Lompat ke isi

Kerajaan Pasumayan Koto Batu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Chatti (bicara | kontrib)
OrophinBot (bicara | kontrib)
(21 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
Kerajaan Pasumayan Koto Batu adalah kerajaan tradisional yang pertama berdiri di wilayah budaya [[Minangkabau]]
'''Kerajaan Pasumayan Koto Batu''' adalah [[kerajaan]] tradisional yang pertama berdiri di wilayah [[Minangkabau|Minang]]. Kerajaan ini mempunyai pusat pemerintahan di wilayah sekitar lereng [[Gunung Marapi]] yang kemudian dikenal dengan nama [[Pariangan, Pariangan, Tanah Datar|Pariangan]] dan [[Padang Panjang]]. Sedangkan wilayah kekuasaan kerajaan Pasumayan Koto Batu hanya disebutkan dalam [[Tambo Minangkabau|Tambo]] secara kiasan tanpa dapat dijelaskan di mana sebenarnya nama-nama yang disebutkan.


== Sejarah ==
Kerajaan ini mempunyai pusat pemerintahan di wilayah sekitar lereng Gunung Merapi yang kemudian terkenal dengan nama Pariangan Padang Panjang.
Pada [[Abad ke-1|abad 1]] [[Masehi]], telah terjadi [[migrasi]] orang-orang dari anak benua India ([[Subbenua India]]) menuju ''Pulau Percha'' ([[pulau Sumatra]]) lalu mendirikan kerajaan yang bernama kerajaan Pasumayan Koto Batu di sekitar lereng Gunung Marapi.<ref>Idris, Abdul Samad (1990). ''Payung Terkembang''. [[Kuala Lumpur]]: Pustaka Budiman.</ref> Rajanya bergelar Sri Maharajo Dirajo dengan permaisurinya Puti Indo Jolito dan anaknya bernama Sutan Maharajo Basa yang kemudian dikenal dengan gelar [[Datuk Ketumanggungan]]. Setelah meninggal dunia Sri Maharajo Dirajo digantikan oleh Datuk Suri Dirajo, sedangkan istrinya kembali menikah dengan [[Cati Bilang Pandai]] (penasehat ahli Sri Maharajo Dirajo) dan melahirkan tiga orang anak: Sutan Balun, Sutan Bakilap Alam, dan Puti Jamilan. Sutan Balun kemudian dikenal dengan gelar [[Datuk Perpatih Nan Sebatang]].


== Struktur pemerintahan ==
==Sejarah==
Dewan pertimbangan Kerajaan Pasumayan Koto Batu dipimpin oleh Datu Sri Dirajo (Dt. Suri Dirajo). Hukum yang diterapkan di tengah masyarakat disebut sebagai ''Undang-undang Simumbang Jatuh'' yang terdiri atas dua bagian yaitu ''Si Gamak-gamak'' (atau ''Tariak Baleh'') dan ''Si Lamo-lamo''. Penerapan [[hukum]] tersebut diserahkan sepenuhnya kepada penguasa, di mana penguasa dalam menjatuhkan hukumannya hanya berdasarkan perasaan atau berdasarkan keyakinannya sendiri.


[[Berkas:Balai Nan Panjang.jpg|jmpl|225px|ka|Balai Nan Panjang di [[Nagari]] [[Tabek, Pariangan, Tanah Datar|Tabek]], kecamatan [[Pariangan, Tanah Datar|Pariangan]], [[kabupaten Tanah Datar]], [[Sumatera Barat]] yang saat ini dijadikan sebagai Situs Kepurbakalaan.]]
Pada abad 1 Masehi, telah terjadi migrasi orang-orang dari anak benua India menuju Pulau Perca (Sumatera) dan mendirikan kerajaan yang bernama kerajaan Pasumayan Koto Batu di sekitar lereng Gunung Merapi. Rajanya bergelar Sri Maharaja Diraja dengan permaisurinya Puteri Inda Jalito.
Di [[Pariangan, Pariangan, Tanah Datar|Pariangan]] didirikan sebuah tempat bersidang yang disebut ''Balai Saruang''. Di ''Balai Saruang'' inilah segala sesuatu dimusyawarahkan. Kemudian didirikan juga ''Balai Nan Panjang'', ''Balai Pasujian'', dan ''Balai Kaciak''.<ref>Ampera Salim, Zulkifli (2005). ''Minangkabau Dalam Catatan Sejarah yang Tercecer''. Padang: Citra Budaya Indonesia.</ref> ''Balai Saruang'' hanya terdiri dari satu ruang, sedangkan ''Balai Nan Panjang'' terdiri dari 17 ruang.


Datuk Suri Dirajo kemudian mengangkat Sutan Maharajo Basa yang bergelar [[Datuk Ketumanggungan]] dan Sutan Balun yang bergelar [[Datuk Perpatih Nan Sebatang]]. Semasa kerajaan Pasumayan Koto Batu ini [[adat Minangkabau]] sudah disusun sedemikian rupa, namun kemudian disempurnakan oleh Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Keduanya lalu dianggap oleh [[orang Minang]]kabau sebagai pendiri adat Koto Piliang yang [[Aristokrasi|aristokratis]] dan adat Bodi Caniago yang [[demokratis]]. Tidak mengherankan kalau nama Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang tidak dapat dilupakan oleh orang Minangkabau.<ref>[http://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/25/kerajaan-kerajaan-pendahulu-pagaruyung/ Kerajaan Kerajaan Pendahulu Pagaruyung], 25 Oktober 2009. Diakses pada 20 Desember 2011.</ref>
Tapi mengenai keberadaan kerajaan ini masih sangat meragukan. [[Abdul Samad Idris]] hanya mendasarkan tulisannya kepada tambo (terombo) saja mengenai kerajaan ini. Di masa ini disebutkan sudah ada [[Cateri Bilang Pandai]], sudah ada pemuka masyarakat yang bergelar datuk yaitu [[Datuk Bandaro Kayo]] dan [[Datuk Marajo Basa]].


== Akhir pemerintahan ==
Setelah Kerajaan Pasumayan Koto Batu berakhir, [[Datuk Ketumanggungan]] dan [[Datuk Perpatih Nan Sebatang]] yang merupakan dua bersaudara se-ibu lain ayah mendirikan kerajaan baru. Datuk Ketumanggungan mendirikan [[Kerajaan Bungo Setangkai]] di [[Sungai Tarab, Sungai Tarab, Tanah Datar|Sungai Tarab]] dan sebagai yang dipertuan ([[perdana menteri]]) adalah ''Datuk Bandaro Putiah''. Sedangkan Datuk Perpatih Nan Sebatang mendirikan [[Kerajaan Dusun Tuo]] di [[Lima Kaum, Tanah Datar|Lima Kaum]] dan sebagai yang dipertuan adalah ''Datuk Bandaro Kuniang''. Kerajaan Pasumayan Koto Batu tidak diteruskan karena terjadi perselisihan paham antara Datuk Ketumanggungan dengan Datuk Perpatih Nan Sebatang ketika berdebat mengenai ''Undang-undang Tarik Baleh'' yang mengatur "siapa yang membunuh akan dibunuh". Walaupun demikian, perselisihan tersebut dapat didamaikan oleh Datuk Suri Nan Banego-nego yang ditandai dengan tikaman sebuah tongkat di sebuah [[batu]] yang disebut ''[[Batu Batikam]]''.<ref>Armaini, Ermaleli, dan Muzzamil (2004). ''Budaya Alam Minangkabau. Untuk SD Kelas 5''. Jakarta: PT. Bumi Aksara.</ref>


== Referensi ==
==Struktur Pemerintahan==
{{reflist|2}}
{{col|2; font-size:1%;}}<br/>{{EndDiv}}
{{Kerajaan di Sumatra}}


[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
Dewan pertimbangan dipimpin oleh Sri Dirajo (Datuk Suri Dirajo). Ada dua orang yang mempunyai gelar mirip disini yaitu antara Datuk Marajo Basa dengan Sutan Marajo Basa yang kemudian bergelar Datuk Ketumanggungan.
[[Kategori:Kerajaan di Sumatera Barat|Pasumayan Koto Batu]]

Sutan Balun Datuk Perpatih Nan Sebatang juga sudah hidup di zaman ini. Begitu pula Sikalok Dunia Datuk Marajo Nan Bamego-mego serta Datuk Tantejo Garhano sudah ada di zaman ini.

Wilayah kekuasaan kerajaan Pasumayan Koto Batu juga disebutkan dalam tambo secara kiasan saja tanpa dapat dijelaskan dimana sebenarnya nama-nama yang disebutkan.

Kerajaan ini meluas hingga nagari Pariangan dan Padang Panjang, Bukit Tamasu (pinggir Danau Singkarak) Pariangan dipimpin oleh datuk Bandaro Kayo. Sedang Padang Panjang oleh Datuk Marajo Basa.

Hukum yang diterapkan di tengah masyarakat disebut sebagai Undang-undang Simumbang Jatuh.

Raja kedua diwarisi oleh Datuk Suri Dirajo. Dimasa inilah berdirinya system pemerintahan Koto Piliang dan Bodi Caniago.

Kerajaan meluas sampai ke Sungai Jambu, Bungo Setangkai dan Dusun Tuo di lima Kaum.

Selanjutnya gelar datuk ketumanggungan dan datuk perpatih nan sebatang diwariskan secara turun temurun.

==Lihat Pula==
*[[Kerajaan Pagaruyung]]
*[[Kerajaan Inderapura]]
*[[Kerajaan Kandis]]
*[[Kerajaan Siguntur]]
*[[Kerajaan Dharmasraya]]
*[[Kerajaan Bukit Batu Patah]]
*[[Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu]]
*[[Kerajaan Bungo Setangkai]]
*[[Kerajaan Dusun Tuo]]

==Referensi==
*[[A. Samad Idris]], Payung Terkembang, Pustaka Budiman, Kuala Lumpur, 1990

==Pranala Luar==
*http://mozaikminang.wordpress.com/

Revisi per 29 September 2023 20.52

Kerajaan Pasumayan Koto Batu adalah kerajaan tradisional yang pertama berdiri di wilayah Minang. Kerajaan ini mempunyai pusat pemerintahan di wilayah sekitar lereng Gunung Marapi yang kemudian dikenal dengan nama Pariangan dan Padang Panjang. Sedangkan wilayah kekuasaan kerajaan Pasumayan Koto Batu hanya disebutkan dalam Tambo secara kiasan tanpa dapat dijelaskan di mana sebenarnya nama-nama yang disebutkan.

Sejarah

Pada abad 1 Masehi, telah terjadi migrasi orang-orang dari anak benua India (Subbenua India) menuju Pulau Percha (pulau Sumatra) lalu mendirikan kerajaan yang bernama kerajaan Pasumayan Koto Batu di sekitar lereng Gunung Marapi.[1] Rajanya bergelar Sri Maharajo Dirajo dengan permaisurinya Puti Indo Jolito dan anaknya bernama Sutan Maharajo Basa yang kemudian dikenal dengan gelar Datuk Ketumanggungan. Setelah meninggal dunia Sri Maharajo Dirajo digantikan oleh Datuk Suri Dirajo, sedangkan istrinya kembali menikah dengan Cati Bilang Pandai (penasehat ahli Sri Maharajo Dirajo) dan melahirkan tiga orang anak: Sutan Balun, Sutan Bakilap Alam, dan Puti Jamilan. Sutan Balun kemudian dikenal dengan gelar Datuk Perpatih Nan Sebatang.

Struktur pemerintahan

Dewan pertimbangan Kerajaan Pasumayan Koto Batu dipimpin oleh Datu Sri Dirajo (Dt. Suri Dirajo). Hukum yang diterapkan di tengah masyarakat disebut sebagai Undang-undang Simumbang Jatuh yang terdiri atas dua bagian yaitu Si Gamak-gamak (atau Tariak Baleh) dan Si Lamo-lamo. Penerapan hukum tersebut diserahkan sepenuhnya kepada penguasa, di mana penguasa dalam menjatuhkan hukumannya hanya berdasarkan perasaan atau berdasarkan keyakinannya sendiri.

Balai Nan Panjang di Nagari Tabek, kecamatan Pariangan, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat yang saat ini dijadikan sebagai Situs Kepurbakalaan.

Di Pariangan didirikan sebuah tempat bersidang yang disebut Balai Saruang. Di Balai Saruang inilah segala sesuatu dimusyawarahkan. Kemudian didirikan juga Balai Nan Panjang, Balai Pasujian, dan Balai Kaciak.[2] Balai Saruang hanya terdiri dari satu ruang, sedangkan Balai Nan Panjang terdiri dari 17 ruang.

Datuk Suri Dirajo kemudian mengangkat Sutan Maharajo Basa yang bergelar Datuk Ketumanggungan dan Sutan Balun yang bergelar Datuk Perpatih Nan Sebatang. Semasa kerajaan Pasumayan Koto Batu ini adat Minangkabau sudah disusun sedemikian rupa, namun kemudian disempurnakan oleh Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Keduanya lalu dianggap oleh orang Minangkabau sebagai pendiri adat Koto Piliang yang aristokratis dan adat Bodi Caniago yang demokratis. Tidak mengherankan kalau nama Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang tidak dapat dilupakan oleh orang Minangkabau.[3]

Akhir pemerintahan

Setelah Kerajaan Pasumayan Koto Batu berakhir, Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang yang merupakan dua bersaudara se-ibu lain ayah mendirikan kerajaan baru. Datuk Ketumanggungan mendirikan Kerajaan Bungo Setangkai di Sungai Tarab dan sebagai yang dipertuan (perdana menteri) adalah Datuk Bandaro Putiah. Sedangkan Datuk Perpatih Nan Sebatang mendirikan Kerajaan Dusun Tuo di Lima Kaum dan sebagai yang dipertuan adalah Datuk Bandaro Kuniang. Kerajaan Pasumayan Koto Batu tidak diteruskan karena terjadi perselisihan paham antara Datuk Ketumanggungan dengan Datuk Perpatih Nan Sebatang ketika berdebat mengenai Undang-undang Tarik Baleh yang mengatur "siapa yang membunuh akan dibunuh". Walaupun demikian, perselisihan tersebut dapat didamaikan oleh Datuk Suri Nan Banego-nego yang ditandai dengan tikaman sebuah tongkat di sebuah batu yang disebut Batu Batikam.[4]

Referensi

  1. ^ Idris, Abdul Samad (1990). Payung Terkembang. Kuala Lumpur: Pustaka Budiman.
  2. ^ Ampera Salim, Zulkifli (2005). Minangkabau Dalam Catatan Sejarah yang Tercecer. Padang: Citra Budaya Indonesia.
  3. ^ Kerajaan Kerajaan Pendahulu Pagaruyung, 25 Oktober 2009. Diakses pada 20 Desember 2011.
  4. ^ Armaini, Ermaleli, dan Muzzamil (2004). Budaya Alam Minangkabau. Untuk SD Kelas 5. Jakarta: PT. Bumi Aksara.