Psikologi budaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Psikologi budaya atau psikologi kebudayaan (bahasa Inggris: cultural psychology) adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana sebuah kebudayaan merefleksikan dan membentuk proses psikologis dari masyarakat yang menganut kebudayaan tersebut.[1]

Istilah psikologi kebudayaan berasal dari dua terminologi, yaitu psikologi dan budaya. Psikologi adalah suatu cabang ilmu yang membahas proses kejiwaan dan perilaku manusia. Termasuk fenomena kesadaran dan ketidaksadaran, perasaan dan pikiran manusia. Adapun kebudayaan atau budaya adalah sebuah istilah utama yang mencangkup perilaku sosial, institusi dan norma, pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum atau undang-undang dan kebiasaan individual yang menjadi bagian dari suatu komunitas masyarakat. Semua komponen kebudayaan tersebut biasanya diwariskan dari generasi ke generasi. Ahli psikologi kebudayaan menyatakan bahwa masyarakat membentuk kebudayaannya sendiri dan kebudayaan itu juga yang secara mutualisme membentuk karakteristik tertentu pada masyarakat tersebut.[1]

Psikologi kebudayaan adalah perpaduan dari beberapa lintas ilmu pengetahuan seperti psikologi, antropologi, linguistik, filsafat dan sosiologi. Psikologi kebudayaan membahas bagaimana suatu kebudayaan dimaknai, dipraktekkan dan bagaimana kebudayaan tersebut mempengaruhi institusi maupun individu yang berkaitan dengannya.[2][3] Khusus dalam psikologi, penelitian atau kajian psikologi kebudayaan biasanya melibatkan peran psikologi sosial, psikologi perkembangan dan psikologi kognitif.[4] Psikologi kebudayaan juga dinyatakan sebagai suatu kajian yang membahas bagaimana emosi dan perilaku manusia dipengaruhi atau berakar dari kebudayaan asal seorang individu. Psikologi kebudayaan juga dapat disimpulkan dengan suatu kajian yang membahas bagaimana manusia dibentuk oleh kebudayaan dan membentuk kebudyaan itu sendiri.[3]

Tujuan[sunting | sunting sumber]

Psikologi kebudayaan diperlukan untuk memperluas jangkauan penelitian mengenai kebudayaan. Ditemukan fakta bahwa terdapat kekeliruan yang dilakukan berulang kali yang dilakukan oleh ahli psikologi barat terhadap temuan-temuan penelitian mereka yang berkaitan dengan kebudayaan yang bukan berasal dari barat.[3] Namun demikian, tujuan utama dari psikologi kebudayaan adalah untuk memperoleh sebanyak mungkin variasi kebudayaan yang dapat berkontribusi terhadap teori dasar psikologis yang ada. Hal tersebut diharapkan dapat memperbaiki kekeliruan yang pernah dibuat sehingga menjadi lebih relevan sebagai suatu prediksi, deskripsi dan ekplanasi terhadap seluruh perilaku manusia dan bukan hanya terhadap individu yang berasalah dari kebudayaan barat.[5] Mempelajari psikologi kebudayaan dapat menjadikan seseorang untuk lebih mampu memahami, berkomunikasi dengan baik dan memahami perbedaan yang berkaitan dengan praktek tradisi dan perilaku yang dilakukan oleh suatu masyarakat.[3]

Konstitusi mutualisme[sunting | sunting sumber]

Psikologi kebudayaan

Yang dimaksud dengan konstitusi mutualisme adalah kesimpulan yang menyatakan bahwa masyarakat tertentu dan individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Perilaku dan kebiasaan setiap individu akan memberikan efek secara langsung terhadap masyarakat dimana individu tersebut berasal. Pola tersebut juga terjadi pada masyarakat secara umum terhadap individu tersebut.[1]

Pandangan lain[sunting | sunting sumber]

Ahli psikologi meyakini bahwa masyarakat yang berasalah dari suatu kebudayaan tertentu meyakini bahwa setiap hal yang terjadi dikebudayaan mereka sebagai sesuatu yang alami dan benar dan apa yang terjadi pada suatu kebudayaan lain merupakan sesuatu yang aneh, tidak alami atau keliru. Keyakinan seperti ini menyebabkan mereka cenderung bersikap dan berperilaku sesuai dengan cara yang berasal dari kebudayaan asal mereka dan merasa tidak suka terhadap kelompok masyarakat yang berasal dari kebudayaan lain.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d Santrock, John (2011). Educational Psychology. New York: McGraw-Hill. hlm. 142. ISBN 978-0-07-337878-7. 
  2. ^ Snibbe, Alana Conner (2003-12-10). "Cultural Psychology: Studying More Than the 'Exotic Other'". APS Observer (dalam bahasa Inggris). 16. 
  3. ^ a b c d "Cultural Psychology: Definition & Challenges". Study.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-25. 
  4. ^ Worthy, L. D.; Lavigne, T.; Romero, F. (2020-07-27). "Introduction to Cultural Psychology" (dalam bahasa Inggris). 
  5. ^ "Psychology Explains How Cultural Differences Influence Human Behavior". Verywell Mind (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-25.