Lompat ke isi

Azar (tokoh Al-Qur'an): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh Julius reimar siregar (bicara) ke revisi terakhir oleh 101.255.150.42
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Dikembalikan ke revisi 22508311 oleh Arya-Bot (bicara) (twinkle)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 17: Baris 17:
Sedangkan sebagian ulama tafsir lain yang beranggapan bahwa Azar adalah ayah kandung Nabi Ibrahim memiliki alasan bahwa tidak menutup kemungkinan ada leluhur Nabi Muhammad yang musyrik. Mereka berpendapat, yang di maksud dalam hadis tersebut adalah bahwa leluhur nabi terhindar dari hamil di luar nikah. Ada juga yang berpendapat bahwa tidak menjadi masalah jika terdapat leluhur nabi yang musyrik, karena kenabian tidak berkaitan dengan ikatan keluarga dan nasab. Kata ab (أب) dalam konteks tersebut ditafsirkan sebagai ayah kandung dan Tarakh adalah nama lain Azar dalam kitab Taurat.
Sedangkan sebagian ulama tafsir lain yang beranggapan bahwa Azar adalah ayah kandung Nabi Ibrahim memiliki alasan bahwa tidak menutup kemungkinan ada leluhur Nabi Muhammad yang musyrik. Mereka berpendapat, yang di maksud dalam hadis tersebut adalah bahwa leluhur nabi terhindar dari hamil di luar nikah. Ada juga yang berpendapat bahwa tidak menjadi masalah jika terdapat leluhur nabi yang musyrik, karena kenabian tidak berkaitan dengan ikatan keluarga dan nasab. Kata ab (أب) dalam konteks tersebut ditafsirkan sebagai ayah kandung dan Tarakh adalah nama lain Azar dalam kitab Taurat.


Dari perdebatan identitas Azar, banyak para mufassir yang kebingungan untuk menentukan sikap dalam menafsirkan persoalan hadis tentang kesucian nasab para nabi tersebut. Mufassir seperti [[m quraisy shihab]] memilih diam, tidak banyak berkomentar demi menghindari perdebatan yang berkepanjangan, serta berusaha netral. Walaupun pada kenyataannya beliau cenderung beranggapan bahwa Azar bukanlah ayah kandung Nabi Ibrahim.
Dari perdebatan identitas Azar, banyak para mufassir yang kebingungan untuk menentukan sikap dalam menafsirkan persoalan hadis tentang kesucian nasab para nabi tersebut. Mufassir seperti [[M Quraish Shihab]] memilih diam, tidak banyak berkomentar demi menghindari perdebatan yang berkepanjangan, serta berusaha netral. Walaupun pada kenyataannya beliau cenderung beranggapan bahwa Azar bukanlah ayah kandung Nabi Ibrahim.


[[Tafsir Al-Mishbah]] sendiri, lebih banyak menghadirkan pandangan mufassir yang menolak pendapat Azar ayah kandung Nabi Ibrahim meski dalam terjemahan beliau tetap menggunakan kata ‘bapak’.<ref>https://islami.co/benarkah-ayah-nabi-ibrahim-azar-penyembah-berhala/</ref>
[[Tafsir Al-Mishbah]] sendiri, lebih banyak menghadirkan pandangan mufassir yang menolak pendapat Azar ayah kandung Nabi Ibrahim meski dalam terjemahan beliau tetap menggunakan kata ‘bapak’.<ref>https://islami.co/benarkah-ayah-nabi-ibrahim-azar-penyembah-berhala/</ref>

Revisi terkini sejak 14 Juli 2024 12.12


Azar adalah seorang tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Selama ini banyak Muslim yang percaya bahwa ayah Nabi Ibrahim adalah Azar yang dikenal sebagai pemahat berhala. Padahal mengenai siapa ayah kandung Nabi Ibrahim masih menjadi perdebatan ulama dan para sejarawan Muslim.

Salah satu ayat Alquran berbunyi, “Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar, ‘Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata’.” (QS al-Anam [6]: 74)

Dalam ayat tersebut, nama Azar secara jelas disebutkan sebagai “bapak” (Ab) Nabi Ibrahim. Namun menurut sejumlah tafsir para ulama, kata Ab tidak harus menunjukkan sosok ayah kandung. Tapi juga bisa menunjukkan arti sebagai pengasuh atau penanggungjawab, yang dalam hal ini bisa jadi kakek, paman, atau kerabat lainnya.

Salah satu ahli tafsir bernama al-Musthafawi mengatakan, makna tunggal kata ab (أب) adalah pemelihara, baik dalam bentuk materi maupun non materi, karena pada realitanya kata ab أب)) dapat digunakan untuk menunjukan orang tua, paman, kakek, guru dan lain-lain. Secara umum kata ab (أب) juga dapat diartikan untuk menunjukkan orang yang sangat dekat dan berperan penting dalam kehidupan seorang anak.

Sebagian mufassir beranggapan bahwa kata ab (أب) yang diucapkan Nabi Ibrahim dalam pemanggilan Azar bermakna paman nabi atau kakek dari ibu Nabi Ibrahim. Seperti halnya Nabi Muhammad yang memanggil pamannya Abu Jahal dengan sebutan ab (أب). Hal ini sudah menjadi kebiasaan bangsa Arab dalam memanggil paman dengan sebutan tersebut.

Menurut sebuah riwayat ada yang mengatakan bahwa ayah kandung Nabi Ibrahim sendiri bernama Tarakh yang tidak pernah menyembah berhala.

Sedangkan sebagian ulama tafsir lain yang beranggapan bahwa Azar adalah ayah kandung Nabi Ibrahim memiliki alasan bahwa tidak menutup kemungkinan ada leluhur Nabi Muhammad yang musyrik. Mereka berpendapat, yang di maksud dalam hadis tersebut adalah bahwa leluhur nabi terhindar dari hamil di luar nikah. Ada juga yang berpendapat bahwa tidak menjadi masalah jika terdapat leluhur nabi yang musyrik, karena kenabian tidak berkaitan dengan ikatan keluarga dan nasab. Kata ab (أب) dalam konteks tersebut ditafsirkan sebagai ayah kandung dan Tarakh adalah nama lain Azar dalam kitab Taurat.

Dari perdebatan identitas Azar, banyak para mufassir yang kebingungan untuk menentukan sikap dalam menafsirkan persoalan hadis tentang kesucian nasab para nabi tersebut. Mufassir seperti M Quraish Shihab memilih diam, tidak banyak berkomentar demi menghindari perdebatan yang berkepanjangan, serta berusaha netral. Walaupun pada kenyataannya beliau cenderung beranggapan bahwa Azar bukanlah ayah kandung Nabi Ibrahim.

Tafsir Al-Mishbah sendiri, lebih banyak menghadirkan pandangan mufassir yang menolak pendapat Azar ayah kandung Nabi Ibrahim meski dalam terjemahan beliau tetap menggunakan kata ‘bapak’.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]