Sejarah Huria Kristen Batak Protestan
Tampilan
Sejarah Huria Kristen Batak Protestan bermula pada Abad ke-19 ketika organisasi-organisasi misionaris dunia barat mulai mengirim para penginjil untuk memberitakan tentang kekristenan ke Tanah Batak.
Garis waktu sejarah
[sunting | sunting sumber]Masa perintisan para penginjil
[sunting | sunting sumber]- Tahun 1824
- Pekabar injil datang ke tanah Batak untuk yang pertama kali dari Gereja Baptis Inggris, yaitu: Pendeta Richard Burton dan Pendeta Nathaniel M. Ward.[1][2]
- Perang Tuanku Rao (Perang Bonjol) yang memerangi bangsa Batak.[2]
- Tahun 1834
- Pendeta Samuel Munson dan Pendeta Henry Lyman datang ke tanah Batak diutus oleh American Board of Commissioners for Foreign Missions/Kongsi Zending Boston, namun mereka ditolak oleh penduduk lokal dan mati dibunuh di desa Lobu Pining pada tanggal 28 Juni 1834.[2][3][4][5][6]
- Tahun 1840
- Franz Wilhelm Junghuhn yakni seorang ahli bahasa, suku, dan bangsa datang mempelajari bahasa dan adat Batak, sehingga bangsa Eropa mulai mengenal tentang orang Batak.[2]
- Tahun 1840
- Herman van der Tuuk dari Amsterdam diutus oleh Persekutuan Bibel Netherland untuk meneliti Bahasa Batak (Toba). Beliau juga menulis dan menerjemahkan sebagian isi Alkitab ke dalam Aksara Batak. Selain itu beliau juga menulis tata Bahasa Batak (Toba) dan membuat kamus Bahasa Batak (Toba) – Belanda beserta kumpulan cerita-cerita rakyat.[2][7]
- Tahun 1853
- Setelah membaca surat yang datang dari Tanah Batak mengenai pekabaran Injil yang baru dirintis di Tanah Batak, maka Dr. Friedrich Fabri pimpinan dari Rheinische Zending Belanda memutuskan untuk memindahkan ke tanah Batak para penginjil yang sedang lowong di Banjarmasin karena telah diusir oleh penduduk lokal.[2]
- Tahun 1857
- Pendeta Gerrit van Asselt dari Kota Ermelo, Belanda datang ke tanah Batak diutus oleh Pendeta Hermanus Willem Witteveen untuk melakukan pelayanan dan penginjilan di daerah Tapanuli bagian Selatan, tapatnya di Desa Parau Sorat, Sipirok.[2][8]
Awal mula HKBP
[sunting | sunting sumber]- Tahun 1861
- Pada tanggal 31 Maret Baptisan perdana dilakukan oleh Pendeta Gerrit van Asselt kepada dua orang suku Batak, yaitu Jakobus Pohan (Tampubolon) dan seorang anak raja yang bernama Simon Siregar di Parau Sorat, Sipirok.[2][9]
- Pada tanggal 7 Oktober diadakan rapat dan perundingan oleh empat orang misionaris dari Zending Ermelo Belanda dan Zending Rheinische Mission Jerman, yaitu: Pendeta Carl Wilhelm Heine, Pendeta Johann Karl Klammer, Pendeta Friedrich Wilhelm Betz dan Pendeta Gerrit van Asselt perihal pembagian wilayah penginjilan di Tapanuli. Hari tersebut kelak dianggap sebagai hari lahir dari Huria Kristen Batak Protestan.[2][10]
- Tahun 1862
- Berdiri jemaat gereja di Pangaloan (HKBP Pangaloan) dan di Sigompulon, Pahae (HKBP Sigompulon)[2]
- Tahun 1864
- Pada Bulan Mei berdiri jemaat gereja di Sipirok (HKBP Sipirok).[2]
- Pada tanggal 20 Mei Pendeta Dr. I.L. Nommensen membangun gereja di Hutadame yang terletak di Desa Saitnihuta Ompusumurung[2]
- Pada hari Minggu tanggal 29 Mei Pendeta Dr. I.L. Nommensen mengadakan kebaktian perdana di Gereja Hutadame. Hari tersebut kemudian dianggap sebagai hari berdirinya jemaat gereja Dame Saitnihuta, yaitu sebagai gereja pertama yang didirikan oleh Pendeta Dr. I.L. Nommensen di tanah Batak. Pada kebaktian tersebut turut hadir jemaat dari Desa Parbubu dan Hutagalung[2]
- Pada perayaan natal tanggal 25 Desember diadakan sakramen baptisan perdana di jemaat gereja Sipirok kepada tiga orang Batak yaitu: Tomas Siregar, Pilipus Hutabarat dan Johannes Hutabarat.[2]
- Tahun 1865
- Tahun 1867
- Berdiri jemaat gereja di Pansur Napitu (HKBP Pansur Napitu).[2]
- Tahun 1868
- Berdiri Sekolah Guru di Parau Sorat, Sipirok. Murid pertama berjumlah 5 orang, yaitu: Thomas, Paulus, Markus, Johannes dan Epraim. Guru mereka adalah Dr. A. Schreiber dan Leipold.[2]
- Tahun 1870
- Berdiri Jemaat gereja di Sibolga (HKBP Sibolga Julu) dan di Sipoholon (HKBP Simanungkalit).[2]
- Tahun 1872
- Berdiri Sekolah Normal Pemerintah di Tapanuli Selatan.[2]
- Berdiri jemaat gereja di Bahal Batu (HKBP Bahal Batu).[2]
- Tahun 1877
- Berdiri Seminarium di Pansur Napitu dengan jumlah murid perdana sebanyak 12 orang.[11]
- Tahun 1878
- Pendeta Dr. I.L. Nommensen menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Batak (Toba), yang tertulis dalam Aksara Batak dan Alfabet Latin.[11]
- Sebanyak 306 Desa di Lembah Silindung terintegrasi dalam pemerintahan Kolonial Belanda.[11]
- Tahun 1879
- Pendeta A. Schreiber menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Batak Angkola.[11]
- Tahun 1881
- 10 Juni: Berdiri jemaat gereja di Balige (HKBP Balige).[11]
- Penyusunan dan pemberlakuan Aturan Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HKBP perdana.[11]
- Pendeta Dr. I.L. Nommensen diangkat menjadi Ephorus HKBP perdana.[11]
- Tahun 1883
- Sekolah Pendeta bagi orang Batak dibuka dan diikuti oleh empat orang murid perdana yaitu: Johannes Siregar, Markus Siregar, Petrus Nasution, dan Johannes Sitompul. Akan tetapi, Johannes Sitompul wafat sebelum menyelesaikan studinya.[11]
- Tahun 1885
- Pada tanggal 19 Juli diadakan penahbisan pendeta perdana dari suku Batak di HKBP Pearaja. Para penerima tahbisan adalah: Johannes Siregar, Markus Siregar, dan Petrus Nasution yang telah menyelesaikan studi di Sekolah Pendeta.[11]
- Tahun 1889
- Pada tanggal 13 Juli RMG mengutus Nona Hester Needham[note 1] melayani kaum ibu dan wanita di Silindung. Hal tersebut menjadi awal fokus pelayanan terhadap kaum wanita dan anak-anak di Tanah Batak. Pelayanan Nona Hester Needham kemudian dibantu oleh Nona Tora untuk melayani di Silindung dan Nona Nieman di Toba.[11]
- Tahun 1890
- Pada tanggal 1 Januari penerbitan majalah perdana yang bertajuk Surat Parsaoran Immanuel.[11]
- Pada tanggal 8 Januari Nona Hester Needham memulai pelayanan di Pansur Napitu dengan fokus melayani anak-anak, kaum perempuan, dan para janda; serta turut juga membimbing murid-murid Sekolah Pendeta di Seminari Pansur Napitu.[11]
- Tahun 1893
- Sekolah Zending mendapat subsidi dari Pemerintah Kolonial Belanda.[11]
- Tahun 1894
- Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam Bahasa Batak (Toba) oleh Pendeta P.H. Johannsen.[11]
- RMG menetapkan Pendeta Christian Philipp Schutz [note 2] sebagai Ephorus pembantu untuk membantu Ephorus Dr. I.L. Nommensen. Ditetapkan wilayah pelayanan Ephorus Schutz meliputi wilayah Angkola, yaitu dari daerah Simangumban hingga Sipiongot.[11]
- Tahun 1895
- Pada tanggal 16 Juli Nona Hester Needham berangkat menuju daerah pelayanan baru ke Muara Sipongi dan Kotanopan, didampingi oleh seorang gadis Batak Mandailing yang bernama Domi.[11]
- Tahun 1896
- Pada tanggal 3 Mei hingga 26 Juli - Nona Hester Needham melayani di Malintang, menginjili di tengah-tengah penganut agama lain.[11]
- Pada bulan Juli, Nona Hester Needham melanjutkan pelayanannnya di Maga hingga akhir hayatnya. Beliau dimakamkan di Maga di tanah yang telah dibelinya[note 3].[11]
- Tahun 1898
- Penerbitan perdana kalender gereja.[11]
- Tahun 1899
- Awal mula gerakan Pardonganon Mission Batak yang didirikan orang para Kristen Batak dan dipimpin oleh Pendeta Henock Lumbantobing dengan tujuan menginjili daerah yang belum dijangkau oleh para penginjil sebelumnya, yaitu: kawasan Pulau Samosir, Simalungun, dan Dairi.[11]
- Tahun 1900
- Berdiri Sekolah Anak Raja dengan pengantar Bahasa Belanda di Narumonda Toba yang dididik oleh Guru Pohing dan Pendeta Otto Marcks. Di tempat yang sama kemudian berdiri Sekolah Tukang.[11]
- Pada tanggal 2 Juni berdiri Rumah Sakit HKBP di Pearaja.[12]
- Pada tanggal 5 September berdiri Perkampungan penderita kusta di Huta Salem Laguboti.[12]
- Tahun 1928
Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ (23 Januari 1885 – 12 Mei 1897)
- ^ Ephorus Christian Philipp Schutz meninggal pada tahun 1922
- ^ Pada tahun 2002 makamnya dibongkar dan dipindahkan ke kompleks gereja HKBP Aek Bingke di Panyabungan
- ^ Rumah Sakit Umum Tarutung saat ini
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Seeley, Jackson; Halliday (1822). "Missionary Register": 89.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t Almanak HKBP 2020, Percetakan HKBP, 2020, halaman 520.
- ^ Andrew Causey Hard bargaining in Sumatra: western travelers and Toba Bataks in ... 2003 Page 80 "In that year, two American Baptist missionaries, Henry Lyman and Samuel Munson, went inland from Tapanooli (now called Sibolga), a port village on the west coast of Sumatra. Traveling with a retinue of porters and attendants, ..."
- ^ The United States in Asia: a historical dictionary - David Shavit - 1990 Page 312 "Lyman graduated from Harvard University and the Imperial School of Mines (Paris), and studied at the Royal Academy ... Murdered June 28, 1834, in Sacca, Sumatra. References: ACAB; AndoverTS; EM; LC; Hannah Lyman, The Martyr of Sumatra ..."
- ^ A biographical study of Ingwer Ludwig Nommensen, 1834-1918 Page 72 Martin E. Lehmann - 1996 "Leaving their wives behind in Batavia, Lyman and Munson set sail for the harbor of Padang on the west coast of Sumatra in April, 1834. At Padang they met Ward who approximately thirteen years before had visited the Bataks in the .."
- ^ Memorials of Protestant missionaries to the Chinese Alexander Wylie - 1967 -"Munson and Lyman, was a tour of observation and inquiry among the islands of the Indian Archipelago, ... surrounded by a large party of Battak cannibals and immediately dispatched; Mr. Munson being run through the body with a spear,"
- ^ Groeneboer, Dr. Kees (2002). "HERMAN NEUBRONNER VAN DER TUUK AND NINETEENTH-CENTURY LANGUAGE STUDY IN SOUTHEAST ASIA*" (PDF): 7–11.
- ^ Parlindungan, Mangaradja Onggang (2007). "Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao: terror agama Islam mazhab Hambali di Tanah Batak, 1816-1833": 467.
- ^ Schreiner, Lothar (2003). "Adat dan injil: perjumpaan adat dengan iman Kristen di Tanah Batak": 63.
- ^ Tarigan, Andri Ersada (22-Jul-2014). "Comite Na Ra Marpodah Simaloengoen: Peranannya Dalam Pelestarian Budaya Simalungun Dan Penyebaran Agama Kristen (1928-1942)" (PDF): 4. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-02-11. Diakses tanggal 2020-06-13.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Almanak HKBP 2020, Percetakan HKBP, 2020, halaman 521.
- ^ a b c Almanak HKBP 2020, Percetakan HKBP, 2020, halaman 522.