. hlm. 126–127. ISBN 978-1-111-29837-1. 
  34. ^ a b c d e Smith WT. (1994). Human and Environmental Safety of Hypochlorite. In: Proceedings of the 3rd World Conference on Detergents: Global Perspectives, pp. 183–5.
  35. ^ a b "Benefits and Safety Aspects of Hypochlorite Formulated in Domestic Products" (PDF). AISE – International Association for Soaps, Detergents and Maintenance Products. March 1997. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 30 March 2014. This Support Dossier deals with information on the environmental and human safety evaluation of hypochlorite, and on its benefits as a disinfecting, deodorising and stain removing agent. 
  36. ^ Cárdenas Flores, A; Flores Reyes, H; Gordillo Moscoso, A; Castanedo Cázares, JP; Pozos Guillén Ade, J (2009). "Clinical efficacy of 5% sodium hypochlorite for removal of stains caused by dental fluorosis". The Journal of Clinical Pediatric Dentistry. 33 (3): 187–91. doi:10.17796/jcpd.33.3.c6282t1054584157. PMID 19476089. 
  37. ^ a b c Rutala, William A.; Weber, David J. (15 February 2017) [2008]. "Guideline for Disinfection and Sterilization in Healthcare Facilities" (PDF). www.cdc.gov. Diakses tanggal 2017-08-29. 
  38. ^ a b "For General Healthcare Settings in West Africa: How to Prepare and Use Chlorine Solutions". Ebola Hemorrhagic Fever. Centers for Disease Control and Prevention. Diakses tanggal 2016-04-27. 
  39. ^ "How to Make Strong (0.5%) Chlorine Solution from Liquid Bleach" (PDF). Centers for Disease Control and Prevention. 
  40. ^ Meyers, Jordan; Ryndock, Eric; Conway, Michael J.; Meyers, Craig; Robison, Richard (2014-06-01). "Susceptibility of high-risk human papillomavirus type 16 to clinical disinfectants". Journal of Antimicrobial Chemotherapy (dalam bahasa Inggris). 69 (6): 1546–1550. doi:10.1093/jac/dku006. ISSN 0305-7453. PMC 4019329alt=Dapat diakses gratis. PMID 24500190. 
  41. ^ J. P. Heggers, J. A. Sazy, B. D. Stenberg, L. L. Strock, R. L. McCauley, D. N. Herndon, and M. C. Robson (1991): "Bactericidal and Wound-Healing Properties of Sodium Hypochlorite Solutions: The 1991 Lindberg Award". Journal of Burn Care & Rehabilitation, volume 12, issue 5, pp. 420–424. DOI:10.1097/00004630-199109000-00005
  42. ^ 21 CFR Part 178
  43. ^ "Toilet Cleaners: Learn About Chemicals Around Your House: Pesticides: US EPA". United States Environmental Protection Agency. 9 May 2012. 
  44. ^ a b Root Canal Irrigants and Disinfectants. Endodontics: Colleagues for Excellence. Published for the Dental Professional Community by the American Association of Endodontists. Winter 2011.
  45. ^ Torabinejad, Mahmoud, Richard Walton. Endodontics, 4th Edition. p. 265. W.B. Saunders Company, 2008. VitalBook file
  46. ^ Hülsmann, M.; Hahn, W. (2000). "Complications during root canal irrigation – literature review and case reports" (PDF). International Endodontic Journal. 33 (3): 186–193. doi:10.1046/j.1365-2591.2000.00303.x. PMID 11307434. 
  47. ^ a b Conger, Krista (15 November 2013). "Inflammatory skin damage in mice blocked by bleach solution, study finds". Stanford School of Medicine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 December 2013. 
  48. ^ Pett, Karen; Batta, Kapila; Vlachou, Christina; Nicholls, Geoff. "Bleach baths using Milton Sterilising Fluid for recurrent infected atopic eczema". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-12. 
  49. ^ Leung TH, Zhang LF, Wang J, Ning S, Knox SJ, Kim SK (2013). "Topical hypochlorite ameliorates NF-κB–mediated skin diseases in mice". Journal of Clinical Investigation. 123 (12): 5361–5370. doi:10.1172/JCI70895. PMC 3859383alt=Dapat diakses gratis. PMID 24231355. 
  50. ^ a b Odabasi, Mustafa (1 March 2008). "Halogenated Volatile Organic Compounds from the Use of Chlorine-Bleach- Containing Household Products". Environmental Science & Technology. 42 (5): 1445–1451. Bibcode:2008EnST...42.1445O. doi:10.1021/es702355u. PMID 18441786. Ringkasan. 
  51. ^ Krieger, Gary R.; Sullivan, John B. Jr. (2001). Clinical environmental health and toxic exposures (edisi ke-2). Philadelphia, Pa. [u.a.]: Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 968. ISBN 9780683080278. Diakses tanggal 30 August 2016. 
  52. ^ Nickmilder, Marc; Carbonnelle, Sylviane; Bernard, Alfred (2007). "House cleaning with chlorine bleach and the risks of allergic and respiratory diseases in children". Pediatric Allergy and Immunology. 18 (1): 27–35. doi:10.1111/j.1399-3038.2006.00487.x. PMID 17295796. 
  53. ^ Do not use Eusol and gauze to manage surgical wounds that are healing by secondary intention, October 2008, NICE, London Diarsipkan 14 July 2014 di Wayback Machine..Accessed 3 July 2014.
  54. ^ ASC – PT Asahimas Chemical (2009): "Sodium hypochlorite 10% Diarsipkan 2018-07-12 di Wayback Machine.". Online Material Safety Data Sheet (MSDS). Accessed on 2018-06-14.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Jones, F.-L. (1972). "Chlorine poisoning from mixing household cleaners". J. Am. Med. Assoc. 222 (10): 1312. doi:10.1001/jama.222.10.1312. 
  • Institut National de Recherche et de Sécurité. (2004). "Eaux et extraits de Javel. Hypochlorite de sodium en solution." Fiche toxicologique n° 157, Paris.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]