Suku Dohoi
Dohoy | |
---|---|
Jumlah populasi | |
± 14.511 jiwa (tahun 1988) | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
Indonesia (Kalimantan Barat)[1] | |
Nama wilayah | |
Kabupaten Sintang[1] | 14.511 |
Bahasa | |
Agama | |
• Kaharingan • Kekristenan • Islam | |
Kelompok etnik terkait | |
Dayak Ot Danum, suku Dayak |
Suku Dohoy adalah sub suku Dayak Rumpun Ot Danum yang bermukim di perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Di Kabupaten Sintang suku Dohoi/Dohoy berjumlah 14.511 jiwa (tahun 1988).[2][3] Suku Dohoi menggunakan bahasa Dohoi yang termasuk rumpun bahasa Barito.[4] Mata pencaharian orang Dohoi adalah bercocok tanam di ladang. Mereka biasanya menumbuk padi pada malam hari, setelah seharian bekerja diladang. Suara tumbukan bertalu-talu ini disambut dengan gelak tawa di setiap hampir rumah tangga. Inilah keunikan suku Dohoi. Hasil panen disimpan pada tempat khusus yang disebut jorong, yaitu rumah yang terbuat dari satu tiang guna menghindari tikus. Rumah mereka berbentuk persegi panjang dan didirikan 2 – 5 m di atas tanah dengan tiang-tiang kayu (rumah panggung) dengan tangga bertingkat. Anjing, babi, dan ayam merupakan hewan peliharaan mereka. Mereka juga memelihara sapi untuk disembelih pada perayaan-perayaan besar. Orang Dohoi juga terkenal dalam kerajinan topi, keranjang, dan berburu juga mereka buat secara lokal. Desa-desa suku Dohoi dihuni antara 100-400 orang. Tanah di sekeliling setiap desa (sekitar 2 – 3 km jauhnya) dianggap sebagai tanah milik desa. Setiap penduduk desa berhak menjual tanahnya bila dikehendaki, tetapi hanya kepada sesama penduduk desa. Tanah yang tetap kosong selama lebih dari 5 tahun bisa dimiliki oleh siapa saja di desa itu. Pernikahan di antara saudara sepupu lebih disukai di antara suku Dohoi. Bila telah tercapai persetujuan/kesepakatan oleh orang tua pasangan, keluarga mempelai laki-laki memberikan hadiah secara simbolis kepada keluarga mempelai wanita. Pemberian kedua diberikan ketika pertunangan diumumkan. Sesudah pernikahan dilangsungkan, dilakukan pembayaran kepada pengantin wanita.[5]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia (Hasil Sensus Penduduk 2010) [Bancian Warganegara, Bangsa, Ugama, dan Bahasa Ibu Rakyat Indonesia (Hasil Banci 2010)], Jakarta: Central Bureau of National Statistics of the Republic of Indonesia, 2010
- ^ www.pontianakonline.com Diarsipkan 2012-01-27 di Wayback Machine..
- ^ https://web.archive.org/web/20121114055255/http://www.indonesianhistory.info/map/borneolang.html?zoomview=1
- ^ (Inggris) Moseley, Christopher (2007). cyclopedia of the world's endangered languages. Routledge. hlm. 564. ISBN 0-700-71197-X. ISBN 978-0-7007-1197-0
- ^ www.sabda.org