Islam dan LGBT

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sikap umat Muslim terhadap kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dan kehidupan mereka di dunia Muslim telah dipengaruhi oleh sejarah agama, hukum, sosial, politik, dan budaya.[1][2][3][4] Al-Qur'an menceritakan kisah "kaum nabi Lut" yang dihancurkan oleh azab Allah karena hawa nafsu, yakni lelaki seks lelaki,[5][6][7][8] tetapi sejarawan Barat modern menganggap bahwa nabi Islam Muhammad tidak pernah secara langsung mencegah seseorang melakukan homoseks, meskipun ia lebih menyatakan tidak setuju bersama dengan orang-orang sezamannya.[9] Pada saat yang sama, "baik Al-Qur'an dan hadis sangat mengutuk aktivitas homoseksual";[10][5][11][12] dengan beberapa hadis yang menetapkan hukuman mati bagi mereka yang melakukan hubungan homoseksual atau lesbian di muka umum.[1][2][13]

Terdapat sedikit bukti sejarah tentang praktik homoseksual di antara masyarakat Muslim pada abad pertama dan paruh awal sejarah Islam (abad ke-7 M),[13] meskipun hubungan homoseks laki-laki dikenal[11] dan didiskriminasi, tetapi jarang dihukumi, di Jazirah Arab.[9] Homoseks diharamkan dalam fikih Islam tradisional dan dihukum, umumnya cambuk, rajam, dan hukuman mati,[14] bergantung pada situasi dan mazhab.[14] Pada saat yang sama, hubungan homoseksual dalam praktik umumnya ditoleransi dalam masyarakat Islam pra-modern,[2][9][11][13][15] dan catatan sejarah menunjukkan bahwa undang-undang pelarangan homoseksualitas jarang diterapkan, dan cenderung mengutamakan kasus-kasus pemerkosaan atau "pelanggaran yang sangat mencolok terhadap moral publik" lainnya.[13] Tema-tema homoerotisme dan pederastisme banyak muncul dalam puisi dan genre sastra lain yang ditulis dalam bahasa-bahasa utama dunia Muslim dari abad ke-8 M hingga era modern.[9][13][16][15] Konsepsi homoseks yang ditemukan dalam naskah klasik Islam lebih mirip dengan tradisi Yunani-Romawi kuno daripada pemahaman modern tentang orientasi seksual.[9][13][17]

Pada era modern, sikap publik terhadap homoseksualitas di dunia Muslim berubah drastis mulai dari abad ke-19 akibat penyebaran gerakan fundamentalis Islam seperti Salafisme dan Wahhabisme secara global.[14] Dunia Muslim juga dipengaruhi oleh gagasan seksual dan batasan norma yang berlaku di Eropa pada saat itu, dan hari ini, sejumlah negara mayoritas Muslim mempertahankan ketentuan pidana untuk tindakan homoseksual yang pertama kali diberlakukan di bawah pemerintahan kolonial Eropa.[14] Saat gerakan LGBT mendapatkan daya tarik di Eropa dan Barat, politisi fundamentalis Islam mengasosiasikan peradaban Barat dengan homoseksualitas dan "kerusakan moral".[18] Dalam masyarakat kontemporer, prasangka, kekerasan, dan diskriminasi anti-LGBT, juga peraturan perundang-undangannya, bertahan di sebagian besar dunia Muslim,[1] juga didukung dengan konservatisme sosial dan kebangkitan gerakan Islamisme baru-baru ini di beberapa negara.[14][19][20] Ada undang-undang yang melarang aktivitas homoseks di sejumlah besar negara mayoritas Muslim, yang menetapkan hukuman mati di beberapa negara.[21]

Sebagian besar negara mayoritas Muslim dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) telah menentang dukungan atas hak-hak LGBT baik di Majelis Umum atau Komisi HAM PBB. [1] Pada tahun 2008, 57 negara anggota PBB, kebanyakan di antara mereka mayoritas Muslim, mendukung pernyataan menentang hak-hak LGBT di Majelis Umum PBB.[22] Pada Mei 2016, sebuah kelompok yang terdiri dari 51 negara bagian mayoritas Muslim memblokade 11 organisasi gay dan transgender untuk menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi tentang Pemberantasan AIDS 2016.[23][24][25][26] Ada juga beberapa organisasi Muslim LGBT yang mendukung hak-hak LGBT, dan lainnya yang menganjurkan terapi konversi.[27]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d Rehman, Javaid; Polymenopoulou, Eleni (2013). "Is Green a Part of the Rainbow? Sharia, Homosexuality, and LGBT Rights in the Muslim World". Fordham International Law Journal. Fordham University School of Law. 37 (1): 1–53. ISSN 0747-9395. OCLC 52769025. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 21 July 2018. Diakses tanggal 30 October 2021. 
  2. ^ a b c Schmidtke, Sabine (June 1999). "Homoeroticism and Homosexuality in Islam: A Review Article". Bulletin of the School of Oriental and African Studies. Cambridge and New York: Cambridge University Press on behalf of the School of Oriental and African Studies (University of London). 62 (2): 260–266. doi:10.1017/S0041977X00016700. ISSN 0041-977X. JSTOR 3107489. 
  3. ^ Murray, Stephen O. (1997). "The Will Not to Know: Islamic Accommodations of Male Homosexuality". Dalam Murray, Stephen O.; Roscoe, Will. Islamic Homosexualities: Culture, History, and Literature. New York and London: NYU Press. hlm. 14–54. doi:10.18574/nyu/9780814761083.003.0004. ISBN 9780814774687. JSTOR j.ctt9qfmm4. OCLC 35526232. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-19. Diakses tanggal 2021-11-06. 
  4. ^ "Forum: LGBTQ+ Issues in International Relations, Human Rights & Development – Same-Sex Narratives and LGBTI Activism in the Muslim World". Georgetown Journal of International Affairs. Washington, D.C.: Walsh School of Foreign Service at the Georgetown University. 18 May 2020. ISSN 1526-0054. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 October 2020. Diakses tanggal 7 December 2021. 
  5. ^ a b Encyclopaedia of the Qurʾān. 2. Brill Publishers. 2006. doi:10.1163/1875-3922_q3_EQCOM_00085. ISBN 90-04-14743-8. 
  6. ^ 7:80-84; 11:77-83; 21:74; 22:43; 26:165–175; 27:56–59; and 29:27–33.
  7. ^ Duran (1993) p. 179
  8. ^ Kligerman (2007) pp. 53–54
  9. ^ a b c d e Murray, Stephen O.; Roscoe, Will; Allyn, Eric; Crompton, Louis; Dickemann, Mildred; Khan, Badruddin; Mujtaba, Hasan; Naqvi, Nauman; Wafer, Jim (1997). "Conclusion". Dalam Murray, Stephen O.; Roscoe, Will. Islamic Homosexualities: Culture, History, and Literature. New York and London: NYU Press. hlm. 307–310. doi:10.18574/nyu/9780814761083.003.0004. ISBN 9780814774687. JSTOR j.ctt9qfmm4. OCLC 35526232. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-19. Diakses tanggal 2021-04-20. 
  10. ^ Rowson, Everett K. (October 1991). "The Effeminates of Early Medina" (PDF). Journal of the American Oriental Society. American Oriental Society. 111 (4): 671–693. doi:10.2307/603399. ISSN 0003-0279. JSTOR 603399. LCCN 12032032. OCLC 47785421. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 October 2008. Diakses tanggal 7 November 2021. 
  11. ^ a b c Lewis, B.; van Donzel, E. J.; Heinrichs; Bosworth, Clifford Edmund Bosworth, ed. (1986). Encyclopaedia of Islam, Second Edition. 5. Brill Publishers. doi:10.1163/1573-3912_islam_SIM_4677. ISBN 978-90-04-16121-4. 
  12. ^ Mohd Izwan bin Md Yusof; Muhd. Najib bin Abdul Kadir; Mazlan bin Ibrahim; Khader bin Ahmad; Murshidi bin Mohd Noor; Saiful Azhar bin Saadon. "Hadith Sahih on Behaviour of LGBT" (PDF). islam.gov.my (dalam bahasa Inggris). Government of Malaysia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 24 October 2018. Diakses tanggal 26 July 2019. 
  13. ^ a b c d e f Rowson. Encyclopædia Iranica. XII/4. Columbia University. doi:10.1163/2330-4804_EIRO_COM_11037. 
  14. ^ a b c d e "Homophobic Muslims: Emerging Trends in Multireligious Singapore". Comparative Studies in Society and History. Cambridge and New York: Cambridge University Press. 58 (4): 955–981. October 2016. doi:10.1017/S0010417516000499. ISSN 1475-2999. JSTOR 26293235. 
  15. ^ a b Richard C. Martin, ed. (2004). Encyclopedia of Islam and the Muslim World. MacMillan Reference USA. 
  16. ^ Khaled El-Rouayheb. Before Homosexuality in the Arab-Islamic World 1500–1800. hlm. 12 ff. 
  17. ^ Ali, Kecia (2016). Sexual Ethics And Islam. Oneworld Publications (Kindle edition). hlm. 105. 
  18. ^ "How homosexuality became a crime in the Middle East". The Economist. ISSN 0013-0613. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-03. Diakses tanggal 2022-12-05. 
  19. ^ Siraj, Asifa (September 2012). ""I Don't Want to Taint the Name of Islam": The Influence of Religion on the Lives of Muslim Lesbians". Journal of Lesbian Studies. Taylor & Francis. 16 (4: Lesbians, Sexuality, and Islam): 449–467. doi:10.1080/10894160.2012.681268. PMID 22978285. 
  20. ^ Zaharin, Aisya Aymanee M.; Pallotta-Chiarolli, Maria (June 2020). "Countering Islamic conservatism on being transgender: Clarifying Tantawi's and Khomeini's fatwas from the progressive Muslim standpoint". International Journal of Transgender Health. Taylor & Francis. 21 (3): 235–241. doi:10.1080/26895269.2020.1778238. ISSN 1553-2739. LCCN 2004213389. OCLC 56795128. PMC 8726683alt=Dapat diakses gratis Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 34993508 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  21. ^ Ghoshal, Neela, ed. (26 January 2022). ""Even If You Go to the Skies, We'll Find You": LGBT People in Afghanistan After the Taliban Takeover". www.hrw.org (dalam bahasa Inggris). New York: Human Rights Watch. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 February 2023. Diakses tanggal 21 February 2023. 
  22. ^ Worsnip, Patrick (December 18, 2008). "UN divided over gay rights". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 21, 2019. Diakses tanggal June 1, 2021. 
  23. ^ Nichols, Michelle; Von Ahn, Lisa (17 May 2016). "Muslim states block gay groups from U.N. AIDS meeting; U.S. protests". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 August 2017. Diakses tanggal 18 May 2016. 
  24. ^ Evans, Robert (8 March 2012). "Islamic states, Africans walk out on UN gay panel". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 22, 2012. Diakses tanggal 18 July 2012. 
  25. ^ Solash, Richard (7 March 2012). "Historic UN Session On Gay Rights Marked By Arab Walkout". Radio Free Europe/Radio Liberty. Agence France-Presse. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 July 2012. Diakses tanggal 18 July 2012. 
  26. ^ "South Africa leads United Nations on gay rights". MG.co.za. 9 March 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 April 2013. Diakses tanggal 5 April 2017. 
  27. ^ Habib, Samar (2010). Islam and Homosexuality (dalam bahasa Inggris). ABC-CLIO. hlm. 217. ISBN 9780313379031. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2023. Diakses tanggal 2 August 2019.