Lompat ke isi

Pengendalian mikroba

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pengendalian mikroba adalah proses mengatur dan mengendalikan populasi mikroorganisme yang berpotensi merugikan, seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Mikroorganisme ini dikenal sebagai mikroba, mikroba dapat mengganggu kesehatan manusia[1], hewan, industri makanan[2], pertanian, dan lingkungan.

Mikroorganisme memiliki peran yang menguntungkan dan merugikan. Peran menguntungkan meliputi siklus nutrisi, dekomposisi bahan organik, produksi makanan, dan beberapa memiliki efek terapeutik. Namun, beberapa mikroorganisme juga dapat menyebabkan penyakit atau infeksi, menghasilkan racun, dan menjadi patogen.[3]

Pengendalian mikroba dapat dilakukan dengan metode fisika, kimia, dan biologi.

Metode fisika

[sunting | sunting sumber]

Metode pengendalian mikroba secara fisika melibatkan penggunaan agen antimikroba dengan bantuan peralatan dan mesin. Beberapa metode pengendalian fisika antara lain:

  1. Pemanasan: tyndalisasi, pasteurisasi, boiling, red heating, dan flaming.
  2. Pembekuan: Bakteri dan virus dapat bertahan hidup pada suhu -20°C (suhu alat pembeku mekanis), -70°C (suhu es kering atau CO2 beku), dan -195°C (suhu nitrogen cair).
  3. Pendinginan: Beberapa bakteri dapat tetap hidup selama berbulan-bulan pada suhu sekitar 4-7°C (suhu lemari es).
  4. Radiasi: Bakteri vegetatif dapat dibunuh dengan penyinaran ultraviolet (UV) dan radiasi pengion.
  5. Filtrasi atau penyaringan: Hanya mikroorganisme yang tersaring dapat dihilangkan. Jenis filter yang umum digunakan adalah Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes), dan selulosa.
  6. Pengeringan: Efektivitas dipengaruhi oleh jenis mikroorganisme, cahaya, suhu, dan kelembapan.[3]
  7. Panas lembab: Dapat menyebabkan oksidasi bahan organik dalam sel, seperti endospora Bacillus anthracis yang rusak dalam waktu 15 menit pada suhu 100°C.
  8. Pasteurisasi: Umumnya digunakan pada susu untuk membunuh mikroorganisme seperti Brucella sp., penyebab penyakit brucellosis.[4]

Metode kimia

[sunting | sunting sumber]

Pengendalian mikroba secara kimiawi melibatkan penggunaan bahan kimia antimikroba[5], antara lain:

  1. Sterilan: Bahan kimia yang digunakan untuk sterilisasi.
  2. Sanitasi: Mengurangi jumlah mikroorganisme hingga tingkat yang aman.
  3. Desinfektan: Mematikan mikroorganisme penyebab penyakit.
  4. Germisida: Hampir sama dengan desinfektan, namun mikroorganisme yang dimatikan tidak hanya penyebab penyakit.
  5. Antiseptik: Menghambat dan mematikan mikroorganisme dalam metabolisme, biasanya digunakan pada permukaan tubuh.
  6. Antibiotik: Menggunakan senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh mikroorganisme.[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Faridah, Hayyun Durrotul; Sari, Silvi Kurnia (2019-06-02). "Utilization of microorganism on the development of halal food based on biotechnology". Journal of Halal Product and Research (JHPR) (dalam bahasa Inggris). 2 (1): 33–43. doi:10.20473/jhpr.vol.2-issue.1.33-43. ISSN 2654-9778. 
  2. ^ Amalia F, Suci; Hestiningsih, Retno; Ginandjar, Praba; Wuryanto, M. Arie (Januari 2019). "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Mikrobiologis Jajanan Batagor di Kecamatan Tembalang". Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7 (1): 221–227. ISSN 2356-3346. 
  3. ^ a b Rini, Chylen Setiyo; Rohmah, Jamilatur (September 2020). Bakteriologi Dasar. Sidoarjo: Umsida Press Sidoarjo Universitas. hlm. 54. ISBN 9786236833445. 
  4. ^ a b Hafsan (September 2011). Mikrobiologi Umum. Makassar: Alauddin University Press. hlm. 142–145. ISBN 9786022370307. 
  5. ^ Hamzah, Hasyrul; Fauzi, Ahmad Zil; Pakaya, Mahdalena Sy (2023). Mikrobiologi Dasar. Purbalingga: Eureka Media Aksara. hlm. 251. ISBN 9786234877694.