Permisivisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Permisivisme berasal dari bahasa Inggris, permissive yang berarti serba membolehkan, suka mengizinkan.[1] Sejalan dengan arti katanya, permisivisme merupakan sikap dan pandangan yang membolehkan dan mengizinkan segala-galanya.[1][2]

Beberapa Ciri[sunting | sunting sumber]

Orang yang permisivistis dalam hidup pribadinya bertindak serba bebas.[1][2] Dalam hidup keseharian tidak ada keteraturan.[1] Bangun dan pergi tidur, makan, berpakaian, dan bekerja semaunya.[1] Tak ada waktu pasti dan cara yang tetap.[1] Dalam pergaulan, orang ini akan berperilaku seolah-olah tidak ada kebiasaan, adat dan sopan-santun.[1] Dalam masyarakat ia bertindak seakan-akan tidak ada peraturan, hukum dan undang-undang.[1] Itu semua dilakukan dengan ringan, tanpa beban, dan takut sanksi.[1] Bila dijatuhi hukuman, orang permisivistis akan menerima dengan gaya tak peduli dan tak jarang dianggapnya lucu.[1] Karena dalam hidup pribadi serba membolehkan, orang permisivistis juga bersikap permisivistis.[1] Dalam keluarga ia akan membiarkan setiap anggota berulah bebas semaunya.[1]

Permisivisme dalam bidang etis[sunting | sunting sumber]

Pengertian[sunting | sunting sumber]

Di bidang etis, permisivisme berarti sikap, pandangan, dan pendirian yang berpendapat bahwa segala cara hidup, perilaku, perbuatan, juga yang melanggar prinsip, norma, dan peraturan etis boleh saja dilakukan.[1] Orang hidup baik boleh, jahat juga boleh.[1] Orang berperilaku etis baik silakan, buruk tidak dilarang.[1] Dengan demikian, di mata orang permisivistis yang baik dan yang buruk itu sama saja.[1] Prinsip etis untuk hidup baik atau buruk itu tidak ada.[1]

Kriteria[sunting | sunting sumber]

Kriteria etis untuk menilai mana yang baik dan mana yang buruk itu impian yang dalam kenyataan hidup tidak ditemukan.[1] Orang permisivistis etis hidup dalam kebebasan total.[1] Tidak ada baginya undang-undang, hukum, peraturan etis kapan saja, di mana saja, dengan apa dan siapa saja, dalam hal apa saja.[1] Yang ada hanya pikiran, kehendak, kemauan, dan kesenangan sendiri.[1] Sebagaimana dalam permisivisme pada umumnya, orang permisivistis etis tak peduli akan sanksi-sanksi etis.[1] Bila dijatuhi hukuman karena melanggar hukum dan peraturan etis, dia menerimanya dan tidak menganggapnya apa-apa.[1]

Alasan orang menjadi permisivistis[sunting | sunting sumber]

Ada banyak alasan yang dikemukakan oleh orang permisivistis.[1] Ada yang tidak tahu hukum dan peraturan yang ada.[1] Ada yang karena cacat dan terbelakang mental.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z A. Mangunhardjana. 1997. Isme-isme dalam Etika dari A sampai Z. Jogjakarta: Kanisius. Hlm. 181-184.
  2. ^ a b Solihin, Iwan Januar. 2002. Jangan Jadi Bebek. Gema Insani. Hal. 116.