Teledu sigung sunda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mydaus javanensis
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
M. javanensis
Nama binomial
Mydaus javanensis
(Desmarest, 1818)
Wilayah persebaran Mydaus javanensis
Sinonim

Mephitis javanensis Leschenault, in Desmarest, 1818[2]
Mydaus meliceps Cuvier, in Geoffroy & Cuvier, 1821[3]

Mydaus javanensis (sebelumnya disebut Mydaus meliceps) adalah sigung yang habitat aslinya di Indonesia bagian barat, Kalimantan, dan Malaysia. Hewan mamalia yang dapat mengeluarkan bau busuk jika terganggu ini termasuk ke dalam suku Mephitidae. Dalam bahasa-bahasa lokal di wilayah sebarannya, binatang ini dikenal juga sebagai teledu, telegu, kesensedu, kensedu, sadu/sa'at (bahasa Banjar), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris, hewan ini dikenal sebagai Indonesian stink badger, Malayan stink badger, Malay badger, Javan stink badger, atau Sunda stink badger.

Deskripsi[sunting | sunting sumber]

Lukisan Mydaus javanensis saat nama ilmiahnya masih Mydaus meliceps

Mamalia bertubuh kecil dengan panjang kepala dan tubuh antara 370–520 mm dan ekor pendek 34–38 mm. Kakinya pendek, tungkai belakang bagian bawah antara 64–70 mm, dan bermoncong panjang.[4]

Tubuh Mydaus javanensis tertutupi rambut yang panjang dan lebat. Warnanya hitam atau cokelat tua, dengan garis belang putih memanjang bagian atas tubuh dari tengah kepala hingga ekor. Berat badannya berkisar antara 1,4–3,6 kg.[5] Bentuk dan panjang garis putih di punggungnya itu bervariasi dari tempat ke tempat.[4][6]

Kebiasaan[sunting | sunting sumber]

Mydaus javanensis merupakan binatang nokturnal yang penyendiri, dan mencari makanannya di tanah (terestrial) dan menggalinya dengan menggunakan cakar dan moncongnya. Mangsanya, di antaranya, adalah cacing tanah dan tempayak serangga (misalnya tonggeret).[4] Hewan ini bersifat omnivora memangsa aneka jenis katak, ular, tikus, burung, dan telur. Mydaus javanensis juga memakan buah-buahan, akar, jamur, dan dedaunan.

Mamalia seperti musang yang berbulu indah ini mempunyai kemampuan mengeluarkan bau busuk sebagai alat pertahanan dirinya terhadap predator. Bila dalam keadaan terpojok, seekor Mydaus javanensis akan menundukkan kepala, mengangkat ekor, dan akan menjejak-jejakkan cakar depannya di tanah, ini sebagai peringatan buat para musuhnya. Jika musuh (predator) tidak segera pergi, Mydaus javanensis akan melengkungkan tubuh membentuk huruf U. Diarahkannya kepala dan ekornya ke musuh. Lalu disemburnya dengan semprotan yang berbau luar biasa busuknya.

Anak jenis kerabat dekat[sunting | sunting sumber]

Ada dua anak jenis Mydaus javanensis yang dikenal:

Kerabat dekat M. javanensis adalah M. marchei yang menyebar terbatas di Palawan (Filipina) dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.[6]

Catatan taksonomis[sunting | sunting sumber]

Sebelumnya, Mydaus javanensis dianggap sebagai anggota suku Mustelidae, anak suku Melinae; bersama dengan pulusan (Mustela), biul (Melogale), dan babi batang (Arctonyx).[6] Akan tetapi analisis genetika baru-baru ini menunjukkan bahwa Mydaus javanensis lebih tepat ditempatkan dalam suku Mephitidae. Kebanyakan anggota suku yang terakhir ini menghuni benua Amerika.[7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Long, B., Hon, J., Azlan M.J. & Duckworth, J.W. (2008). "Mydaus javanensis". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 17 April 2014. 
  2. ^ Desmarest, A.G. 1818. Nouveau dictionnaire d'histoire naturelle ... T. XXI: 520. Paris.
  3. ^ Geoffroy (-Saint Hilaire), E. & G. Cuvier 1821. Histoire naturelle des mammiferes ... Paris.
  4. ^ a b c Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, & S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Halaman 312, L.G. 44
  5. ^ "Alamendah: Ciri sigung". 18 September 2012. 
  6. ^ a b c Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford Univ. Press. P. 201
  7. ^ Anjali Goswami; Anthony Friscia (30 September 2010). Carnivoran Evolution: New Views on Phylogeny, Form and Function. Cambridge University Press. hlm. 30. ISBN 978-0-521-73586-5. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]