Lompat ke isi

Sigālovāda Sutta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sigalovada sutta)

Sigālovāda Sutta adalah Sutta ke-31 yang dijelaskan dalam Digha Nikaya. Sigalovada Sutta dikenal pula dengan nama Siṅgāla Sutta, Sīgāla Sutta, Sīgālaka Sutta, Siṅgālovāda Sutta, dan Sigālovāda Suttanta.

Sigalovada Sutta merupakan khotbah Buddha Gautama yang berkaitan dengan etika di masyarakat, yang bersumber dari adat istiadat, kebudayaan, dan ajaran kebenaran menurut ajaran agama.

Sigalovada Sutta berisikan wejangan Buddha Gautama kepada Sigala, putera keluarga Buddhis yang tinggal di Rajagaha. Orang tua Sigala adalah penganut agama Buddha yang taat dan berbakti kepada Buddha, tetapi mereka tidak berhasil mengajak putranya mengikuti jejak mereka. Ketika ayah Sigala akan meninggal dunia, ia berpesan kepada Sigala untuk melaksanakan permintaannya untuk menghormati 6 penjuru pada waktu fajar.

By: WIKIPEDIA👍

Rangkuman isi

[sunting | sunting sumber]

Dalam Sigalovada Sutta, Buddha Gautama menguraikan petunjuk mengenai 6 penjuru yang perlu disembah, yaitu:[1][2]

Arah Untuk menghormati
Timur Orang tua
Selatan Guru
Barat Istri dan anak
Utara Sahabat dan teman
Bawah Pelayan dan buruh
Atas Para pertapa dan Brahmana

Berikut kutipan dari bagian akhir Sigalovada Sutta tentang arah-arah yang harus dihormati dan rangkuman dari seluruh kebajikan yang diungkapkan dalam sutta ini (Sutta Pitaka, DN 31):

Idamavoca bhagavā. Idaṃ vatvāna sugato athāparaṃ etadavoca satthā – ‘‘Mātāpitā disā pubbā, ācariyā dakkhiṇā disā; Puttadārā disā pacchā, mittāmaccā ca uttarā. ‘‘Dāsakammakarā heṭṭhā, uddhaṃ samaṇabrāhmaṇā; Etā disā namasseyya, alamatto kule gihī. ‘‘Paṇḍito sīlasampanno, saṇho ca paṭibhānavā; Nivātavutti atthaddho, tādiso labhate yasaṃ. ‘‘Uṭṭhānako analaso, āpadāsu na vedhati; Acchinnavutti medhāvī, tādiso labhate yasaṃ. ‘‘Saṅgāhako mittakaro, vadaññū vītamaccharo; Netā vinetā anunetā, tādiso labhate yasaṃ. ‘‘Dānañca peyyavajjañca, atthacariyā ca yā idha; Samānattatā ca dhammesu, tattha tattha yathārahaṃ; Ete kho saṅgahā loke, rathassāṇīva yāyato. ‘‘Ete ca saṅgahā nāssu, na mātā puttakāraṇā; Labhetha mānaṃ pūjaṃ vā, pitā vā puttakāraṇā. ‘‘Yasmā ca saṅgahā ete, sammapekkhanti paṇḍitā; Tasmā mahattaṃ papponti, pāsaṃsā ca bhavanti te’’ti.[2]
Dan setelah Sang Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut: Ibu dan ayah adalah arah timur, Dan guru-guru adalah arah selatan. Istri dan anak-anak adalah arah barat, Dan sahabat-sahabat serta sanak kerabat adalah arah utara; Para pelayan dan pekerja adalah arah bawah. Dan arah atas adalah para pertapa dan brahmana. Semua arah ini harus disembah oleh seorang yang baik Ia yang bijaksana dan disiplin, Baik hati dan cerdas, Rendah hati, bebas dari keangkuhan, Seorang yang demikian akan mendapatkan keuntungan. Bangun pagi, mencemooh kemalasan, Tidak tergoyahkan oleh kemalangan, Berperilaku tidak tercela, cerdas, Seorang yang demikian akan mendapatkan keuntungan. Bergaul dengan teman-teman, dan memelihara mereka. Menyambut kedatangan mereka, tidak menjadi tuan rumah yang kikir, seorang penuntun, guru dan teman, seorang yang demikian akan mendapatkan keuntungan. Memberikan persembahan dan berkata-kata yang baik, Menjalani kehidupan demi kesejahteraan orang lain, Tidak membeda-bedakan dalam segala hal, Tidak memihak menuruti tuntutan situasi: Hal-hal ini membuat dunia berputar, Bagaikan sumbu roda kereta. Jika hal-hal demikian tidak ada, Tidak ada ibu yang akan mendapatkan dari anaknya, Penghormatan dan penghargaan, Tidak juga ayah, sebagaimana seharusnya mereka dapatkan. Tetapi karena kualitas-kualitas ini dianut oleh para bijaksana dengan penuh hormat, maka hal-hal ini terlihat menonjol dan sangat dipuji oleh semua.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Sigalovada Sutta - Terjemahan Bahasa Indonesia". Diakses tanggal 4 Januari 2021. 
  2. ^ a b "Dīghanikāyo – Pāthikavaggapāḷi" (PDF). hlm. 75–81. Diakses tanggal 4 Januari 2021. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • Sasanaputra, Albert Kumala, S.Ag., M.Pd. (2007). P.My. Giriputra, ed. Budi Pekerti dan HAM dalam Pendidikan Agama Buddha. SMP Kelas IX (dalam bahasa Indonesia). Mandiri Publication House. hlm. 8–9;11. ISBN 979-24-1107-0. 
  • Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha (1991). "Samaggi-phala : Tipitaka : Sigalovadda Sutta". Badan Penerbit Ariya Surya Chandra. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-07-22. Diakses tanggal 2010-06-03.