Teosis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
IkonografiTangga Pengkudusan; tangga menuju theosis seperti dijelaskan oleh John Climacus.

Teosis (bahasa Yunani Kuno: θέωσις, translit. théosis), atau pengkudusan, adalah suatu proses transformatif yang tujuannya adalah pengkudusan atau penyatuan dengan Tuhan, sebagaimana umum diajarkan di Gereja Katolik Timur dan Gereja Ortodoks Timur. Menurut ajaran Kristen Timur, teosis merupakan tujuan hidup manusia, yang dapat dicapai hanya melalui sinergi antara perbuatan manusia dan energi Tuhan,[1] dan hanya bisa dicapai setelah melalui tangga katharsis (penyucian jiwa) dan theoria (penyingkapan ilahiah). Menurut pandangan teologi Ortodoksi Timur, teosis merupakan tujuan yang harus dicapai umat kristiani.

Tahapan-tahapan[sunting | sunting sumber]

Teosis dibagi dalam tiga tahapan: pertama, katarsis (κάθαρσις, katharsis), yakni tahapan pemurnian atau penyucian jiwa; kedua, teoria (θεωρία, theoria), yakni tahapan iluminasi atau penyingkapan ilahiah; dan ketiga, teosis (θέωσις, theosis), yakni tahapan pengkudusan atau penyatuan ilahiah. Dapat dikatakan bahwa terminologi teosis mengacu pada keseluruhan tahapan ini, bukan hanya yang terakhir.

Praktek asketisme[sunting | sunting sumber]

Perjalanan menuju theosis mencakup banyak bentuk praksis, di antara yang paling umum adalah monastisisme dan kerahiban. Dari tradisi monastik, praktik hesikasme merupakan yang paling dikedepankan sebagai cara menjalin hubungan langsung dengan Tuhan. Dikatakan bahwa tidak seorang pun dapat mencapai theosis tanpa kehidupan Kristiani yang sempurna, yang dimahkotai oleh Doa Hati yang setia, hangat, dan hening, terus menerus.[2] Doa yang tiada henti, seperti yang diimbau oleh Paulus dalam 1 Tesalonika 5:17, menjadi tema utama dalam tulisan para pater dalam Philokalia.

Oknum pengkudusan bagi para mistikus adalah Roh Kudus, yang dengannya manusia bergabung dengan keinginannya untuk menerima rahmat yang mengubah ini melalui praksis dan doa; seperti yang diajarkan Gregory Palamas, kaum mistikus terkuduskan saat mereka dipenuhi Cahaya Tabor dari Roh Kudus pada saat mereka siap dan terbuka untuk menerimanya dengan jalan asketisme. Jadi, pengkudusan bukanlah tindakan sepihak dari Tuhan, tetapi menurut Palamas adalah suatu sinergi penuh kasih antara Tuhan dan umat kristiani yang telah matang.[3]

Sinergi antara Tuhan dan manusia ini tidak lantas menyebabkan umat terserap ke dalam Tuhan seperti yang diajarkan kaum pagan, melainkan mengungkapkan kesatuan, dalam sifat saling melengkapi antara yang Pencipta dan ciptaan-Nya. Kehadiran Roh Kudus adalah kunci karena itu mengarah pada realisasi diri.[4]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Bartos, Emil (1999). Deification in Eastern Orthodox theology : an evaluation and critique of the theology of Dumitru Stăniloae. Carlisle, Cumbria: Paternoster Press. ISBN 0-85364-956-1. OCLC 45402058. 
  2. ^ Kotsonis, John (2010). "Unceasing Prayer". OrthodoxyToday.org. Diakses tanggal 10 January 2017. 
  3. ^ Maloney 2003, hlm. 173.
  4. ^ Kapsanis n.d.