Seleksi biru putih

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Contoh hasil dari seleksi biru putih.

Seleksi biru putih (Inggris)blue-white screening adalah salah satu metode untuk mengidentifikasi keberhasilan kloning dan transformasi.[1] Metode ini merupakan salah satu metode seleksi sel hasil kloning dan termasuk metode seleksi berdasarkan warna.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Francois Jacob dan Jacques Monod adalah ahli biologi dari Prancis yang pertama kali menemukan sistem induksi gen reporter.[2] Mereka mendapatkan hadiah Nobel pada pertengahan tahun 1960.[2] Penelitian yang mereka lakukan adalah menentukan jumlah minimum laktosa sehingga bakteri Escherichia coli dapat menghasilkan enzim β-galaktosidase dan menggunakan laktosa untuk pertumbuhan dan reproduksi.[2] Mereka menyadari adanya mekanisme interaksi sekuens DNA dan protein yang mengatur ekspresi gen. Sekuens gen tersebut disebut operator, dan protein tersebut merupakan represor dari ekspresi suatu gen.[2] Jacob dan Monod telah memberi jawaban mengenai cara diferensiasi ekspresi gen pada berbagai sel dengan genom yang sama.[2]

Enzim[sunting | sunting sumber]

Untuk proses seleksi ini, digunakan enzim β-galaktosidase.[3] β-galaktosidase adalah enzim yang dihasilkan dari ekspresi gen lacZ.[3] Gen ini diatur ekspresinya oleh operon lac.[2] Aktivator untuk ekspresi gen ini adalah molekul laktosa yang dalam jumlah tertentu dapat menginduksi terekspresinya gen lacZ.[2]

Mekanisme[sunting | sunting sumber]

Proses seleksi ini memanfaatkan sifat dari enzim β-galaktosidase, yaitu enzim yang terdiri dari 2 subunit, yaitu peptida α dan peptida ω.[3] Untuk menjadi suatu enzim yang fungsional, enzim ini memerlukan kedua peptidanya untuk berikatan dan membentuk enzim yang dapat memecah substrat laktosa atau X-gal.[3] Gen penyandi peptida ω biasanya terdapat pada kromosom, sedangkan gen penyandi peptida α terdapat pada plasmid.[4] Bila hanya ada peptida ω yang diekspresikan oleh gen pada kromosom, maka tidak akan ada pemecahan laktosa atau X-gal.[4] Namun bila terjadi komplementasi oleh peptida α, maka laktosa atau X-gal dapat dipecah oleh enzim β-galaktosidase yang terbentuk sempurna.[4] Oleh karena itu, komplementasi α dapat membantu untuk proses seleksi biru-putih sebagai indikator keberhasilan kloning atau transformasi.[4]

Aplikasi[sunting | sunting sumber]

Metode ini digunakan untuk menyeleksi koloni bakteri hasil proses kloning yang berhasil dengan koloni bakteri lainnya.[5] Contohnya adalah penyeleksian bakteri Escherichia coli yang ditransformasi dengan gen penyandi enzim alkalin fosfatase dari bakteri Escherichia coli tipe liar.[5]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Greene JJ, Rao VB. 1998. Recombinant DNA Principles and Methodologies. New York: Marcel Dekker.
  2. ^ a b c d e f g Kauffman S. 1995. At Home in the Universe: The Search for the Laws of Self-Organization and Complexity. Oxford: Oxford University.
  3. ^ a b c d Gupta PK. 2008. Molecular Biology and Genetic Engineering. New Delhi: Rastogi.
  4. ^ a b c d Clark DP, Pazdernik NJ. 2012. Biotechnology: Academic Cell. California: Elsevier.
  5. ^ a b Chaffin DO, Rubens CP. 1998. Blue/white screening of recombinant plasmids in Gram-positive bacteria by interruption of alkaline phosphatase gene (phoZ) expression. Gene 219 (1): 91-99.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]